BLOG INI BERISI CONTO LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN MENGENAI PENYAKIT DAN TATALAKSAANYA.

Saturday, July 23, 2016

ASUHAN KEPERAWWATAN GAGAL GINJAL

ASUHAN KEPERAWATAN 
PADA PASIEN
GAGAL GINJAL


  
  1. PENGERTIAN
Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu kronik dan akut. Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat, biasanya berlangsung beberapa tahun. Sebaliknya gagal ginjal akut berkembang dalam beberapa hari atau beberapa minggu. Pada kedua kasus tersebut, ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan diet normal.
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak nefron ginjal. Sebagian besar penyakit ini merupakan penyakit parenkin ginjal difus dan bilateral, meskipun lesi obstruktif pada saluran kemih juga dapat menyebabkan gagal ginjal kronik. Pada awalnya, beberapa penyakit ginjal terutama menyerang glomerulus ( glomerulonefritis), sedangkan jenis yang lain terutama menyerang tubulus ginjal ( pielonefritis atau penyakit polikistik ginjal) atau dapat juga mengganggu perfusidarah pada parenkim ginjal ( nefrosklerosis). Tetapi bila proses penyakit tidak di hambat, maka pada semua kasus seluruh nefron akhirnya hancur dan dig anti dengan jaringan parut.

  1. GAMBARAN UMUM
Gambaran umum perjalanan gagal ginjal dapat diperoleh dengan melihat hubungan antara bersihan kreatinin dan kecepatan filtrasi glomerulus (GFR) sebagai presentase dari keadaan normal, terhadap kreatinin serum dan kadar nitrogen urea darah (BUN) dengan rusaknya massa nefron secara progresif oleh penyakit ginjal kronik.


Perjalanan klinis gagal ginjal kronik ada tiga stadium, yaitu stadium I.II dan III. Stadium I dinamakan penurunan cadangan ginjal. Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal, dan penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal mungkin hanya bisa diketahui dengan memberi beban kerja berat pada ginjal tersebut, seperti tes pemekatan kemih yang lama atau dengan mengadakan tes GFR yang teliti.
Stadium II perkembangan tersebut disebut insufiensi ginjal, dimana lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak. Pada stadium ini kadar kreatinin serum meningkat melebihi kadar normal. Azotemia biasanya ringan, kecuali bila penderita misalnya mengalami stres akibat infeksi, gagal jantung atau dehidrasi.
Pada stadium ini gejala-gejala nokturia dan poliuria (diakibatkan oleh kegagalan pemekatan) mulai timbul. Gejala-gejala ini timbul sebagai respon terhadap stres dan perubahan makanan atau minuman yang tiba-tiba. Nokturia ( berkemih dalam malam hari) didefinisikan sebagai gejala pengeluaran kemih waktu malam hari yang menetap sampai sebanyak 700 ml atau penderita terbangun untuk berkemih untuk beberapa kali waktu malam hari. Poliuria berarti peningkatan volume kemih yang terus menerus. Pengeluaran kemih normal sekitar 1500 ml per hari dan berubah-ubah sesuai dengan jumlah cairn yang di minum.
Stadium III disebut gagal ginjal stadium akhir atau uremia. Gagal ginjal stadium akhir ini timbul apabila sekitar 90% dari massa nefron telah hancur, atau hanya sekitar 200.000 nefron saja yang masih utuh. Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat menyolok sebagai respon terhadap GFR yang mengalami sedikit penurunan. Biasanya penderita mulai mersakan gejala-gejala yang cukup parah, karena ginjal sudah tidak sanggup lagi mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit dalam tubuh. Kemih menjadi isoosmotis dengan  plasma pada berat jenis yang tetap sebesar 1,010. Penderita biasanya menderita oligurik ( pengeluaran kemih kurang dari 500 ml/hari) karena kegagalan glomerulus. Pada stadium ini biasanya penderita akan meninggal kecuali kalau ia mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialisis.

