BAB I
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Definisi
Sirosis
hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan difus dan kronik
pada hati, diikuti proliferasi jaringan ikat, degenerasi dan regenerasi,
sehingga timbul kerusakan dalam susunan parenkim hati.
B. Penyebab
(etiologi)
Penyebab
yang sampai sekarang ini belum jelas diantaranya:
1.
Infeksi virus hepatitis
B ataupun C
2.
Faktor kekurangan gizi
3.
Zat hepatotoksis
4.
Penyakit wilson
5.
Hemokromatosis
6.
Komsumsi alkohol
berlebihan
7.
Penyakit metaboloik
8.
Ganguan imuologis
C. Patofisiologis
Adanya
faktor etilogi menyebabkan peradangan dan kerusakan inekrosis meliputi daerah
yang luas (hapatoseluler), terjadi kolaps lobulus hati dan ini memacu timbulnya
jaringan parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus dan modul sel hati.
septa bisa dibenyuk dari sel retikulum penyangga kolaps dan berubah menjadi
parut. jaringan parut ini dapats menghubungkan daerah portal yang satu dengan
yang lain atau portal dengan sentral (bridging neerosis). Beberapa sel tumbuh
kembali dan membentuk nodul dengan berbagai ukuran, dan ini menyebabkan
distorsi percabangan pembuluh hepatik dan gangguan aliran daerah portal dan
menimbulkan hipertensi portal. Tahap berikutnya terjadi peradangan dan nekrosis
pada sel duktules, sinusoid, retikulo endotel, terjadi fibrogenesis dan septa
aktif jaringan kologen berubah dari reversibel menjadi irrevensibel bila telah
terbentuk septa permanen yang aseluler pada daerah portal dan parenkhim hati
sel limfosit T dan makrofag menghasilkan limfokin dan monokin sebagai mediator
fibrinogen,septal aktif ini berasal dari portal menyebar keparenkim hati.
Kolagen ada 4 tipe dengan lokasi sebagai berikut:
Tipe
1 : lokasi daerah sentral
Tipe
2: sinusoid
Tipe
3: jaringan retikulin (sinusoid portal)
Tipe
4: membram basal Pada semua sirosis terdapat peningkatan pertumbuhan semua
jenis kologen tersebut.
Pembentukan
jaringan kologen diransang oleh nekrosis hepatoseluluer dan asidosis laktat
merupakan faktor perangsang. Mekanisme terjadinya sirosis hati bisa secara :
v mekanik
v imunologis
v campuran
Dalam
hal mekanisme terjadinya sirosis secara mekanik dimulai dari kejadian hepatitis
viral akut, timbul peradangan luas, nekrosis luas dan pembentukan jaringan ikat
yang luas disertai pembentukan jaringan ikat yang luas disrtai pembentukan
nodul regenerasi oleh sel parenkim hati, yang masih baik. Jadi fibrosis pasca
nekrotik adalah dasar timbulnya sirosis hati. Pada mekanisme terjadinya sirosis
secara imunologis dimulai dengan kejadian hepatitis viral akut yang menimbulkan
peradangan sel hati ,nekrosis /nekrosis bridging dengan melalui hepatitis
kronik agresif diikuti timbulnya sirosis hati. Perkembangan sirosis dengan cara
ini memerlukan waktu sekitars 4 tahun sels yang nengandung virus ini merupakan
sumber rangsangan terjadinya proses imunologis yang berlangsung terus menerus
sampai terjadi kerusakan hati.
Pathway
sirosis
Virus
hepatitis b Malnutrisi berat Alkohol Bahan/obat
INFEKSI
AKUT DI HEPAR
SIROSIS HEPATIS
D.
Manifestasi klinis
Pada
awal perjalanan sirosis, hati cenderung membesar dan sel-sel dipenuhi lemak,
hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahui
melalui palpasi, nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat pembesaran hati
yang cepat dan baru saja terjadi sehingga mengakibatkan renganagan pada
selubung fibrosa hati ( kapsul glisoni ). Pada perjalanan penyakit lebih lanjut
ukuran hati akan berkurang setelah jaringan parut menyebabkan pengerutan jaringan
hati, apabila dapat di palpasi permukaan hati akan teraba benjol-benjol (
neduler ). Gejala dini non spesifik berupakelelehan, anoreksia, dispesia,
fletulen, konstipasi atau diare, berat badan menurun, nyeri tumpul atau berat
pada epigastium atau kaudrat kanan atas.
