BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar
Medik
1. Defenisi
Tiroktosikosis
merupakan suatu keadaan di mana didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini
berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiwi yang ditemukan bila
suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan. Atau bisa dikatakan kadar HT dalam darah yang berlebihan.
2. Anatomi dan Fisiologi Tyroid
Kelenjar Gondok atau Thyroid
Gland (Tiroid) adalah kelenjar yang kecil berbentuk kupu, letaknya di bagian
bawah leher, terdiri dari dua sayap yaitu lobus kanan dan kiri, serta
penghubung di tengah yang disebut isthmus.
Kelenjar tiroid mengambil
yodium dari darah (kebanyakan berasal dari makanan seperti seafood, roti, dan
garam), yang digunakan untuk membentuk hormon.
Hormon dari tiroid adalah
triiodothyronine atau T3, dan tetraiodothyronine (Thyroxin) atau T4. Kedua
hormon ini diperlukan untuk energi, pembakaran, atau metabolisme sel tubuh.
Jumlah T4 adalah 99.9% dan T3 0.1%, namun yang mempunyai efek pada tubuh
terutama adalah T3, begitu dilepaskan dari kelenjar ke dalam darah, sebagian
besar T4 akan diubah menjadi T3, yang akan dipakai untuk metabolisme sel.
3. Penyebab Tiroktosikosis
a. Hormon Spesifik
1)
Tiroktosikosis dapat terjadi akibat disfungsi
kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi
kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif
HT terhadap pelepasan keduanya.
2)
Tiroktosikosis akibat
malfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar HT dan TSH yang tinggi. TRF akan rendah karena uinpan
balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus
akan memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
b. Penyakit Tiroktosikosis
1)
Penyakit Grave,
penyebab tersering Tiroktosikosis, adalah suatu penyakit otoimun yang biasanya
ditandai oleh produksi otoantibodi yang memiliki kerja mirip TSH pada kelenjar tiroid.
Otoantibodi IgG ini, yang disebut immunoglobulin perangsang tiroid
(thyroid-stimulating immunoglobulin), meningkatkan pembentukan HT, tetapi tidak
mengalami umpan balik negatif dari kadar HT yang tinggi. Kadar TSH dan TRH rendah karena
keduanya berespons terhadap peningkatan kadar HT. Penyebab penyakit Grave tidak
diketahui, namun tampaknya terdapat predisposisi genetik terhadap penyakit
otoimun, yang paling sering terkena adalah wanita berusia antara 20an sampai
30an.
2)
Gondok nodular adalah peningkatan ukuran kelenjar tiroid akibat peningkatan
kebutuhan akan hormon tiroid. Peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid terjadi
selama periode pertumbuhan atau kebutuhan metabolik yang tinggi misalnya pada
pubertas atau kehamilan. Dalarn hal ini, peningkatan HT disebabkan oleh
pengaktivan hipotalamus yang didorong oleh proses metabolisme tubuh sehingga
disertai oleh peningkatan TRH dan TSH. Apabila kebutuhan akan hormon tiroid
berkurang, ukuran kelenjar tiroid biasanya kembali ke normal. Kadang-kadang
terjadi perubahan yang ireversibel dan kelenjar tidak dapat mengecil. Kelenjar
yang membesar tersebut dapat, walaupun tidak selalu, tetap memproduksi HT dalam
jumlah berlebihan. Apabila individu yang bersangkutan tetap mengalami
hipertiroidisme, maka keadaan ini disebut gondok nodular toksik.
3)
Dapat terjadi adenoma, hipofisis sel-sel penghasil TSH atau penyakit
hipotalamus, walaupun jarang.
4. Gambaran
Klinis
a.
Peningkatan frekuensi
denyut jantung
b.
Peningkatan tonus
otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap katekolamin
c. Peningkatan laju metabolisme
basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap panas, keringat
berlebihan
d.
Penurunan berat, peningkatan rasa lapar
e.
"Mata
Melotot"
f.
Dapat terjadi eksoftalmus (penonjolan bola mata) Peningkatan frekuensi
buang air besar
g. Gondok (biasanya), yaitu
peningkatan ukuran kelenjar tiroid
h.
Gangguan reproduksi
Tanda-tanda orang yang menghidapi Tiroktosikosis:
·
Bengkak di leher
·
Cirit birit
·
Degupan jantung
bertambah, sentiasa berdebar-debar
·
Gementar dan gelisah,
terketar-ketar
·
Haid tidak teratur,
kurang atau tidak datang
·
Kesuburan turun
·
Penumpuan kurang
·
Mata menjadi besar (bulging)
·
Angin yang tidak
menentu
·
Kejang otot
·
Oesteoporosis
(kereputan tulang)
·
Pengeluaran peluh
banyak, bertambah. Kulit lembap
·
Suhu badan naik, tak
tahan panas
·
Rambut tidak kuat
·
Sukar bernafas
·
Sukar tidur
·
Tekanan darah naik
·
Turun berat badan
walaupun selera naik
·
Lemah
·
Tangan selalu Lembab
(keluar keringat)
5. Tes
Diagnostik
a.
Pemeriksaan darah yang
mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memastikan diagnosis keadaan
dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.
b.