  1. TANDA DAN GEJALA
1.  Anoreksia, Nausea dan Vomitus
2.  Nyeri sepanjang saluran kencing
3.  Edema pada tungkai bawah atau dipelupuk mata, dapat juga edema anasarka
4.  Hematuria (kencing darah), Nokturia (kencing pada malam hari), poliuria (banyak kencing)
5.  Sakit kepala
6.  Demam mendadak
7.  Leukositosis
8.  Foetor uremik (nafas berbau amoniak)
9.  Stomatitis
10.  Parotitis (inflamasi kelenjar parotis, gondong)
11.  Kulit berwarna pucat dan kekuning-kuningan akibat penimbunan urokrom
12.  Ekimosis (memar, efusi darah kedalam kulit)
13.  Bekas-bekas garukan pada kulit karena gatal
14.  Mengalami pegal pada kakinya sehingga selalu digerakkan
15.  Semutan dan seperti terbakar, terutama ditelapak kaki
16.  Mengalami lemah, tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi, tremor, mioklonus (kontraksi dan relaksasi otot yang bersifat spasmodik dan cepat ), dan kejang
17.  Kelemahan dan hipotrofi otot-otot terutama otot-otot ekstremitas proksimal
18.  Gangguan seksual: libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-laki dan pada wanita terjadi gangguan menstruasi,gangguan ovulasi sampai amenorea
19.  Hiperfosfatemia (kelebihan fosfat dalamdarah), hiperkalemia (kelebihan kalium dalam darah) dan hipokalsemia (kelebihan kalsium dalam darah)

  1. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi gagal ginjal kronik dapat diuraikan dari segi hiotesis nefron yang utuh. Meskipun penyakit ginjal kronik terus berlanjut, namun jumlah solute yang harus diekskresi oleh ginjal untuk mempertahankan homeostatis tidaklah berubah, kendati jumlah nefron yang bertugas melakukan fungsi tersebut sudah menurun secara progresif. Sisa nefron yang ada mengalami hipertrofi dalam usahanya untuk melaksanakan seluruh beban kerja ginjal. Terjadi peningkatan kecepatan filtrasi, beban solute dan reabsorbsi tubulus dalam setiap nefron meskipun GFR untuk seluruh massa nefron yang terdapat dalam ginjal turun di bawah nilai normal. Mekanisme adaptasi ini cukup berhasil dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh hingga tingkat fungsi ginjal yang sangat rendah. Namun akhirnya, kalau sekitar 75% massa nefron sudah hancur, maka kecepatan filtrasi dan beban solute bagi setiap nefron demikian tinggi sehingga keseimbangan glomerolus tubulus ( keseimbangan antara peningkatan filtrasi dan peningkatan reabsorbsi oleh tubulus) tidak dapat lagi dipertahankan. Fleksibilitas baik pada proses ekskresi maupun proses konservasi solute dan air menjadi berkurang. Sedikit perubahan pada diet dapat mengubah keseimbangan yang rawan karena makin rendah GFR makin besar perubahan kecepatan ekskresi per nefron. Hilangnya kemampuan memekatkan atau mengencerkan kemih menyebabkan berat jenis kemih tetap pada nilai 1,010 atau 285 mOsmol ( yaitu sama dengan konsentrasi plasma) dan merupakan penyebab gejala poliuria dan nokturia. Sebagai respon terhadap beban solute yang sama dan keadaan kekurangan cairan, orang normal dapat memekatkan kemih sampai 4 kali lipat konsentrasi plasma dan dengan demikian hanya akan mengekskresi sedikit kemih yang pekat. Kalau GFR terus turun sampai akhirnya mencapai nol,maka semakin perlu mengatur asupan cairan dan solute secara tepat untuk mampu mengakomodasikan penurunan fleksibilitas fungsi ginjal.