Manifestasi
utama dan lanjutan sirosis merupakan akibat dari dua tipe ganguan fisisologik.
a.
Gagal sel hati
§ Ikterus
§ Edema
perifer
§ Kecendrungan
perdarahan
§ Eritema
palmaris ( telapak tangan merah )
§ Angloma
laba-laba
§ Faktor
hepatika
b.
Hipertensi
§ Splenomegali
§ Varises
oesofagus dan lambung
§ Manifestasi
sirkulasi kolateral lain sedangkan asites dapat diangap sebagai manifestasi
gagal hepatoseluler dan hipertensi portal
E. Komplikasi
Bila
penyakit sirosis hati berlanjut progresif, maka gambaran klinis, prognosis dan
pengobatan tergantung pada 2 kelompok besar komplikasi :
1.
Kegagalan hati (hepatoseluler); timbul
spider nevi, eritema palmaris, atrofi testis, ginekomastia, ikterus, ensefalopati,
dll.
2.
Hipertensi portal : dapat menimbulkan splenomegali, pemekaran pembuluh vena
esofagus/cardia, caput medusae, hemoroid, vena kolateral dinding perut. Bila
penyakit berlanjut maka dari kedua komplikasi tersebut dapat timbul komplikasi
dan berupa :
3.
Asites
4.
Ensefalopati
5.
Peritonitis bakterial spontan
6.
Sindrom hepatorenal
7.
Transformasi ke arah kanker hati primer (hepatoma)
8.
Ensefalopati
9.
Peritonitis bakterial spontan
10.
Sindrom hepatoenal
11.
Hepatoma
F.
Penatalaksanaan
Terapi
& prognosis sirosis hati tergantung pada derajat komplikasi kegagalan hati
dan hipertensi portal. Dengan kontrol pasien yang teratur pada fase dini akan
dapat dipertahankan keadaan kompensasi dalam jangka panjang dan kita dapat
memperpanjang timbulnya komplikasi.
1.
Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang baik cukup dilakukan kontrol yang
teratur, istirahat yang cukup, susunan diet TKTP, lemak secukupnya. Bila timbul
ensefalopati, protein dikurangi.
2.
Pasien sirosis hati dengan sebab yang diketahui, seperti : Alkohol &
obat-obat lain dianjurkan menghentikan penggunaannya. Alkohol akan mengurangi
pemasukan protein ke dalam tubuh.
Hemokromatosis, dihentikan pemakaian preparat yang mengandung besi atau terapi kelasi (desferioxamine). Dilakukan venaseksi 2x seminggu sebanyak 500 cc selama setahun. Pada penyakit wilson (penyakit metabolik yang diturunkan), diberikan D-penicilamine 20 mg/kgBB/hari yang akan mengikat kelebihan cuprum, dan menambah ekskresi melalui urin.
Hemokromatosis, dihentikan pemakaian preparat yang mengandung besi atau terapi kelasi (desferioxamine). Dilakukan venaseksi 2x seminggu sebanyak 500 cc selama setahun. Pada penyakit wilson (penyakit metabolik yang diturunkan), diberikan D-penicilamine 20 mg/kgBB/hari yang akan mengikat kelebihan cuprum, dan menambah ekskresi melalui urin.
3.
Pada hepatitis kronik autoimun diberikan kortikosteroid
4. Pada keadaan lain dilakukan terapi terhadap komplikasi yang timbul
4. Pada keadaan lain dilakukan terapi terhadap komplikasi yang timbul
a)
Untuk asites, diberikan diet rendah garam 0,5 g/hr dan total cairan 1,5 l/hr.
Spirolakton dimulai dengan dosis awal 4×25 mg/hr dinaikkan sampai total dosis
800 mg sehari,bila perlu dikombinasi dengan furosemid.
b)
Perdarahan varises esofagus. Pasien dirawat di RS sebagai kasus perdarahan
saluran cerna. Pertama melakukan pemasangan NG tube, disamping melakukan
aspirasi cairan lambung. Bila perdarahan banyak, tekanan sistolik 100 x/mnt
atau Hb, 9 g% dilakukan
Ø
Pemberian IVFD dengan
pemberian dekstrosa/salin dan transfusi darah secukupnya.