Tiroktosikosis dapat
disertai penurunan kadar lemak serum
c.
Penurunan kepekaan
terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemi
d.
Laboratorium : TSHs,
T4 atau fT4, T3, atau fT3, TSH Rab, kadar leukosit (bila timbul infeksi pada
awal pemakaian obat antitiroid)
e.
Sidik tiroid/ thyroid
scan : terutama membedakan penyakit plummer dari penyakit Graves
dengan komponen nodosa
f.
EKG
g.
Foto toraks
6. Komplikasi
Komplikasi Tiroktosikosis yang dapat mengancam
nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang
secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan
kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis.
Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan
takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106 oF), dan,
apabila tidak diobati, kematian
7. Penatalaksanaan
Pengobatan bergantung pada tempat dan penyebab
Tiroktosikosis.
a.
Apabila masalahnya
berada di tingkat kelenjar tiroid, maka pengobatan yang diberikan adalah
pemberian obat antitiroid yang menghambat produksi HT dan/atau obat-obat
penghambat beta untuk menurunkan hiperresponsivitas simpatis
b. Obat-obat yang merusak
jaringan tiroid juga dapat diberikan. Misalnya, iodium radioaktif (I131) yang diberikan per oral
akan diserap secara aktif oleh sel-sel tiroid yang hiperaktif. Setelah masuk,1131
akan merusak sel tersebut. Ini adalah terapi permanen untuk hipertiroidisme dan
sering menyebabkan seseorang kemudian menjadi hipotiroid dan memerlukan
pemberian HT pengganti seumur hidup
c. Tiroidektomi parsial atau
total juga dapat merupakan pengobatan pilihan. Tiroidektomi total, dan mungIcin
tiroidektomi parsial, menyebabkan hipotiroidisme.
8. PATOGENESIS dan
PATOFISIOLOGI
Penyebab Tiroktosikosis biasanya adalah
penyakit graves , goiter toksika. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme ,
kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya , disertai
dengan banya hyperplasia dan lipatan – lipatan sel - sel folikel ke dalam
folikel , sehingga jumlah sel – sel ini lebih meningkat beberapa kali
dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan
kecepatan sekresinya beberapa kali lipat; dan penelitian ambilan iodium
radioaktif menunjukkan bahwa kelenjar - kelenjar hiperplastik ini mensekresi
hormone tiroid dengan kecepatan 5- 15 kali lebih besar daripada normal.
Perubahan pada kelenjar tiroid ini mirip dengan perubahan akibat kelebihan TSH. Akan tetapi,, dari penelitian dengan pengukuran radioimunologik dapat ditunjukkan bahwa pada sebagian besar penderita besarnya konsentrasi TSH dalam plasma adalah lebih kecil dari normal, dan seringkali nol. Sebaliknya, pada sebagian besar penderita dijumpai adanya beberapa bahan yang mempunyai kerja mirip dengan kerja TSH yang ada dalam darah. Biasanya bahan – bahan ini adalah antibody immunoglobulin yang berikatan dengan reseptor membrane yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasicAMP
dalam sel, dengan hasil
akhirnya adalah hipertiroidisme. Antibody ini disebut immunoglobulin perangsang
tiroid dan disingkat TSI. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang
pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya
berlangsung astu jam. Tingginya sekresi hormone tiroid yang disebabkan oleh TSI
selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior
Perubahan pada kelenjar tiroid ini mirip dengan perubahan akibat kelebihan TSH. Akan tetapi,, dari penelitian dengan pengukuran radioimunologik dapat ditunjukkan bahwa pada sebagian besar penderita besarnya konsentrasi TSH dalam plasma adalah lebih kecil dari normal, dan seringkali nol. Sebaliknya, pada sebagian besar penderita dijumpai adanya beberapa bahan yang mempunyai kerja mirip dengan kerja TSH yang ada dalam darah. Biasanya bahan – bahan ini adalah antibody immunoglobulin yang berikatan dengan reseptor membrane yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi
9.
MANIFESTASI KLINIS
Terjadinya Tiroktosikosis biasanya perlahan –
lahan dalam beberapa bulan sampai beberapa tahun , namun juga bisa timbul
secara dramatic. Hampi semua system dalam tubuh mengalami gangguan akibat
kelebihan hormone tiroid ini sehingga pasien memberikan keluhan banyak macam.
Oleh karena itu, sering kali diagnosis hipertiroidisme di buat oleh ahli
jantung , ahli saraf, ahli kulit, atau ahli gastroentrologi, tergantung
terhadap manifestasi klinis yang menonjol. Pengaruh peningkatan hormone tiroid
harus dibedakan dengan kerja hormone tiroid secara fisiologis. Dalam batas
fisiologis, hormone tiroid merangsang pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta
meningkatkan sintesis banyak enzim. Manifestasi klinis yang paling sering
adalah penurunan berat badan , kelelahan, tremor, gugup, tidak tahan panas,
berkeringat berlebihan, palpitasi, pembesaran tiroid ( goiter/struma),
takikardia, eksfotalmus. Takikardia tanpa kelainan pada jantung memberikan
kesan kuat adanya tirotoksikosis . penurunan berat badan meskipun nafsu makan
bertambah dan tidak tahan panas adalah sangat spesifik , sehingga segera
dipikirkan adanya hipertiroidisme. Dibawah ini adalah data gambaran klinis
hipertiroidisme pada beberapa system :
Umum :
Berat badan menurun, Keletihan,
apatis, Berkeringat, tidak tahan panas
10.