  1. ETIOLOGI
1.  Infeksi Saluran Kemih, Pielonefritis dan Nefropati Refluks
Infeksi saluran kemih (ISK) sering terjadi dan menyerang manusia tanpa memandang usia, terutama wanita. Secara mikroboiologi: infeksi saluran kemih dinyatakan ada jika terdapat bakteriuria yang bermakna. Abnormalitas dapat hanya berupa kolonosasi bakteri dari kemih ( bakteriuria asimtomatik ) atau bakteriuria dapat disertai infeksi simtomatik dari struktur-struktur saluran kemih. Organisme penyebab ISK yang paling sering ditemukan adalah Escherichia coli. Organisme-organisme lain yang dapat menimbulkan infeksi adalah golongan Proteus, Klebsiella, Pseudomonas, Enterokok dan Staphylococcus. Pada kebanyakan kasus, organisme tersebut dapat mencapai kandung kemih melalui uretra. Infeksi dimulai sebagai sistisis, dapat terbatas di kandung kemih saja atau dapat pula merambat keatas melalui ureter sampai ginjal.
Faktor-faktor predisposisi dalam perkembangan infeksi saluran kemih dan pielonefritis kronik:
a.   Obstruksi aliran kemih
b.  Jenis kelamin
c.   Umur
d.  Kehamilan
e.   Refluks vesikoureter
f.   Peralatan kedokteran ( terutama kateter tinggal )
g.  Kandung kemih neurogenik
h.  Penyalahgunaan anagesik secara kronik
i.    Penyakit gunjal
j.    Penyakit metabolik ( diabetes, gout, batu)


Ø  Pielonefritis akut
Hampir 90% kasus yang ditemui adalah wanita. Demam timbul mendadak, menggigil, dedar, nyeri punggung, nyeri tekan daerah kostovertebral, leukositosis, piuria, dan bakteriuria. Gejala-gejala ini biasanya didahului oleh disuria, kebelet ( urgensi ) dan frekuensi yang menunjukan bahwa infeksi dimulai pada bagian bawah saluran kemih. Adanya silinder leukosit membuktikan adanya infeksi terletak pada ginjal.
Ø Pielonefritis kronik
Berbeda dengan pielonefritis akut, gambaran klinis pielonefritis kronik sangat tidak jelas. Diagnosis biasanya ditegakkan apabila penderita memperlihatkan gejala-gejala insufisiensi ginjal kronik atau hipertensi atau temuan proteuria pada waktu pemeriksaan rutin. Beberapa temuan khas pada pielonefritis kronik antara lain bakteriuria intermiten dan silinder leukosit, atau adanya leukosit dalam kemih. Proteinuria biasanya minimal karena pielonefritis kronik terutama merupakam penyakit interstisial medula, maka kemampuan ginjal untuk memekatkan kemih sudah mengalami kemunduran pada awal perjalanan penyakit sebelum terjadi kemunduran GFR yang bermakna. Akibatnya poliuria, nokturia dan kemih dengan berat jenis rendah merupakan gejala dini yang nyata. kecuali itu, banyak penderita cenderung kehilangan garam melalui kemih. Sekitar separuh kasus memperlihatkan gejala hipertensi. Pielonefritis kronik lanjut sering memperlihatkan gejala azotemia meskipun perkembangan sampai menjadi gagal ginjal biasanya menjadi lambat.

2.  Glomerulonefritis
Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral. Peradangan dimulai dalam glomerulus dan bemanifestasi sebagai proteinuria atau hematuria. Meskipun lesi terutama ditemukan pada glomerulus, tetapi seluruh nefron pada akhirnya akan mengalami kerusakan, mengakibatkan gagal ginjal kronik.

Ø Glomerulonefritis akut
Glomerulonefritis akut pasca-streptokok ( GNAPS ) paling sering menyerang anak-anak usia 3-7 tahun, meskipun orang dewasa muda dan remaja dapat juga terserang. Perbandingan penyakit ini pada pria dan wanita sekitar 2:1. Gambaran GNAPS yang paling sering ditemukan adalah hematuria, oliguria, edema, dan hipertensi. Gejala-gejala umum yang berkaitan dengan permulaan penyakit adalah rasa lelah, anoreksia, dan kadang-kadang demam, sakit kepala, mual dan muntah. Gangguan fisiologik utama GNAPS biasanya menurun sehingga mengakibatkan ekskresi air, natrium dan zat-zat nitrogen mungkin berkurang, sehingga timbul edema dan azotemia. Peningkatan aldosteron juga berperan pada retensi natrium dan air.