Ø
Diberikan vasopresin 2
amp. 0,1 g dalam 500 cc cairan d 5 % atau salin pemberian selama 4 jam dapat
dulang 3 kali.
Ø
Dilakukan pemasangan SB
tube untuk menghentikan perdarahan varises.
Ø
Dapat dilakukan
skleroterapi sesudah dilakukan endoskopi kalau ternyata perdarahan berasal dari
pecahnya varises.
Ø
Operasi pintas
dilakukan pada Child AB atau dilakukan transeksi esofagus (operasi Tanners0.
Ø
Bila tersedia fasilitas
dapat dilakukan foto koagulasi dengan laser dan heat probe.
Ø
Bila tidak tersedia
fasilitas diatas, untuk mencegah rebleeding dapatdiberikan propanolol.
c)
Untuk ensefalopati dilakukan koreksi faktor pencetus seperti pemberian KCL pada
hipokalemia, aspirasi cairan lambung bagi pasien yang mengalami perdarahan pada
varises, dilakukan klisma, pemberian neomisin per oral. Pada saat ini sudah
mulai dikembangkan transplantasi hati dengan menggunakan bahan cadaveric liver.
d) Terapi yang diberikan berupa antibiotik
seperti sefotaksim 2 g/8 jam i.v.
amokisilin, aminoglikosida.
e) Sindrom haptorenal/nefropati hepatik,
terapinya adalah imbangan air dan garam diatur dengan ketat, atasi infeksi
dengan pemberian antiobiotik, dicoba melakukan parasentesis abdominal dengan
ekstra hati-hati untuk memperbaiki aliran vena kava, sehingga timbul perbaikan
pada curah jantung dan fungsi ginjal.
BAB
III
TINJAUAN
KASUS
A. PENGKAJIAN
Ruang :
Tanggal :
Sumber data :
1. Biodata
a. Identitas
pasien
Nama : Tn. R
Tempat tgl, lahir : Rejowinangun 10 Maret 1986
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status perkawinan:
Belum kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Suku : Jawa
Alamat : jln. Rajawali no 13
No. Rm : 020116
Tgl masuk :
Diagnosa medis : sirosis
Sumber informasi:
keluarga, teman
b. Identits
penangung jawab
Nama : Hardiyanto
Umur : 36 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : PNS
Alamat : jln. Rajawali no 13
Hubungan dengan
keluarga: Ayah pasien
2. Riwayat
kesehatan
a. Keluhan
utama
Pasien mengalami muntah
darah serta mengalami syok, tidak sadarkan diri
b. Riwayat
kesehatan sekarang
Tuan R mengalami muntah
darah dan mengalami syok sehingga tidak sadarkan diri,terjadi nyeri abdomen.
c. Riwayat
kesehatan dahulu
Tuan R pernah mengalami
sirosis di karenakan sering menkonsumsi minuman yang beralkohol
d. Riwayat
kesehatan keluarga
Riwayat
keluarganya tidak ada yang mengalami
penyakit yang sama karena bukan merupakan penyakit keturunan
e. Genogram
Tidak terkaji
3.
Pengkajian pola fungsi kesehatan
a.
Perspsi terhadap
kesehatan-manajemen kesehatan
Pasien sirosis harus hidup sehat dengan
tidak merokok dan minum alkohol tetapi
pasien masih tidak memperhatikan kesehatan serta masih mengunakan rokok dan
minuman beralkohol
b.
Pola aktivitas dan latihan
Aktifitas
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Mandi
|
ü
|
|
|
|
|
Berpakaian
|
ü
|
|
|
|
|
Eliminasi
|
ü
|
|
|
|
|
Ambulansi
|
ü
|
|
|
|
|
Mobilasi
di tempat tidur
|
ü
|
|
|
|
|
Sekor:
0
= Mandiri
1
= Dibantu sebagian
2
= Perlu bantuan orang
lain
3
= Perlu bantuan orang
lain dan alat
4
= Tergantung / tidak
mampu
c.