PENGOBATAN
Tujuan pengobatan Tiroktosikosis adalah membatasi produk
hormone tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi atau merusak
jaringan tiroid.
Obat Anti Tiroid
Indikasi pemberian OAT adalah :
Indikasi pemberian OAT adalah :
1.
Sebagai terapi yang bertujuan memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi
yang menetap, pada pasien – pasien muda dengan struma ringan sampai
sedang dan tirotoksikosis
2.
Sebagai obat untuk control tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan,
atau sesudah pengobatan pada pasien yang mendapat yodium radioaktif.
3.
Sebagi persiapan untuk tiroidektomi
4.
Untuk pengobatan pada pasien hami9l
5.
Pasien dengan krisis tiroid
Obat Anti Tiroid yang sering digunakan
adalah karbimazol, metimazol, dan propitiourasil.
Pengobatan dengan yodium radioaktif
indikasi pengobatan dengan iodium radioaktif adalah :
1.Pasien umur 35 tahun ke atas
2.Hipertiroidisme yang kambuh setelah operasi
3.gagal mencapai remisi sesudah pemberian OAT
4.tidak mampu atau tidak mau dengan pengobatan OAT
5.Adenoma toksik, goiter multinudular toksik
Operasi
indikasi operasi adalah :
1.pasien umur muda dengan struma yang besar
2.pada wanita hamil yang membutuhkan OAT dalam dosis besar
3.alergi terhadap OAT
4.adenoma toksik atatu struma multinodular toksik
5.pada penyakit graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul.
Pengobatan tambahan
1.sekat beta adrenergic
2.yodium
3.ipodate
4.litium
Dalam kes hyperthyroidism / thyrotoxicosis, hormon tiroid T3 dan T4 didapati lebih tinggi daripada orang biasa. Antara penyebab penyakit ini ialah :
Pengobatan dengan yodium radioaktif
indikasi pengobatan dengan iodium radioaktif adalah :
1.Pasien umur 35 tahun ke atas
2.Hipertiroidisme yang kambuh setelah operasi
3.gagal mencapai remisi sesudah pemberian OAT
4.tidak mampu atau tidak mau dengan pengobatan OAT
5.Adenoma toksik, goiter multinudular toksik
Operasi
indikasi operasi adalah :
1.pasien umur muda dengan struma yang besar
2.pada wanita hamil yang membutuhkan OAT dalam dosis besar
3.alergi terhadap OAT
4.adenoma toksik atatu struma multinodular toksik
5.pada penyakit graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul.
Pengobatan tambahan
1.sekat beta adrenergic
2.yodium
3.ipodate
4.litium
Dalam kes hyperthyroidism / thyrotoxicosis, hormon tiroid T3 dan T4 didapati lebih tinggi daripada orang biasa. Antara penyebab penyakit ini ialah :
- Grave's disease. Antibodi di dalam badan
menyebabkan tiroid membesar dan mengeluarkan lebih hormon. Selalunya semua
(atau sebahagian besar) sel tiroid orang yang menghidapi penyakit ini
mengeluarkan hormon berlebihan
- Thyroiditis (tiroid bengkak). Selalunya
keadaan ini boleh elok sendiri
- Toxic nodule goitre. Terlalu banyak iodin di
dalam makanan
Terapi
Tata laksana penyakitGraves :
Obat anti tiroid
Tata laksana penyakit
Obat anti tiroid
• Propiltiourasil PTU) dosis awal 300 – 600
mg/hari, dosis maksimal 2.000
mg/hari.
• Metimazol dosis awal 20 -30 mg/hari
• Indikasi:
-
mendapat remisi yang
menetap atau memperpanjang remisi pada pasien
muda dengan struma ringan –sedang dan tiroktosikosis
-
untuk mengendalikan
tiroktosikosis pada fase sebelum pengobatan atau sesudah pengobatan yodium
radioaktif
-
persiapan tiroidektomi
-
pasien hamil, usia
lanjut
-
krisis tiroid
BAB II
ASKEP
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.T
DENGAN MASALAH TIROTOKSITOSIS
- PENGKAJIAN
- BIODATA
a.
Identitas Klien
Nama :
Ny. H
Tempat Tgl. Lahir :
Umur :
Jenis Kelamin :
Perempuan
Alamat :
Agama :
Suku :
Pendidikan :
No. CM :
Tanggal Masuk RS :
Diagnosa Medis :
b.
Identitas Penanggung
Jawab
Nama :
Tn. N
Tempat Tgl. Lahir :
Umur :
Jenis Kelamin :
Laki-Laki
Alamat :
Agama :
Suku :
Pendidikan :
Hubungan Dg Klien :
- RIWAYAT KESEHATAN
a.
Keluhan Utama :
Nyeri pada leher
b.
Riwayat Kesehatan
Sekarang :
Pada
penderita tirotoksitosis mengalami bengkak pada leher dan terasa nyeri pada
leher.
c.
Riwayat Kesehatan
dahulu :
1.