Ø Glomerulonefritis progresif cepat
Glomerulonefritis progresif cepat (GNPC) gambaran yang seringf ditemukan adalah hematuria, proteinuria, dan azotemia progresif cepat sehingga akan mengakibatkan kematian dalam jangka waktu 2 tahun. Pada otopsi, gambaran yang penting adalah pembentukan epitel parietal berbentuk sabit yang tersebar luas serta terserangnya glomerulus secara difus.

Ø Glomerulonefritis kronik
Glomerulonefritis kronik (GNK) ditandai oleh kerusakan glomerulus secara progresif lambat akibat glomerulonefritis yang sudah berlangsung lama. Penyakit cenderung timbul tanpa diketahui asal usulnya, dan biasanya baru ditemukan pada stadium yang sydah lanjut, ketika gejala-gejala insufisiensi ginjal timbul. Menurut stadium penyalkit, mungkinakan timbul poliuria atau oliguria, berbagai derajat proteinuria, hipertensi, azotemia progresif dan kematian akibat uremia. Pada GNK yang lanjut maka ginjal tampak mengkerut, kadang-kadang beratnya hanya tinggal 50  gram saja dan permukaannya bergranula. Perubahab-perubahan ini disebabkan karena berkurangnya jumlah nefron karena iskemiadanhilangnya nefron. Dilihat dengan mikroskop maka tampak sebagian besar glomerulus telah mengalami perubahan. Mungkin terdapat campuran antara perubahan-perubahan membranosa dan poliferatif dan pembentukan epitel berbentuk sabit. Akhirnya tubulus mengalami atrofi, fibrosis interstisialis dan penebalan dinding arteria. Kalu semua organ strukturnya telah mengalami kerusakan hebat, maka organ ini disebut ginjal stadium akhir.

3.  Nefrosklerosis Hipertensif
Hipertensi dan gagal ginjal kronik memiliki kitan yang erat. Hipertensi mungkin merupakan penyakit primer dan menyebabkan kerusakan pada ginjal, sebaliknya penyakit ginjal kronik dapat menyebabkan hipertensi atau ikut berperan pada hipertensi melalui mekanisme retensi natrium dan air, pengaruh vasopresor dari sistem renin-angiotensin, dan mungkin pula melalui defisiensi prostaglandin. Nefrosklerosis (pengerasan ginjal) menunjukan adanya perubahan patologis pada pembuluh darah ginjal sebagai akibat hipertensi.

Ø Hipertensi Esensial dan Ginjal
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang menetap diatas batas normal yang disepakati,yaitu diastolik 90 mmHg atau sistolik 140 mmHg. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya disebut hioertensi esensial (etiologi dan patogenesisnya tidak diketahui). Hipertensi esensial dapat diklasifikasikan sebagai benigna dan maligna. Hipertensi benigna progresif lambat, sedangkan hipertensi maligna adalah suatu keadaan klinis dimana penyakit ini bertambah berat dengan cepat sehingga menyababkan kerusakan berat pada berbagai organ.
Hipertensi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan perubahan-perubahan struktur pada arteriol diseluruh tunuh, ditandai oleh fibrosis dan hialinissi (sklerosis) dinding pembuluh darah. Organ-oragan sasaran utama keadaan ini adalah jantung, otak dan ginjal. Yang paling sering menyebabkan kematian adalah infark miokardium, gagal jantung kongestif atau gangguan peredaran darah otak.

Ø Stenosis Arteria Renalis
Stenosis arteria renalis dapat unilateral atau bilateral. Bilamana ukuran arteria berkurang sampai 70% atau lebih, maka terjadilah iskemia ginjal. Iskemia ginjal mengaktifkan sistem renin-angiotensin yang diikuti hipertensi. Stenosis arteria renalis unilateral tidak hanya menyebabkanatrofi iskemik ginjal yang terserang tetapi akhirnya dapat menyebabakan nefrosklerosis hipertensif dari ginja kontralateral.
Temuan fisik yang menunjukan adanya stenosis arteria renalis anatara lain: bising yang dapat didengar diatas epigastrium atau pinggang dan perbadaan denyut karotis, brakialis atau femoralis, atau perbedaan tekanan darah pada ekstremitas (merupakan petunjuk adanya aterosklerosis umum).