Pola istirahat dan
tidur
Pada pasien sirosis mengalami ganguan pola tidur karena pasien merasa
gelisa
d.
Pola nutrisi metabolik
Nafsu
makan pasien menurun, perut terasa kembung dan mual
e.
Pola eliminasi
Pasien
BAB dengan sembelit, BAK oligoria dengan warna urin kecoklatan
f.
Pola
kongnitif-perseptua
-
g.
Pola persepsi dan
konsep diri
1. Harga
diri : Harga diri tidak mengalami
gangguan
2. Ideal
diri : penderita tidak dapat
menjalankan aktifitasnya
3. Identitas
diri : Penderita mengenali diri sendiri
4. Gambaran
diri : Penderita mengetahui keadaan
dirinya
5. Peran
diri : Penderita tidak dapat
melakukan peran dirinya
h.
Poal koping
Dalam
menghadapi masalah klien berusaha bersikap tenang, dan sabar, serta berusaha
memecahkan masalah dengan sendiri
i.
Pola seksual-reproduksi
-
j.
Pola nilai dan
kepercayaan
Pasien
tetap menjalankan ibadah sebagai mana apa yang di anjurkan oleh agamanya
k.
Pola peran hubungan
Hubungan dengan keluarga dan
lingkungan sekitar tempat tinggalnya baik
4.
Pemeriksaan fisik
a.
Keadaan umum
Mengalami
perubahan kesadaran akibat eacepholo pathy
hepatic atau koma hepatik
b.
Kesadaran pasien
Somnolen
Respon
motorik : 5
Respon
verbal : 5
14
c.
Vital sign
Td : 80/60 mmhg
(hipotensi)
N : 100 x/menit (normal)
R : 20 x/menit (eupnea)
S : 36,75 (normal)
d.
Pemeriksaan fisik pola
head to toe
1.
Kepala
Inspeksi : bentuk kepala hidrosifalus, kulit kepala
bersih, warna rambut hitam dengan kualitas rambut banyak
Palpasi : tidak terdapan nyeri tekan
2.
Mata
Inspeksi : bola mata bundar, sklera putih, konjungtiva
merah mudah, pupil miosis
3.
Hidung
Bentuk
hidung simetris, terjadi pendarahan dan massa
4.
Mulut
Inspeksi : bibir terjadi somatitis, gigi bersih dan lengkap, gusi merah
Palpasi : tidak terjadi nyeri tekan
5.
Leher
Inspeksi : tidak terdapat pembesaran serta tidak
terdapat jejas
Palpasi : tidak ada pembesaran ganjularis, tidak
terjadi pembesaran kelenjar tiroid, tidak terjadi nyeri tekan
6.
Dada
Inspeksi : bentuk dada simetris,tidak terjadi
perubahan gerakan dada
Palpasi : terjadi nyeri tekan
Perkusi : suara paru sonor
Auskultasi:
terdengar bunyi jantung SI dan S2
7.
Abdomen
Inspeksi : bentuk permukaan tubuh simetris, terdapat
spider nevi,perut membuncit (asitas)
Auskultasi
: penurunan bising usus
Palpasi : terjadi nyeri tumpul pada perut berat
pada epigastrium/kuadrat kanan A, terjadi pembesaran limfe (splenomelogali)
Perkusi : timpani pekak di atas hati
8.
Anus dan rektum
Tidak
ada kelainan pada anus dan rektum
9.
Ekstrimitas
Ekstrimitas
atas bagian atas, muka, lengan atas timbul bercak mirip laba-laba
5.
Pemeriksaan penunjang
a. Darah
Anemia normokrom
normositer, hipokrom, hormositer, hiposkrom mikrositer atau hipokrom
makrositer.
b. Kenaikan
kadar enzim transaminase ( SGOT / SGPT )
c. Albumin
dan glubulin serum
Perubahan fraksi
protein yang paling serimg terjadi pada penyakit hati adalah penurunan kadar
albumin dan kenaikan kadar globulin akibat peningkatan globulin gamma.
d. Penurunan
kadar Che
e. Pemeriksaan
kadar elektrolit penting pada pengunaan diuretik dan pembatasan garam pada diet
f. Demam
jaringan masa protrombin
g. Pemeriksaan
pada kadar gula darah
h. Pemeriksaan
marker serologi pertanda virus seperti HBs Ag / HBSAG, HbcAS / HbeAB, HBV DNA
penting untuk menentukan etiologi sirosis hepatis
Pemeriksaan fisik
1. Hati
Biasanya
membesar pada awal sirosis, bila hati mengecil artinya prognasi kurang baik,
konsistensi hati biasanya kenyal, tepi tumpul dan nyeri dada.