Tiroktosikosis dapat terjadi akibat disfungsi
kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi
kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif
HT terhadap pelepasan keduanya.
2.
Tiroktosikosis akibat
malfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar HT dan TSH yang tinggi. TRF akan rendah karena uinpan
balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus
akan memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
d.
Riwayat kesehatan
keluarga
Pada penderita tirotoksitosis disebabkan oleh
penyakit Graves , Goiter Toksika.
e.
Genogram :
Keterangan
f.
Riwayat Kesehatan
Lingkungan :
Lingkungan disekitar rumah klien
terlihat bersih
g.
Riwayat Elergi
Pada penderita tirotoksitosis ini tidak mempunyai/ menderita elergi apapun.
- POLA FUNGSI KESEHATAN (
GORDON )
a.
Persepsi Terhadap
kesehatan ;
Jika pasien merasa sakit berobat kedokter atau
pergi kepuskesmas.
b.
Pola aktivitas
kesehatan tergantung pada berat
ringannya penyakit. (mandi, berpakaian, eliminasi, mobilitas ditempat tidur,
ambulansi, dan makan) semuanya
memerlukan bantuan total
aktivitas
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Mandi
Berpakaian / Berdandan
Eliminasi
Mobilitas ditempat tidur
Ambulansi
Makan
|
√
√
√
√
√
√
|
Keterangan :
0
: memerlukan penggunaan alat bantu
1
: memerlukan bantuan minimal
2
: memerlukan bantuan atau beberapa pengawasan
3
: memerlukan pengawasan total
4
: memerlukan bantuan total atau tidak dapat
membantu.
c.
Pola Istirahat / Tidur
Ganguan pola tidur Insomnia karena adanya nyeri
akibat dari penyakit serta sensivitas meningkat.
d.
Pola nutrisi metabolik
Penderita tirotoksitosis mengalami
ganguan nutrisi metabolik yaitu adanya mual dan muntah , kehilangan nafsu makan
serta kelemahan untuk melakukan aktivitasnya.
e.
Pola Eliminasi
Pada penderita tirotoksitosis mengalami
gangguan Perubahan pola kemih (poliuria, nocturia, urin encer serta bau.) dan
juga pasien mengalami Diare.
f.
Pola kognitif
perseptual
Penderita tirotoksitosis tidak mampu
melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri/sendiri memerlukan bantuan dari
oranglain.
Neurosensori
-
Gejala : Pusing atau pening, sakit
kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot parasetia, gangguan penglihatan
-
Tanda : Disorientasi, megantuk,
lethargi, stupor atau koma ( tahap lanjut), gangguan memori ( baru masa lalu )
kacau mental
Refleks tendon dalam (RTD menurun;
koma) Aktivitas kejang
( tahap lanjut dari DKA)
Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan /
tanpa sputum purulen ( tergantung adanya infeksi atau tidak)
Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi pernapasan meningkat
g.
Pola konsep diri.
1.
Identitas diri
Pada penderita tirotoksitosis mampu
mengenali dirinya sendiri dan keluarganya.
2.
Ideal diri
Pada penderita tirotoksitosis merasa rendah
diri dan tidak sempurna karena mengalami pembengkakan pada lehernya
3.
Gambaran diri
Pada penderita tirotoksitosis mengalami
gangguan gambaran diri yaitu dia merasa depresi, menarik diri, emosi yang tidak
stabil.
4.
Peran diri
Pada Penderita tirotoksitosis mengalami
gangguan peran diri yaitu dia merasa tidak berguna sebagai seorang istri
ataupun seorang ibu. Serta merasa sedih dan ingin cepat sembuh.
5.
Harga diri
Pada penderita tirotoksitosis mengalami
gangguan harga diri yaitu merasa rendah diri karena tidak dapat melakukan
aktivitasnya secara mandiri dan harus dibantu oleh keluarganya.
h.
Pola seksual
Reproduksi
Penderita tirotoksitosis mengalami
gangguan pola seksual reproduksi yaitu rabas wanita (cenderung infeksi)
kesulitan orgasme dittandai dengan kadar lipid dengan kolesterol meningkat.
Selain itu haid juga tidak teratur (bahkan tidak haid sama sekali)
i.
Pola nilai dan
Kepercayaan.
Selama
sakit pasien tidak dapat melakukan aktivitas agamanya seperti biasa karena
kondisinya sangat lemah.
j.
Pola Peran Hubungan
Hubungan
dengan anggota keluarga cukup baik, namun selama sakit pasien lebih dekat
dengan suamin dan anak-anaknya.
k.
Pola Koping
Jika
pasien mempunya masalah kesehatan atau sakit pasien selalu bercerita kepada
suaminya.
- PEMERIKSAAN FISIK
a.
Keadaan Umum
Penderita tirotoksitosis
tergantung berat ringannya penyakit dan tingkat kesadaran dan kewaspadaan itu
dapat diuji dengan GCS komfensis sampai coma.