4.  Penyakit Jaringan Penyambung
Penyakit jaringan penyambung (penyakit kolagen) adalah penyakit sistemik yang manifestasinya terutama mengenai jaringan lunak tubuh. Kasus ini khususnya menarik dalam nefrologi, karena ginjal sering diserang.

Ø Lupus Eritematosus Sistemik (SLE)
Lupus eritematosus sistemik merupakan syatu panyakit yang terutama menyerang wanita. Usia awitan biasanya berkisar 20-40 tahun. Biasanya darah memperlihatkan hasil positif terhadap faktor antinuklear dan sel-sel LE (Lupus eritematosis), terutama pada fase aktif penyakit.
Pada kasus SLE tubuh membentuk antibodi terhadap DNAnya sendiri. Gambaran klinis dapat berupa glomerulus nefritis akut atau sindrom nefrotik. Meskipun pada dasarnya penyebabnya dianggap sama pada setiap kasus, tapi mungkin dapat terlihat adanya perubahan-perubahan fokal, membranosa dan proliferatif pada glomerulus. Perubahan yang paling dini biasanya mengenai sebaian rumbai glomerulus (lokal) atau hanya mengenai beberapa glomerulus yang tersebar (fokal)

Ø Poliarteritis Nodosa
Poliarteritis nodosa merupakan suatu penyakit radang dan nekrosis yang melibatkan arteria-arteria berukuran sedang dan kecil diseluruh tubuh. Meskipun etiologi dan patogenesis yang tepat tidak diketahui, tetapi ada banyak bukti yamg mengarah pada mekanisme hipersensitivitas. Pada banyak kasus timbulnya penyakit dihubungkan dengan reaksi sensitivitas terhadap obat-obatan.
Poliarteritis nodosa diobati dengan kortikosteroid yang lebih efektif selama stadium dini penyakit. Prognosis umunya buruk. Kematian diakibatkan hipertensi yang timbul sekunder dari arteritis, setelah suatu parjalanan penyakit yang progresif lambat atau ditandai oleh eksaserbasi dan remisi.

Ø Sklerosis Sistemik Progresif
Sklerosis sistemik progresif atau skleroderma merupakan suatu penyakit sistemik yang jarang dijumpai dan ditandai dengan slerosis difus dari kulit dan organ-organ lain. Seperti pada SLE, maka dapat ditemukan berbagai jenis antibodi dalam serumyang menimbulkan perkiraan adanya mekanisme imun dalam patogenesisnya.



5.  Gangguan Kongenital dan Herediter

Ø Penyakit Ginjal Polikistik
Penyakit ginjal polikistik (PGPK) ditandai dengan kista-kista multipel, bilateral yang mengadakan ekspansi dan lambta laun mengganggu dan menghancurkan parenkim gijal normal akibat penekanan. Ginjal dapat membesar (kadang-kadang sebesar sepatu bola) dan terisi oleh kelompok kista-kista yang menyerupai anggur. Kista-kista itu terisi oleh cairan. Kista-kista ini mempunyai hubungan dengan tubulus dan perkembangannya progresif lambat disertai gejala-gejal insufisiensi ginjal. Tanda dan gejala yang sering tampak adalah rasa sakit didaerah pinggang, hematuria, poliuria, proteinuria dan ginjal berbungkah dan membesar, dapat diraba dari luar. Komplikasi yang sering terjadi adalah hipertensi dan infeksi saluran kemih.