2. Splenomegal
3. Ascites
dan vena kolateral di perut dan ekstra abdomen
4. Manifestasi
di luar perut
Spider
nevi di bagian tubuh bagian atas, bahu, leher, dada, pinggang, caput medusase.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
DATA FOKUS
a.
Data subjektif
Tidak
terkaji
b.
Data objektif
-
Badan tidak sehat
-
Kurang semangat bekerja
-
Rasa kembung
-
Mual
-
Diare kadang sembelit
-
Selera makan menurun
-
Berat badan menurun
-
Otot-otot melemah
-
Rasa cepat leleh
-
Timbul bercak mirip
laba-laba (spider nevi)
-
Muntah darah
-
Berak darah (melena)
-
Telapak tangan berwarna
merah (eritem)
-
Edema pretibal
2.
ANALISA DATA
S
|
E
|
P
|
DS
: -
DO
:
-
Penderita mengalami
nyeri karena spelomegali dan hepatomegali
-
Ganguan tidur
(samnolen)
|
Ketidak
nyamanan fisik secara kronis
|
Nyeri
kronis
|
DS
: -
DO
:
-
Klien dalam melakukan
aktifitas sehari-hari dibantu keluarga
|
Kelemahan
otot muskuluskeleta, kemunduran. Keadaan umum pelisutan otot dan ganguan rasa
nyaman
|
Intoleransi
aktifitas
|
DS
: -
DO
:
-
Peningkatan kebutuhan
tidur
-
Gelisah
-
Leleh dan lemah
|
Nyeri
|
Ganguan
pola tidur
|
DS
: -
DO
:
-
Diare
-
BB menurun
-
Bising usus meningkat
|
Ketidak
mampuan dalam memasukan, mencerna, dan mengabsorbsi makanan karena faktor
biologis
|
Ketidak
seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
DS
: -
DO
:
-
Timbul bercak-bercak
spidermen (spide nevi)
-
Tugor kulit yang
jelek
|
Perubahan
status gizi yang buruk
|
Ganguan
integrasi kulit
|
DS
: -
DO
:
-
Pasien terlihat
kelelahan
-
Terdapat edema
pretibal
-
kelemahan otot
-
imobilisasi pasien
tergangu
|
Perubahan
mekanisme pembekuan dan hipertensi porta
|
Risiko
cidera
|
3.
DIANGNOSA KEPERAWATAN
DAN PRIORITAS
1.
Nyeri kronik
berhubungan dengan ketidak nyamanan fisik secara kronik
2.
Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan kelemehan otot
3.
Ganguan pola tidur
berhubungan dengan nyeri
4.
Ketidak seimbangan
nutrisi kurang kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu memesukan,
mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor biologis
5.
Ganguan integritas
kulit berhubungan dengan perubahan status gizi yang buruk
6.
Risiko cidera
berhubungan dengan perubahan mekanisme pembekuan dan hipertensi porta
C.
INTERVENSI
Waktu
|
NO
DX
|
NOC
|
NIC
|
|
Tgl
|
Jam
|
|||
|
|
1.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama.....x24 jam di harapkan nyeri berkurang
dengan kriteria hasil :
Control
nyeri (1605)
- 160501
mengenali faktor penyebab
- 160503
mengunakan metode pencegahan
- 160504
mengunakan pencegahan non analgetik untuk mengurangi nyeri
-
160505 mengunakan
analgetik sesuai dengan kebutuhan
-
160506 mencari
bantuan tenaga kesehatan
-
160509 mengenali
gejala nyeri
-
1605010 mencatat
pengalaman tentang nyeri sebelumnya
-
1605011 melaporkan
nyeri yang sudah berkurang
Keterangan penilaian NOC :
1.