Skala koma
Glasgow (GCS)
Parameter
|
Nilai
|
|
Mata ;
Respon verbal ;
Respon Motorik/gerak
;
|
Membuka secara
spontan
Terhadap suara
Terhadap nyeri
Tidak berespon
Orientasi baik
Bingung
Kata-kata tidak
jelas
Bunyi tidak jelas
Mengikuti perintah
Gerakan lokal
Fleksi, menarik
Fleksi abnormal
Ekstensi abnormal
Tidak ada
|
4
3
2
1
5
4
3
1
6
5
4
3
2
1
|
( Nilai maksimal 15, minimal 3 )
b.
Data sistematik
1.
Sistem Kardiovaskuler
Tirotoksitosis
mengalami takikardi lebih dari 100 X/menit. Tekanan darahnya hipertensi yaitu
sistolenya lebih dari 140mmhg dan diatolnya lebih dari 90 mmhg.
2.
Sistem Respirasi dan pernafasan
Tirotoksitosis
mengalami Bradepneu frekuensi pernafasannya kurang dari 24 x/menit.
3.
Sistem gastrointestinal
Penderita Tirotoksitosis
mengalami ganguan nutrisi metabolik
yaitu mual dan muntah serta nafsu makan berkurang.
4.
Sistem Musculosceletal
Dalam
memenuhi kemampuan aktivitas sehari-hari pasien dibantu sepenuhnya menggunakan
alat bantu sepenuhnya berupa NGT (untuk makan), infus.
Skala
|
Kenormalan /kekuatan (%)
|
Ciri-ciri
|
0
1
2
3
4
5
|
0
10
25
50
75
100
|
Paralisis total
Tidak ada gerakan,
teraba/terlihat adanya kontraksi otot
Gerakan otot penuh
menentang gravitasi dengan sokongan
Gerakan normal
menentang gravitasi
Gerakan normal penuh
menentang gravitasi dengan sedikit penahanan
Gerakan normal
penuh, menentang gravitasi dengan penahanan penuh
|
5.
Sistem Integumen
Pada
penderita Tirotoksitosis turgor kulit bisa mengalami kerusakan serta kulit
kering (bersisik)
6.
Sistem Perkemihan
Pasien
mengalami difusi kandung kemih serta infeksi saluran kemih.
c.
Data penunjang
·
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan
memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf
pusat atau kelenjar tiroid.
·
Tiroktosikosis dapat
disertai penurunan kadar lemak serum
·
Penurunan kepekaan
terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemi
·
Laboratorium : TSHs,
T4 atau fT4, T3, atau fT3, TSH Rab, kadar leukosit (bila timbul infeksi pada
awal pemakaian obat antitiroid)
·
Sidik tiroid/ thyroid
scan : terutama membedakan penyakit plummer dari penyakit Graves
dengan komponen nodosa
·
EKG
·
Foto toraks
d.
Obat yang diberikan
Tujuan pengobatan Tiroktosikosis adalah membatasi produk
hormone tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi atau merusak
jaringan tiroid.
Obat Anti Tiroid
Indikasi pemberian OAT adalah :
Indikasi pemberian OAT adalah :
1.
Sebagai terapi yang bertujuan memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi
yang menetap, pada pasien – pasien muda dengan struma ringan sampai
sedang dan tirotoksikosis
2.
Sebagai obat untuk control tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan,
atau sesudah pengobatan pada pasien yang mendapat yodium radioaktif.
3. Sebagi persiapan
untuk tiroidektomi
4. Untuk pengobatan
pada pasien hamil
5.
Pasien dengan krisis tiroid
Obat Anti Tiroid yang sering digunakan
adalah karbimazol, metimazol, dan propitiourasil.
Pengobatan dengan yodium radioaktif
Pengobatan dengan yodium radioaktif
indikasi pengobatan dengan iodium
radioaktif adalah :
1.Pasien umur 35 tahun ke atas
2.Hipertiroidisme yang kambuh setelah
operasi
3.gagal mencapai remisi sesudah
pemberian OAT
4.tidak mampu atau tidak mau dengan
pengobatan OAT
5.Adenoma
toksik, goiter multinudular toksikMencegah terjadinya gumpalan darah dan embolisasi
trombus, misalnya heparin, kumarin, sintrom
Obat trombolitik (obat yang
dapat menghancurkan trombus)
Terapi trombolitik pada
stroke, iskemik didasari anggapan bahwa bila sumbatan oleh trombus dapat segera
dihilangkan atau dikurangi (rekanolisasi) maka sel-sel neuron yang sekarat
dapat ditolong.
Diterapi dengan tirah baring
dan penurunan rangsang eksternal untuk mengurangi kebutuhan oksigen serebrum.
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Data Fokus
-
Nyeri leher
-
Mual muntah
-
Bradikardi ( <100 x/menit)
-
Bradipneu(<24 x/menit)
-
Hipertensi sistole > 140mmhg diastole > 90 mmhg
-
Kelemahan
-
Turgor kulit buruk
-
Gelisah
-
Poliguria
-
Penampilannya kotor
-
Mulut berbau
-
Nafsu makan berkurang
-
Badan terasa lemah
-
Tubuh teraba hangat, tak tahan panas
-
Diare
-
Pasien membutuhkan bantuan untuk melakukan aktivitas
-
Berkeringat
-
Gelisah (gemetar)
-
Degub jantung bertambah (berdebar-debar)
-
Mata menjadi besar
-
Kejang otat
-
Sukar nafas
-
Bengkak dileher
-
Cemas
-
Batuk
-
Sering mengeluarkan mukus
-
Tidak mengetahui penyebab penyakit
- Analisa Data
Symtom
|
Problem
|
Etiologi
|
DS. –
DO.