Ø Asidosis Tubulus Ginjal
Asidosis tubulus ginjal (ATG) menunjukan suatu kelompok gangguan dimana terdapat gangguan ekskresi H+ dari tubulus ginjal atau kehilangan HCO- dalam kemih walaupun GFR yang memadai tetap dipertahankan. Akibatnya timbul asidosis metabolik. ATG dapat bersifat herediter atau didapat.

6.  Penyakit Metabolik

Ø Diabetes Melitus
Nefropati diabetika (penyakit ginjal pada penderita diabetes) merupakan penyebab kematian dan kecacatan diabetes melitus. Kira-kira 50% pendrita diabetes tergantung insulin (tipe 1 atau IDDM) dan 6% pendeerita tak tergantung insulin (tipe 2 atauNIDDM) mengalami gagal ginjal. Selang waktu untuk menjadi uremia pada penderita diabetes berkisar sekitar 20 tahun.
Ø Gout
Gout merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperurisemia (peningkatan kadar asam urat plasma). Penyakit ini mempunyai dua bentuk. Gout primer merupakan suatu gangguan metabolisme asam urat herediter. Gout sekunder mungkin timbul akibat peningkatan produksi asam urat pada keadaan seperti leukimia, polisitemia vera atau mieloma multipel, atau dapat juga diakibatkan oleh pengurangan ekskresi asam urat seperti dijumpai pada gagal ginjal kronik.

Ø Hiperparatirodisme
Hiperparatiroidisme promer akibat hipersekresi hormon paratiroid merupakn penyakit yang secara relatif jarang ditemukan. Penyebab yang paling sering adalah adenoma kelenjar paratiroid. Hiperparatirodisme sekunder merupkan komplikasi yang seringdijumpai pada gagal ginjal kronik.

Ø Amiloidosis
Amiloidosis merupakan suatu penyakit metabolik dimana amiloid suatu glikoprotein yang tidak dapat larut dan berlilin, tertimbun pada palbagai jaringan lunak tubuh. Saat ini ada dua bentuk klinis utama, walaupun diferensiensi tidak selalu jelas. Amiloidosis kongenital atau primer lebih sering ditemukan pada lidah, jantung, saluran cerna dan saraf perifer daripada di gijal. Amiloidosis sekunder seringkali menyertai penyakit infeksi kronik seperti tuberkulosis, artritis reumatoid kronik, mieloma multipel dan paraplegia.

7.  Nefropati Toksik
Ginjal khususnya rentan terhadap efek tosik, obat-obatan dan bahan-bahan kimia.

Ø Penyalahgunaan Analgesik
Gagal ginjal kronik yang disebabkan oleh kelebihan pemakaian analgesik merupakan problem yang cukup sering dijumpai dan barangkali merupakan suatu bentuk penyakit ginjal yang paling mudah dicegah. Semula bahan yang dianggap bertanggungjawab atas timbulnya nefropati adalh fenasetin, karena ternyata insufisiensi ginjal jarang terjadi pada penderita yang hanya menelan aspirin, fenasetin atau asetaminofen saja.
Mekanisme bagaimana kombinasi obat ini dapat menyebabkan kerusakan ginjal masih belum dimengerti sepenuhnya. Satu teori mengatakan bahwa aspirin meningkatkan efek toksik dari metabolit fenasetin pada ginjal.

Ø Nefropati Timbal
Paparan terhadap timbal terjadi pada pekerjaan-pekerjaan tertentu, dan timbal dapat pula tertelan oleh peminum wiski yang didestilasi secara gelap. Timbal yang masuk kedalam tubuh akan bergabung dengan tulang dan secara perlahan-lahan akan dilepaskan kembali setelah selang waktu bertahun-tahun. Timbal juga akan terikat pada tubulus ginjal. Lesi ginjal dasr adalah nefritis interstisial, dan dapat menyebabkan gagal ginjal yang berjalan progresif lambat.