Tidak dilakukan sama
sekali
2.
Jarang dilakukan
3.
Kadang dilakukan
4.
Sering dilakukan
5.
Selalu dilakukan
|
Pain
managemen :
1.
Kaji secara
komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, dan onset, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri dan faktor-faktor presipitasi
2.
Observasi
isyarat-isyarat non verbal dari ketidak nyamanan, khususnya dalam ketidak
mampuan untuk komunikasi dengan baik
3.
Gunakan komunikasi
terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri
4.
Evaluasi tentang
keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan
5.
Berikan dukungan terhadap pasien dan keluarganya
6.
Kontrol faktor-faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidak nyamanan
7.
Anjurkan pasien untuk
memonitor sendiri nyeri
8.
Evaluasi keefektifan
dari tindakan nyeri
9.
Modifikasi tindakan
mengontrol nyeri berdasarkan respon klien
10.
Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
11.
Anjurkan pasien untuk berdiskusi tentang
pengalaman nyeri setempat
12.
Monitor kenyamanan terhadap managemen nyeri
|
|
|
2.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama.....x24 jam diharapkan aktivitas dapat
di toleransi dengan kriteria hasil :
Konservasi
energi (0002)
- 000201
istirahat dan aktifitas seimbang
- 000203
mengetahui keterbatasan energi
- 000204
mengunakan teknuk konservasi energi
- 000205
Mengubah gaya hidup sesuai dengan tingkat energi
- 000206
memelihara nutrisi yang adekuat
- 000207
persediaan energi cukup untuk aktifitas
Keterangan
penilaian NOC :
1. Tidak
pernah menunjukan
2. Jarang
menunjukan
3. Kadang
menunjukan
4. Sering
menunjukan
|
Activitas
energi :
1.
Kolaborasi dengan
rehabilisasi medik dal merencanakan program terapi yang tepat
2.
Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktifitas yang mampuu dilakukan
3.
Bantu untuk memilih
aktifitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial
4.
Bantu untuk
mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang didapatkan untuk aktifitas yang
diinginkan
5.
Bantu untuk
mendapatkan alat bantuan aktifitas
6.
Bantu untuk membuat
jadwal latihan di waktu luang
7.
Batu pasien /
keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktifitas
8.
Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktifitas
9.
Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diridari penguat
10.
Monitor respon fisik, emosi, sosial dan
spiritual
|
|
|
3.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama.....x24 jam diharapkan pola tidur
efektif dengan kriteria hasil :
Sleep
(0004)
-
000401 jam tidur
-
000402 mengamati jam
tidur
-
000403 Pola tidur
-
000404 kualitas tidur
-
000405 tidur yang efisien
-
000407 rutinitas
tidur
-
000408 merasa segar
saat tidur
Keterangan
penilaian NOC :
1. Tidak
pernah menunjukan
2. Jarang
menunjukan
3. Kadang
menunjukan
4. Sering
menunjukan
5. Selalu
menunjukan
|
Sleep
enhancemen :
1.
Menentukan pola
aktifitas tidur pasien secara teratur
2.
Menjelaskan tentang
perlunya cukup tidur
3.
Monitor jumlah waktu
tidur dan pola tidur
4.
Anjurkan klien untuk
menghidari makanan dan minuman yang dapat mengangu waktu tidur
5.
Batasi waktu tidur
siang pasien dengan meyediakan aktifitas
6.
Berikan kenyamanan,
ketenangan pada pasien
7.
Berikan posisi yang
nyaman kepada pasien
8.
Lakukan penyesuaian
lingkungan dengan memberi pencahayaan temperatur
9.
Kolaborasi dengan
pihak medis
|
|
|
4.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatn selama......x24 jam diharapkan kesimbangan
nutrisi dapat teratasi dengan kriteria hasil :
Status
nutisi (1004)
-
100401 intake nutrisi
-
100402 intake makanan
dan cairan
-
100403 tenaga
-
100404 massa tubuh
-
100405 berat badan
Keterangan
penilaian NOC :
1.
Tidak pernah
dilakukan
2.
Jarang menunjukan
3.
Kadang menunjukan
4.
Sering menunjukan
5.