-
hipertensi
-
nyeri pada leher
-
distensi abdominal (menahan nyeri)
DS. –
DO.
-
Nafsu makan berkurang
-
Mual mutah
-
Penurunan berat badan
DS. –
DO.
-
Gelisah
-
Takhikardi
-
Mual
-
Hipertensi
-
Kelemahan
-
Badan terasa lemah
DS. –
DO.
-
Sukar bernafas
-
Bengkak pada leher
-
Batuk
-
Sering mengeluarkan mukus
DS :
DO:
-
Gelisah
-
tidak mengetahui penyebab penyakitnya
.
DS :
DO :
-
Keterbatasan ROM
-
Postur tubuh tidak
stabil selama makan aktivitas rutin
-
Tidak ada koordinasi
gerak
-
Ganguan pola tidur
DS. –
DO.
-
Nyeri abdomen
-
Hipertensi
-
Cemas
DS. –
DO.
-
Mulut berbau
-
Penampilannya kotor
-
Giginya tampak kuning
DS. –
DO.
-
Pasien membutuhkan bantuan untuk melakukan
aktivitas
-
Respon terhadap
aktivitas menunjukkan nadi dan tekanan darah abnormal
-
Dispnea dan ketidak
nyamanan yang sangat
-
Pasien keliahatan
menahan nyeri
|
Nyeri akut
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
Ansietas
Bersihan jalan nafas tidak
efektif
Kurangnya pengetahuan
Kerusakan mobilitas fisik
Gangguan pola tidur
Kurang perawatan
diri
Intoleransi aktivitas
|
Luka post op
Penurunan keinginan untuk makan
sekunder akibat mual-mual
Faktor fisiologis
obstruksi trakea, spasme laringeal
Tidak familiarnya sumber informasi penyakit.
Kerusakan musculoskeletal dan neuromaskuler
nyeri pada leher
Kelemahan
Nyeri
|
- DIAGNOSA
KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH
- Nyeri akut berhubungan dengan luka pasca operasi
- Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
obstruksi trakea, spasme laringeal.
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan keinginan untuk makan sekunder akibat mual
muntah.
- Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
kerusakan musculuskeletal dan neuromaskuler
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri
- Ganguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada
leher
- Kurang
perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
- Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis
- Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan tidak
familiarnya sumber informasi penyakit.
- PERENCANAAN
(INTERVENSI)
Waktu
|
No. DX
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasianal
|
|
Tgl
|
Jam
|
||||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
|
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan .... x 24 jam
Diharapkan nyeri dapat
terkontrol dengan kriteria hasil :
Nyeri hilang atau terkontrol
-
160501 mengenal faktor penyebab nyeri
-
160502 mengenali lamanya obat (onset) sakit
-
160509 mengenali gejala nyeri
-
160511 melaporkan nyeri sudah terkontrol
NOC KRITERIA :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama...x 24 jam. Diharapkan mampu membersihkan sekresi pada
jalan nafas, dengan kriteria hasil :
Kepatenan jalan nafas :
-
041004 frekuensi pernafasan dalam rentang normal
(16-24x/mnt)
-
041006 mampu mengeluarkan spuntum
-
041007 tidak ada suara nafas tambahan
-
041008 mendemonstrasikan batuk efektif dan suara
nafs yang bersih tidak ada sianosis.
NOC KRITERIA :
1. Tidak pernah
ditunjukkan
2. Jarang ditunjukkan
3. kadang – kadang
ditunjukkan
4. sering ditunjukkan
5. terus menerus
ditunjukkan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan ...x 24 jam
diharapkan pasien kebutuhan nutrisi
terpenuhi dengan kriteria hasil :
Status nutrisi
-
100801 peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
-
100802 tidak ada tanda mal nutrisi
-
100401 intake nutrisi
-
100402 intake makanan dan cairan
-
100405 peningkatan BB sesuai dengan tujuan
-
100407 tidak ada tanda mal nutrisi
NOC KRITERIA :
1.
Tidak pernah ditunjukkan
2.
Jarang ditunjukan
3.
kadang – kadang ditunjukkan
4.
sering ditunjukkan
5.
terus menerus ditunjukkan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ...X24 jam. Diharapkan pasien mampu melakukan pergerakan
secara mandiri dengan kriteria hasil :
Mobility Level :
020803 pergerakan otot
020804 pergerakan sendi
020805 ajarkan untuk
menggerakkan badan
020807 mampu mengerakkan sendi
dengan mandiri
NOC KRITERIA
1.
memerlukan bantuan
total dari orang lain.