  1. PENATALAKSANAAN
·     Pada penurunan cadangan ginjal dan insufisiensi ginjal, tujuan penatalaksanaan adalah memperlambat kerusakan nefron lebih lanjut, terutama dengan restriksi protein dan obat-obat anti hipertensi
·     Pada gagal ginjal, terapi ditujukan untuk mengoreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
·     Pada penyakit ginjal stadium akhir, terapi berupa dialysis atau transplantasi ginjal
·     Pada semua stadium pencegahan infeksi perlu dilakukan














BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Nn. M
DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK

Pengkajian dilakukan pada tanggal …. Bulan…... 200…. pada pukul ….. wib di bangsal …..

A.PENGKAJIAN

  1. Biodata
a.       Identitas Klien
Nama                                 :
Tempat, tanggal lahir         :
Umur                                  :
Jenis kelamin                      :
Alamat                               :
Agama                               :
Suku                                   :
Pendidikan                         :
Diagnosa medis                 : Gagal Ginjal Kronik
b.      Identitas Penanggung Jawab
Nama                                 :
Tempat, tanggal lahir         :
Umur                                  :
Jenis kelamin                      :
Alamat                               :
Agama                               :
Suku                                   :
Pendidikan                         :
Hub. Dengan pasien          :
  1. Riwayat kesehatan
a.       Keluhan utama                              : Pada pasien gagal ginjal kronik mengalami gatal-gatal diseluruh tubuh
b.      Riwayat kesehatan sekarang         :
o   Anoreksia, Nausea dan Vomitus
o   Nyeri sepanjang saluran kencing
o   Edema pada tungkai bawah atau dipelupuk mata, dapat juga edema anasarka
o   Hematuria
o   Sakit kepala
o   Demam mendadak
o   Leukositosis
o   Foetor uremik (nafas berbau amoniak)
o   Stomatitis
o   Parotitis (inflamasi kelenjar parotis, gondong)
o   Kulit berwarna pucat dan kekuning-kuningan akibat penimbunan urokrom
o   Ekimosis (memar, efusi darah kedalam kulit)
o   Bekas-bekas garukan pada kulit karena gatal
o   Mengalami pegal pada kakinya sehingga selalu digerakkan
o   Semutan dan seperti terbakar, terutama ditelapak kaki
o   Mengalami lemah, tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi, tremor, mioklonus (kontraksi dan relaksasi otot yang bersifat spasmodik dan cepat ), dan kejang
o   Kelemahan dan hipotrofi otot-otot terutama otot-otot ekstremitas proksimal
o   Gangguan seksual: libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-laki dan pada wanita terjadi gangguan menstruasi,gangguan ovulasi sampai amenorea
o   Hiperfosfatemia (kelebihan fosfat dalamdarah), hiperkalemia (kelebihan kalium dalam darah) dan hipokalsemia (kelebihan kalsium dalam darah)

c.       Riwayat kesehatan dahulu                        :  Pada pasien gagal ginjal kronik mempunyai riwayat infeksi kulit, alergi, faringitis/tonsilitis, Gout, Lupus, diabetes melitus dan hipertensi.
d.      Riwayat kesehatan keluarga         : Riwayat dalam keluarga seperti hipertensi, batu ginjal, penyakit ginjal polikistik, diabetes melitus, gout, keganasan dan gagal gnjal lupus 
f.       Riwayat ksehatan lingkungan       : Keadaan lingkungan disekitar rumah cukup bersih
  1. Pola fungsi kesehatan (gordon)
a.      Persepsi terhadap kesehatan
Kesehatan itu sangat penting tapi menjadi tidak penting ketika orang yang diberi nikmat berupa kesehatan tidak ingat yang memberi nikmat tersebut (Allah SWT)
b.      Pola aktivitas latihan
Pasien gagal ginjal kronik dalam aktivitas sehari-hari membutuhkan bantuan dari keluarga atau orang lain karena Kelemahan dan hipotrofi otot-otot terutama otot-otot ekstremitas proksimal
c.      Pola istirahat tidur
Pasien gagal ginjal kronik mengalami gangguan pola tidur yang disebabkan oleh nyeri
d.     Pola nutrisi metabolik
Pasien gagal ginjal kronik mengalami Anoreksia, Nausea dan Vomitus