Selalu menunjukan
|
Nutrition
managemen :
1.
Kaji adanya alergi
makanan
2.
Kolaborasi dengan
ahli gizi untk menetukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
3.
Anjurkan pasien untk
meningkatkan intake Fe
4.
Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan vitaminC
5.
Berikan substansi
gula
6.
Yakinkan diet yang
dimakan mengandng tinggi serat untuk mencegah konsipasi
7.
Berikan makanan yang
terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
8.
Ajarkan pasien
bagaimana membuat catatan makanan harian
9.
Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
10.
Berikan kalori tentang kebutuhan nutrisi
11.
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
|
|
|
5.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama......x24 jam diharapkan integritas
kulit dapat membaik dengan kriteria hasil :
Skin &
mucous membran (1101) :
-
110101 temperatur
-
110104 kelembaban
-
110105 pigmen kulit
-
110106 keringat yang di hasilkan
-
110107 warna kulit
-
110108 susunan kulit
-
110109 ketebalan
kulit
-
110112 pertumbuhan
rambut dan kelembutan kulit
Keterangan penilaian NOC :
1.
Tidak dilakukan sama
sekali
2.
Jarang dilakukan
3.
Kadang dilakukan
4.
Sering dilakukan
5.
Selalu dilakukan
|
Pressure
managemen:
1.
Anjurkan pasien untuk
mengunakan pakaian yang longgar
2.
Hindari kerutan pada
tempat tidur
3.
Jaga kebersihan kulit
agar tetap bersih dan kering
4.
Mobilisasi pasien
(ubah posisi pasien)
5.
Monitor klit akan
adanya kemerahan
6.
Oleskan lotion miyak/
baby oil pada daerah yang tertekan
7.
Monitor aktifitas dan
mobilitas pasien
8.
Monitor status
nutrisi pasien
9.
Memandikan pasien
dengan sabun dan air hangat
|
|
|
6.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama......x24 jam diharapkan tidak
terjadinya cidera dengan kriteria hasil :
Risk control
(1903)
- 190301
menjelaskan resiko penyalagunaan alkohol
- 190302
menjelaskan secara pribadi dengan konsekuensi penyalagunaan alkohol
- 1900303
monitor lingkungan untuk faktor harapan penyalagunaan alkohol
- 190304
monitor pasien pengunaan alkohol
- 190315
monitor perubahan status kesehatan
- 190316
control pemasukan alkohol
Keterangan penilaian NOC :
1.
Tidak dilakukan sama
sama sekali
2.
Jarang dilakukan
3.
Kadang dilakukan
4.
Sering dilakukan
5.
Selalu dilakukan
|
Environmental
managemen :
1.
Identifikasi
kebutuhan pasien keamanan
2.
Identifikasi
kebutuhan lingkungan untuk terhadap resiko (psikologi, biologis, dan kimia)
3.
Mengubah lingkungan
terhadap resiko dan bahaya
4.
Merikan rencana agar dapat menyesuaikan diri untuk pertambahan
kebutuhan lingkungan
5.
Berikan pengunaan
lingkungan (pengendalian, penguncian pintu, pagar, dan pintu grebang) untuk
jasmani batasan mobilisasi atau jalan masuk untuk situasi membahayakan
6.
Berikan pasien dengan
mengatasi kedaruratan nomer telpon
7.
Monitor lingkungan untuk
perubahan status keamanan
8.
Pengawasan pasien
terhadap lingkungan (penyerahan untuk asisten rumah)
9.
Kolaborasi dengan
orang lain untuk perbaikan kemajuan keamanan
|
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
sirosis
merupakan penyakit yang sering dijumpai di seluruh dunia termasuk di Indonesia.
Prevalen terbanyak pada laki-laki dan pada usia 51-60 tahun. penderita datang
dengan keluhan utama terbanyak adalah ascites, diikuti dengan gejala ikterik.
sedangkan pada pemeriksaan USG, yang paling banyak ditemukan adalah ascites,
echostruktur hepar yang kasar, splenomegali, hipertensi porta dan pembesaran
hepar. nodul, penebalan diding kandung empedu dan pasir empedu ditemukan pada
kurang dari 50 % kasus.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, jangan lupa komentar yang sopan ya.