2.
membutuhkan bantuan orang lain dan alat bantu
3.
membutuhkan bantuan dari orang lain
4.
tidak membutuhkan bantuan alat bantu
5.
tidakmemerlukan bantuan dari siapapun
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan ...... X 24 jam. Pasien dapat beraktivitas baik dari sebelumnya
dengan kriteria hasil :
Toleransi aktivitas :
-
000503 Respirasi rate dalam rentang normal untuk
aktivitas
-
000504 tekanan darah sistolik dalam rentang normal
ubtuk aktivitas
-
000505 tekanan darah diastole dalam rentang
aktivitas
-
000513 melaporkan kemampuan ADLS
NOC KRITERIA :
1. Sangat ditoleransi
2. Dapat ditoleransi
3. Ditoleransi seimbang
4. Agak ditoleransi
5. tidak ditoleransi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan ... x 24 jam jumlah dan kualitas tidur lebih baik dari sebelumnya
dengan kriteria hasil :Tidur
-
000402 observasi lamanya tidur
-
000403 pola tidur
-
000404 kualitas tidur
-
000406 tidur tidak terganggu
-
000408 perasaan segar setelah tidur
-
000414 vital sent dalam rentang normal
NOC KRITERIA :
1.
Tidak pernah ditunjukkan
2.
Jarang ditunjukan
3.
kadang ditunjukkan
4.
sering ditunjukkan
5.
terus menerus ditunjukkan
Setelah dilakukan tindakankeperawatan ...x24 jam,
diharapkan kebersihan klien terjaga dengan kriteria hasil :
ADC
030001 makan
030002 berpakaian
030003 toileting
030004 mandi
030005 berhias
030006 higiene
NOC KRITERIA
1.
memerlukan bantuan
total dari orang lain.
2.
membutuhkan bantuan orang lain dan alat bantu
3.
membutuhkan bantuan dari orang lain
4.
tidak membutuhkan bantuan alat bantu
5.
tidakmemerlukan bantuan dari siapapun
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan .... x 24 jam
diharapkan kecemasan akan hilang dengan
kriteria hasil :
-
140201 monitor intensitas kecemasan
-
140202 menghilangkan tanda-tanda kecemasan
-
-140206 menggunakan strategi koping positif
-
140207 dapat mengontrol cemas
NOC KRITERIA :
1. Tidak pernah ditunjukkan
2.Jarang ditunjukan
3.kadang ditunjukkan
4.sering ditunjukkan
5.terus menerus ditunjukkan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama... x 24 jam. Diharapkan pasien mengetahui tentang penyebab
penyakit, dengan kriteria hasil :
pengetahuan tentang proses
penyakit
-
180301 Familiar dengan proses penyakit
-
180302 Mendiskripsikan proses penyakit
-
180303 Mendiskripsikan faktor penyebab penyakit
-
180305 Mendiskripsikan efek penyakit
-
180306 Mendiskripsikan tanda dan gejala penyakit
NOC KRITERIA :
1. Kurang pengetahuan
2. Pengetahuan terbatas
3. Pengetahuan cukup
4. Banyak Pengetahuan
5. Pengetahuan Sangat
Luas
|
Manajemen Nyeri
-
kaji secara konfrehensif tentang nyeri meliputi :
lokasi, karakteristik, dan onset durasi, frekuensi kualitas,
intensif/beratnya nyeri dan faktor-faktor presipitasi
-
berikan analgesik sesuai dengan anjuran
-
tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
-
monitor kenyamanan
-
pasien
terhadap manajemen nyeri
-
berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab,
berapa lama terjadi dan tindakan pencegahan.
Airway Management
-
Buka jalan nafas.
-
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
-
Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu
-
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan
-
Monitor respirasi dan status O2
Manajemen nutrisi :
-
monitor adanya
penurunan berat badan.
-
kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan.
-
Berikan makanan pilihan pada klien
-
Kolaborasi dengan ti ahli gizi tentang nutrisi yang
dibuat
-
Tingkatkan protein dan vitamin.
-
Catat adanya mual muntah.
Exercise therapy :
Join mobility
-
Pertahankan posisi yang nyaman
-
monitor lokasi dan sifat ketidaknyamanan/nyeri
sebelum bergerak
-
kaji tindakan control nyeri sebelum memulai latihan
-
lakukan ambulansi sebanyak mungkin jika
memungkinkan
-
kolaborasi dengan fisioterapi dalam program
latihan.
Terapi Aktivitas
-
untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan
kemampuan fisik.
-
bantu memfokuskan apa yang dapat pasien kerjakan
-
bantu kebiasaan aktivitas fisik (ambulansi,
berpindah, dan personal higiene/oral care jika diperlukan)
-
bantu meningkatkan motivasi dan reinforcement.
Meningkatkan Tidur :
-
monitor dan catat pola tidur dan lamanya tidur
pasien
-
catat tanda fisik ( sesak nafas, obstruksi jalan nafas
dan nyeri)
-
Atur lingkungan untuk meningkatkan tidur
-
bantu untuk menghilangkan masalah sebelum tidur
-
terapkan tindakan kenyamanan message dan kenyamanan
pasien.
Self care assistence
-
pantau kemampuan klien untuk melakukan perawatan
diri secara mandiri
-
pantau kebutuhan klienuntuk penyesuaian penggunan
alat untuk personal hiegiene, toileting dan makan
-
dorong klien untuk mandi tetapi berikan bantuan
ketika klien tidak dapat melakukan
-
sediakan barang-barang yang diperlukan klien
seperti deodoran, sabun mandi, sikat gigi dan lain-lain.
-
menentukan aktivitas perawatan diri yang sesuai
dengan kondisi secara rutin.