e.      Pola eliminasi
Pasien gagal ginjal kronik mengalami Hematuria (kencing darah), Nokturia (kencing pada malam hari), poliuria (banyak kencing)
f.       Pola kognitif perseptual
Pasien gagal ginjal kronik gangguan konsentrasi, tremor, mioklonus (kontraksi dan relaksasi otot yang bersifat spasmodik dan cepat ), dan kejang
g.    Pola konsep diri
Ø      Harga diri : -
Ø      Ideal diri : -
Ø      Identitas diri : -
Ø      Gambaran diri : -
Ø      Peran diri : -
h.    Pola koping
Pasien gagal ginjal kronik terbuka dengan anggota keluarga yang lain sehingga ketika ada masalah selalu dipecahkan bersama
i.      Pola seksual reproduksi
Kebutuhan seksual terganggu
j.      Pola peran hubungan
Hubungan pasien dengan keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitar baik
k.    Pola nilai dan kepercayaan
Pasien gagal ginjal kronik beribadah sesuai dengan keyakinan

  1. Pemeriksaan fisik
a.       Tanda-tanda vital:
Suhu          : > 37.5C
Nadi          : > 90 x/menit
TD             :  Sistole >140mmHg & Diastole >90 mmHg
RR             : > 24 x/menit
b.      Keadaan umum
Pada gagal ginjal kronik tergantung berat ringannya penyakit dari composmentis sampai koma
c.        pemeriksaan kepala
Inspeksi
-          Pada kepala           : Mesocepale, simetri, tidak ada deformitas
-            Pada mata                        : Konjungtiva anemis, sclera mata tidak ikterik, pupil isokor(sama besar), simetris, reflek terhadap cahaya baik
-            Pada wajah          : Ekspresi wajah tampak lemah, lesu, dan menahan nyeri
-            Pada telinga         : Tidak ada kotoran (serumen), tidak ada inflamasi, tidak ada benda asing pada dinding lubang telinga, tinitus
-            Pada hidung         : Tidak ada massa, pollip, fungsi pembauan baik, tidak terdapat perdarahan lewat hidung
-            Pada mulut           : Keadaan mulut simetris, kebersihan gigi dan mulut tidak terjaga
 Palpasi            : Rambut tebal, tidak rontok, terdapat ketombe
d.      Pemeriksaan leher
Inspeksi           : Leher ka & ki simetris, tidak ada pembengkakan
Palpasi             : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
e.       Pemeriksaan thorak (dada)
Inspeksi           : Bentuk dada simetris, tidak adanya retraksi pada saat inspirasi, terdapat iktus kordis.
Palpasi             : Gerakan dada pada waktu bernafas simetris, tidak terdapat adanya massa pada dinding thorak, terdapat nyeri tekan daerah kostovertebral
Perkusi            : Terdapat bunyi redup
Askultasi         : Suara pernafasan vesikuler
f.       Pada abdomen
Inspeksi           : Abdomen simetris, tidak terdapat inflamsi
Palpasi             : Terdapat nyeri tekan pada daerah ginjal
Perkusi            : Terdapat bunyi timpani
Auskultasi       :Terdapat suara deguk(gurgling), suara usus hiperaktif
g.      Pemeriksaan Penunjang
Ø  Pemeriksaan Laboratorium
Ø  EKG: Untuk melihat hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemia dan hipokalsemia)
Ø  USG: Untuk mencari adanya factor yang reversible, seperti obstruksi oleh karena batu atau massa tumor, juga untuk menilai proses sudah lanjut (ginjal yang sudah lisut)
Ø  Foto Polos Abdomen: Untuk menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu atau obstruksi lain
Ø  Pielografi Intra Vena (PIV): Untuk menilai system pelviokalises dan ureter
Ø  Pemeriksaan Foto Dada: Untuk mengetahui bendungan paru akibat kelebihan air, efusi pleura, kardiomegali, dan efusi perikardial
Ø  Pemeriksaan Radiologi Tulang: Untuk mencari osteodistrofi (terutama falang/jari), dan kalsifikasi metastatik
  

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, jangan lupa komentar yang sopan ya.