Penurunan kecemasan :
-
tenangkan klien
-
kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada
tingkat kecemasan (tachypnea, ekspresi cemas, non verbal, tachicardya)
-
berikan pengobatan untuk menurunkan panas dengan
cara yang tepat
-
bantu klien untuk mengidentivikasi situasi yang
menciptakan cemas
Mengajarkan proses penyakit
-
Tentukan tingkat pengetahuan klien sebelumnya.
-
Jelaskan proses penyakit (pengertian, etiologi,
tanda dan gejala)
-
Berikan dorongan kepada pasien untuk menggungkapkan
pendapat.
-
jelaskan
pengelolaan perawatan yang dilakukan.
|
-
untuk mengetahui terjadinya komplikasi nyeri lebih
lanju
-
membantu menghilangkan nyeri dan meningkatkan penyembuhan
-
meningkatkan kenyamanan
-
meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kemampuan
koing pasien.
-
untuk bernafas lebih efektif
-
Agar pasien mudah bernafas
-
Agar klien leluasa untuk bernafas
-
Agar tidak kekuarangan cairan
-
Untukmengetahui perkembangan lebih lanjut
-
mengetahui perubahan berat badan
-
mengetahui nutrisi yang dbutuhkan klien
-
agar pasien mau makan
-
untuk memberikan nutrisi yang tepat untuk pasien
-
Meningkatkan daya tahan tubuh
-
Memantau pengeluaran
cairan dalam tubuh.
-
mencegah iritasi dan komplikasi
-
mengurangi nyari
-
imobilisasi yang lama dapat menimbulkan dekubitus
-
kerjasama dalam perawatan
-
untuk mengetahui aktivitas yang dapat klien
lakukan.
-
memilih aktivitas yang sesuai dengan kemampuan
klien
-
membentu pemenuhan kebutuhan keperawatan diri
-
memberikan support pada klien
-
mengetahui kualitas tidur pasien
-
untuk mengetahui penyebab ganguan tidur
-
meningkatkan kenyaman tidur
-
mengurangi gangguan tidur
-
memberikan kenyamanan pada saat tidur
-
untukmeningkatkan kenyaman klien
-
untuk memberikan rasa nyaman pada klien
-
membantu memenuhi kebutuhan klien
-
untuk kenyamanan klien
-
menghilangkan cemas
-
untuk mengetahui tingkat kecemasan klien
-
memberikan ketenangan pada klien
-
untuk mengetahui penyebab cemas
-
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien
-
Agar klien mengetahui tentang penyakitnya
-
Untuk pengkajian lebih lanjut
-
Untuk kenyamanan klien
|
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny T dengan kasus
Tirotoksitosis maka penulis menarik kesimpulan :
Tiroktosikosis merupakan suatu
keadaan di mana didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan
dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiwi yang ditemukan bila suatu
jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan. Atau bisa dikatakan kadar HT
dalam darah yang berlebihan.
Diagnosa keperawatan yang muncul antara lain ;
1.
Nyeri akut berhubungan
dengan luka pasca operasi
2.
Bersihan jalan nafas
tidak efektif berhubungan dengan obstruksi trakea, spasme laringeal.
3.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan keinginan
untuk makan sekunder akibat mual muntah.
4.
Kerusakan mobilitas
fisik berhubungan dengan kerusakan musculuskeletal dan neuromaskuler
5.
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan nyeri
6.
Ganguan pola tidur
berhubungan dengan nyeri pada leher
7.
Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
8.
Ansietas berhubungan
dengan faktor fisiologis
9.
Kurangnya pengetahuan
berhubungan dengan tidak familiarnya sumber informasi penyakit.
- SARAN
·
Hindari aktivitas yang berlebihan (yang bisa membuat nyeri yang
berlebihan)
·
Menjaga atau mengatur pola makan yang sehat
·
Berikan terapi obat sesuai dengan anjuran dokter
·
Berikan informasi tentang penyakit yang diderita agar dapat mengontrol
aktivitas sehari-hari.
·
Jalankan terapi-terapi sesuai dengan anjuran dokter
DAFTAR PUSTAKA
-
Judith, M. Wilkson. 2007. Diagnosa
Keperawatan. Jakarta :
EGC
-
Santosa Budi. Diagnosa Keperawatan, definisi
dan klasifikasi.2005-2006. Jakarta :
Prima Medika.
-
Ganong. 1995. Anatomii
Kedokteran. 133-135, ed.14. Jakarta :
EGC.
-
Guyton. 2001. Anatomi. 593-533, ed. 3. Jakarta : EGC.
-
Pearce. E. 2004. Panduan untuk Paramedis. 314-32. Jakarta : Gramedia.
-
Susan Marfin Tucker.
(2001), Standar perawatan pasien, Jakarta , EGC
-
Rahmat Juwono (2001), Ilmu penyakit Dalam Jilid I, Jakarta : EGC
-
Nur Salam (2001), Proses Dokumentasi Keperawatan, Jakarta : EGC
-
Priharjo, Robert.1996.
pengkajian fisik keperawatan. Jakarta
; EGC
-
Bruner
& Sudarrth.2002. Buku ajar keperawatan Medikal bedah Volume 2. Jakarta : EGC
-
Carpenito,
Lynda jual. 2001.Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC