BAB
I
LANDASAN
TEORI
A. PENGERTIAN
Karsinoma kolorektal adalah suatu tumor malignan
(cenderung menjadi buruk atau menyebabkan kematian) yang muncul dari jaringan
epitherial/ colon atau rectum. Karsinoma
kolorektal berkaitan dengan kolon (usus besar) dan rectum (poros usus). Saat
ini, kasus kanker usus besar semakin meningkat dan di duga akan terus meningkat
pada tahun-tahun mendatang karena kolon (termasuk rektum) merupakan tempat
keganasan tersering disaluran cerna.
B. ETIOLOGI
Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui
secara pasti, namun makanan factor yang penting dalam kejadian kanker tersebut.
Yaitu berkolerasi dengan faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak
hewan tinggi, kadar serat yang rendah serta adanya interaksi antara bakteri di
dalam usus besar dengan asam empedu dan makanan. Faktor-faktor tersebut akan memproduksi bahan
karsinogenik yang memicu kanker usus besar atau kolorektal. Selain itu, ada
beberapa faktor resiko tinggi terhadap jenis kanker ini, yaitu mempunyai salah
satu keluarga yang terkena kanker usus besar menderita poliposis (multiple
polip di kolon), colitis ulserosa, berumur 40 tahun keatas dan memiliki riwayat
gangguan saluran pencernaan. Adapun faktor lain yang menyebabkan meningkatnya
resiko kanker yaitu konsumsi daging, lemak, atau kolesyerol, alkohol yang
berlebihan, perokok, penyakit radang usus dan obesitas, diet yang kurang
sayur-sayuran dan buah-buahan, kurang aktivitas atau olahraga. Risiko meningkat
apabila umur meningkat, kebanyakan berlaku pada lingkungan umur 60-70 tahun.
C. PATOFISIOLOGI
Umumnya tumor kolorektal adalah adenokarsinoma yang
berkembang dari polypadenoma. Insidensi
tumor dari kolon kanan meningkat, meskipun umumnya masih terjadi di rectum dan
kolon sigmoid. Pertumbuhan tumor secara tipikal tidak terdeteksi, menimbulkan
beberapa gejala. Pada saat timbulnya gejala, penyakit mungkin sudah menyebar ke
dalam lapisan lebih dalam dari jaringan usus dan organ-organ yang berdekatan.
Kanker kolorektal menyebar dengan perluasan langsung ke sekeliling permukaan
usus, sub mukosa, dan dinding luar usus. Stuktur yang berdekatan, seperti
hepar, kurvatura mayor lambung, duodenum, usus halus, pankreas, limpa, saluran
genitourinary, dan dinding abdominal juga dapat dikenali oleh perluasan. Metastasis kelenjar getah bening regional sering berasal
sari penyebaran tumor. Tanda ini tidak selalu terjadi, biasa saja kelenjar yang
jauh sudah dikenal namun kelenjar regional masih normal (Way, 1994). Sel-sel
kanker dari tumor primer dapat juga menyebar melalui system limpatik atau
system sirkulasi ke area sekunder seperti hepar, paru-paru otak, tulang dan
ginjal. “Penyemaian” dari tumor meluas melalui serosa atau selama pemotongan
pembedahan.
Awalnya sebagai
nodul, kanker usus sering tanpa gejala hingga tahap lanjut. Karena pola
pertumbuhan lamban, 5 sampai 15 tahun sebelum muncul gejala (Way, 1994).
Manifestasi tergantung pada lokasi, tipe dan perluasan, dan komplikasi.
Pendarahan sering sebagai manifestasi yang membawa klien dating berobat. Gejala
awal yang lain sering terjadi perubahan kebiasaan buang air besar, diare atau
konstipasi. Karakteristik lanjut adalah nyeri, anoreksia, dan kehilangan berat
badan. Mungkin dapat teraba massa di abdomen atau rectum. Biasanya klien tampak
anemis dari pendarahan.
Prognosis kanker
kolon tergantung pada stadium penyakit saat terdeteksi dan penanganannya.
Sebanyak 75% kanker kolorektal mampu bertahan hidup selama 5 tahun. Daya tahan
hidup buruk atau lebih rendah pada usia dewasa tua (Hazzard et al, 1994).
Komplikasi primer dihubungkan dengan kanker kolorektal : (1) obstruksi usus
diikuti dengan penyempitan lumen dengan lesi, (2) perforasi dari dinding usus
oleh tumor, diikuti kontaminasi dari rongga peritoneal oleh isi usus, (3) perluasan
langsung tumor ke organ-organ yang berdekatan.
D. GEJALA
Gejala dari kanker
kolorektal tergantung pada lokasi dan stadium tumor. Pada umumnya pertumbuhan
tumor pada sisi kanan dan sisi kiri usus besar menunjukkan gejala agak berbeda.
Tumor pada sebelah kiri menunjukan gejala terblokirnya usus pada tahap awal,
yaitu pendarahan pada rectum, rasa kenyang atau keram lambung, feses bercampur
lender dan darah, serta adanya takanan pada rectum, susah buang air besar, pada
stadium lanjut nafsu makan dan berat badan semakin menurun, warna feses menjadi
hitam bercampur darah, sakit perut yang tidak reda, rasa perut kembung. Selain
itu juga menunjukkan gejala keletihan atau kurang bertenaga, sesak nafas waktu
bekerja.
E. PENCEGAHAN
·
Cukup mengkonsumsi lemak seperti sayur
dan buah-buahan. Komponen yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan yang dikenali
sebagai psitokemia mempunyai keupayaan mencegah kanker. Oleh karena, disarankan
supaya kita mengambil berbagai sayuran banyak setiap hari. Makanan ini dapat
mencegah kemungkinan dengan mengganggu proses menukar hasil makanan itu menjadi
karsinogen.
·
Serat dapat memperlancar pencernaan dan
buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak
berguna di usus, karena kotoran yang lama mengendap di usus akan menjadi racun
yang memicu sel kanker.
·
Menghindari makanan yang mengandung
lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan.
Pakar mendapati ada setengah komponen daging yang menyebabkan karsinogen. Oleh
karena itu, orang yang kuat makan daging dua kali lipat risiko terkena kanker
usus besar. Oleh karena itu, kurangi makan daging begitu juga dengan cara
memasak, suhu yang tinggi dapat menyebabkan karsinogen pada daging.
·
Menghindari
makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut dapat memicu
sel karsinogen atau sel kanker.
·
Menghindari
minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan. Orang yang minum alcohol terlalu
banyak mempunyai risiko tinggi terhadap penyakit kanker hati, esophagus
(terutama apabila merokok), usus besar dan kanker dubur.
·
Melaksanakan
aktivitas fisik dan olah raga secara teratur.
F. PENANGANAN
Kanker usus besar cenderung menyebar secara lamban
dan tepat terlokalisisr (tidak menyebar ke bagian lain) untuk waktu yang lama.
Dengan demikian kanker tersebut berpotensi untuk dapat diobati, tentunya
apabila terdeteksi secara dini dan segera diobati sebelum menyebar ke
limfonodus, sehingga kesempatan harapan hidup dapat ditingkatkan. Oleh karena
itu, untuk mendeteksi kanker kolorektal secara dini harus melakukan pemeriksaan
yang teratur terutama pada mereka yang berisiko tinggi, dan mempunyai riwayat
gangguan pencernaan karena di Indonesia kanker usus besar banyak terjadi pada
usia dibawah 40 tahun, maka sebaiknya screening atau pemeriksaan sudah mulai
dilakukan ketika usia 30 tahunan.
Screening dapat dilakukan dengan alat kolonoskopi
(memeriksa kolon), proktoskopi (pemeriksaan rectum dan kolon bagian bawah) atau
endoskopi (peneropongan bagian dalam suatu organ tubuh).
Menerapkan gaya
hidup dan pola makan sehat sangat penting mencegah terjadinya kanker
kolorektal/usus besar. Apabila kanker telah terdiagnosa, segera melakukan
pengobatan utama untuk kanker kolorektal adalah pembedahan (operasi). Namun
tidak semua orang mampu menjalankan pengobatan konvensional tersebut karena
berbagai alasan, diantaranya karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkam.
Oleh karena itu banyak penderita kanker yang mencari solusi lain yaitu melalui
pengobatan tradisional dengan terapi tumbuhan obat. Tumbuhan obat anti kanker
banyak yang sudah uji klinis berdasarkan penelitian pada hewan percobaan dan
banyak pula yang digunakan berdasarkan bukti empiris atau pengalaman
turun-temurun. Dalam pengobatan
kanker, sebaiknya terapi tumbuhan obat juga ditunjang dengan pengobatan medis
atu konvensional.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
·
Uji darah yang terkandung dalam tinja
(fekal occult blood test)
Tiga sampel
tinja pada hari berurutan yang diperoleh dari individu untuk kajian terhadap
kandungan darah dalam tinja. Jika didapat hasil positif, individu tersebut
akan menjalani uji kolonoskopi.
·
Kolonoskopi (Colonoscopy)
Dalam prosedur ini dokter yang terlatih akan
memasukkan skop yang mempunyai kamera melalui dubur untuk melihat keadaan di
dalam usus besar, jika terdapat polip, specimen sel di dalam usus besar akan
diambil bersama dengan skop. Kemudian specimen sel akan dilakukan pemeriksaan
lanjut.
·
Sigmoidoskopi fleksible (Flexible
Sigmoidoscopy)
Kaidah ini hanya
membolehkan bagian ujung usus besar dilihat melalui skop. Skop ini dimasukkan
melalui rectum sehingga ujung seperempat usus besar untuk memeriksa pertumbuhan
polip.
·
Uji barium dua kontras (Double Contrast
Barium Enema)
Kaidah ini
merupakan pemeriksaan yang lebih lama disbanding dengan kolonoskopi. Individu
akan diberi minuman berwarna putih yang mengandung barium supaya bagian kolon
dan rectum dapat dilihat melalui sinar x bagian abdomen.
·
Uji darah untuk tahap CEA (Carcinogenic
Embryonic Antigen)
Uji positif yang meningkat memberi keputusan yang
signifikan supaya diagnostic selanjutnya dijalankan.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PENDERITA KARSINOMA KOLOREKTAL
A.
PENGKAJIAN
A.1 Identitas
1. Identitas
Pasien
Nama
: TN.X
Umur
: 40 Tahun
Jenis
Kelamin : laki-laki
Pendidikan
: -
Pekerjaan
: -
Status
Pernikahan : -
Alamat
: -
2. Identitas
Penanggung Jawab
Nama
: NY. Y
Umur
: 35 Tahun
Jenis
Kelamin : Perempuan
Pendidikan
: -
Pekerjaan
: -
Agama
: -
Status
Pernikahan : -
Alamat : -
A.2 Riwayat Kesehatan
1. Keluhan
Utama:
Mengalami
pendarahan pada rektum
2. Riwayat
Penyakit Sekarang:
o
Rasa kenyang atau kram lambung
o
Feses
bercampur lendir dan darah, serta adanya tekanan pada rectum
o
Susah
buang air besar
o
Nafsu
makan dan berat badan menurun
o
Warna feses hitam bercampur darah
o
Sakit
perut yang tidak reda, rasa perut kembung
o
Kelelahan dan kurang bertenaga
o
Sesak nafas waktu bekerja
o
Mual dan muntah
3. Riwayat
Penyakit Dahulu :
Memiliki
riwayat gangguan saluran pencernaan.
4. Riwayat
Penyakit Keluarga:
Menderita kanker usus besar, poliposis (multiple polip
kolon), kolitis ulserosa
5.
Genogram
A.3
Pola Fungsi Kesehatan
1. Persepsi
tentang kesehatan
-
2.
Pola Aktivitas
AKTIVITAS
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Mandi
|
|
|
ü
|
|
|
Berpakaian/berdandan
|
|
|
ü
|
|
|
Eliminasi
|
|
|
|
ü
|
|
Mobilisasi di
tempat tidur
|
|
|
ü
|
|
|
ROM
|
|
|
ü
|
|
|
Ambulansi
|
|
|
ü
|
|
|
Makan
|
|
|
ü
|
|
|
Keterangan :
0
: Mandiri
1
: Menggunakan alat bantu
2
: Dibantu orang lain
3
: Dibantu orang dan alat
4
: Tergantung total
3.
Pola Istirahat Tidur
Mengalami gangguan pola
istirahat tidur karena kram lambung dan sakit perut yang tidak reda.
4. Pola
Nutrisi Metabolik
Nafsu makan menurun, rasa kenyang serta mual dan muntah.
5. Pola
Eliminasi
Mengalami konstipasi, feses bercampur lendir dan
darah serta adanya tekanan pada rectum, warna feses menjadi hitam bercampur
darah.
6. Penderita
Pola Kognitif Perseptual
- Status mental :
sadar tetapi memiliki perasaan lemah
- Bicara :
tidak mengalami kesulitan dalam mengungkapkan kata-kata (normal)
- Pendengaran :
tidak mengalami gangguan pendengaran (normal)
- Penglihatan :
tidak mengalami gangguan penglihatan (normal)
-
Vertigo :
tidak mengalami sakit kepala
-
Manajemen nyeri : mengalami nyeri pada abdomen
7. Pola
Konsep diri
- Harga
diri : Merasa cemas denga
penyakitnya.
- Ideal
Diri : -
- Identitas
Diri : -
- Gambaran
Diri : -
- Peran
Diri : -
8. Pola Koping
Ekspresi wajah sangat lesu dan pucat karena
menahan nyeri pada abdomen yang disebabkan oleh karsinoma kolorektal
9. Pola Seksual Reproduksi
Klien
berjenis kelamin laki -laki
10. Pola
Hubungan
- Status
perkawinan : -
- Pekerjaan
: -
- Kualitas
bekerja : -
- Sistem
dukungan : -
11. Pola Nilai dan Kepercayaan
Beragama x
A.4 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan
Umum : Lemah
2. Kesadaran
: composmentis
3. Vital
Sign
a. Suhu
: Normal (36,5-37,50 C)
b.
Nadi :
Takikardia (>100 x/menit)
c. Pernafasan
: Takipnea (>24 x/menit)
d. TD
: Ketidakstabilan
hemodinamik (hipertensi atau hipotensi)
4. Status
Gizi
a. BB
: -
b. TB
: -
5. Keadaan
Fisik.
·
Kulit, Rambut, dan Kuku
·
Inspeksi :
Warna kulit pucat dan mudah berkeringat, kulit kepala dan rambut tampak bersih,
warna kuku normal dengan bentuk kuku normal.
·
Palpasi : Suhu badan normal (36,5-37,50
C), kulit kering, tekstur kulit kasar, dan turgor kulit pasien jelek, tidak
terdapat udema.
·
Kepala
·
Inspeksi :
Bentuk kepala meshosopal, bentuk tengkorak proporsional.
·
Palpasi : Tidak mengalami nyeri pada kepala
·
Mata
·
Inspeksi : Bola mata normal, konjungtiva merah muda, ukuran pupil
komparatif dan reaksi pupil terhadap cahaya.
·
Telinga
·
Inspeksi : Daun telinga simetris, tidak mengalami
penurunan pendengaran.
·
Palpasi : Kartilago normal, tidak terdapat
nyeri tekan tragus.
·
Hidung
·
Inspeksi :
Tidak mengalami gangguan penciuman, bentuk hidung simetris.
·
Palpasi :
Tidak ada pembengkakan pada bagian hidung, tidak ada lesi.
·
Mulut
·
Inspeksi
: Mukosa bibir kering, bentuk bibir
simetris.
·
Palpasi : Tidak ada pembengkakan tau gangguan
pada daerah mulut.
·
Leher
·
Inspeksi : Leher simetris.
·
Palpasi : Tidak ada pembengkakan pada kelenjar
tiroid dan tidak ada nyeri tekan.
·
Dada :
·
Inspeksi : Dada simetris
·
Palpasi :
Tidak mengalami nyeri tekan
·
Auskultasi : Mengalami peningkatan frekwensi pernafasan, suara nafas pendek.
·
Perkusi :
Sonor
·
Abdomen
·
Inspeksi :
Bentuk abdomen simetris.
·
Auskultasi : Terdengar bising usus
·
Palpasi :
Terdapat nyeri tekan pada abdomen, kram lambung.
·
Perkusi
: Shifting Dullnes
·
Ekstremitas
·
Atas
: Tidak mengalami kesulitan menggerakkan tangan
·
Bawah
: Tidak mengalami kesulitan
berjalan (kesulitan menggerakan kaki)
·
Genetalia
dan anus : Terdapat tekanan pada rektum.
A.5 Data Penunjang
1. Tes Laboratorium : yang terdiri dari pemeriksaan jumlah
sel-sel darah untuk evaluasi anemia, Tes Guaiac pada feses, CEA (Carcino
Embryogenic Antigen) adalah ditemukannya glikoprotein di membran sel pada
banyak jaringan, Barium enema sering digunakan untuk defeksi ada tidaknya dan
lokasi tumor.
2. CT scan, MRI atau pemeriksaan ultrasonik dapat digunakan
untuk mengkaji apakah sudah mengenai
organ lain melalui perluasan langsung.
3. Endoskopi (sigmoidoscopy atau coloscopy) adalah test
diagnostik utama digunakan untuk mendeteksi dan melihat tumor.
B.
DATA
FOKUS
1. Rasa
kenyang atau kram lambung
2.
Feses
bercampur lendir dan darah, serta adanya tekanan pada rectum
3. Susah
buang air besar
4.
Nafsu
makan dan berat badan menurun
5. Warna
feses hitam bercampur darah
6.
Sakit
perut yang tidak reda, rasa perut kembung
7. Kelelahan
dan kurang bertenaga
8. Sesak
nafas waktu bekerja
9. Mual
dan muntah, serta gelisah
10. Vital
sign :
·
Suhu : Normal (36,5-37,50 C)
·
Nadi : Takikardia (>100 x/menit)
·
Pernafasan : Takipnea (>24 x/menit)
·
TD :
Ketidakstabilan hemodinamik (hipertensi atau hipotensi)
C.
ANALISA
DATA
NO
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
PROBLEM
|
1
|
DO :
-
Nyeri pada bagian abdomen yang tidak reda
-
Kram lambung
-
Takikardi (>100x/menit)
-
Ketidakstabilan hemodinamik (hipertensi atau hipotensi)
|
Agen cedera biologi
|
Nyeri akut
|
2
|
DO :
-
Turgor kulit buruk
-
Membran mukosa kering
-
Penurunan berat badan
-
Nafsu makan menurun
-
Rasa perut kembung
|
Pemasukan terbatas (mual dan muntah)
|
Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
|
3
|
DO :
-
Pernyataan gangguan tidur
-
Kelelahan
-
Tidak bertenaga
|
Ketidaknyamanan (nyeri)
|
Gangguan pola tidur
|
4
|
DO :
-
Pendarahan pada rectum
-
Feses bercampur lendir dan darah
-
Adanya tekanan pada rectum
- Warna feses menjadi hitam bercampur darah
|
Abses rektum
|
Konstipasi
|
5
|
DO :
-
Nafas pendek
-
Takipnea (>24x/menit)
-
Perubahan kedalaman pernafasan
-
Penurunan kapasitas vital
-
Sesak nafas saat bekerja
|
Nyeri
|
Pola nafas tak efektif
|
6
|
DO :
-
Peningkatan rasa tegang
-
Ketakutan
-
Gelisah
|
Perubahan status kesehatan
|
Ansietas
|
D. PRIORITAS MASALAH :
1.
Nyeri
akut berhubungan dengan agen cedera biologi
2.
Pola
nafas tak efektif berhubungan dengan nyeri
3.
Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan terbatas (mual dan
muntah)
4.
Ansietas
berhubungan dengan perubahan status kesehatnan
5. Konstipasi
berhubungan dnegan abses rectum
6.
Gangguan
pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan (nyeri)
E.
INTERVENSI
NO
DX
|
TUJUAN
NOC
|
TINDAKAN
/ INTERVENSI
NIC
|
1
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan
pada penderita karsinoma kolorektal selama …x24 jam diharapkan nyeri hilang
dengan kriteria hasil :
Kontrol
nyeri
(160501) mengenali
faktor penyebab nyeri
(160502) mengenali
serangan nyeri
(160505)
menggunakan analgetik sesuai kebutuhan
(160507) melaporkan gejala kepada tenaga kesehatan
(160509)
mengenali gejala nyeri
(160511)
melaporkan nyeri yang sudah terkontrol
|
Manajemen nyeri
·
Kaji lokasi nyeri, karakteristik,
kualitas, intensitas sebelum
pengobatan pada pasien
·
Berikan informasi tentang nyeri,
seperti penyebab, berapa lama terjadinya, dan tindakan pencegahan
·
Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
·
Berikan analgesic sesuai anjuran
·
Modifikasi tindakan mengontrol
nyeri berdasarkan respon pasien
·
Ajarkan pasien dan keluarga untuk mencari dan memberi dorongan
·
Hilangkan faktor yang dapat menyebabkan nyeri
|
2
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan
pada penderita karsinoma kolorektal selama ….x24 jam diharapkan pola nafas
dapat kembali normal
dengan
kriteria hasil :
Status
respirasi : Jalan nafas
(041002)
tidak ada kegelisahan
(041003)
tidak ada dipsnea
(041004)
frekuensi pernafasan sesuai yang diharapkan
(041005) ritme nafas sesuai yang diharapkan
(041007) bebas dari suara nafas
|
Monitor respirasi :
·
Monitor frekuensi, ritme dan kedalaman pernafasan
·
Auskultasi suara nafas
·
Monitor kemampuan pasien untuk batuk efektif
·
Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
·
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
·
Monitor pengeluaran respirasi
pasien
·
Monitor pernafasan hidung
|
3
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan
pada penderita karsinoma kolorektal selama ….x24 jam diharapkan nutrisi dapat
tercukupi dengan kriteria hasil :
Status
Nutrisi : masukan makanan dan cairan
(100801)
masukan makanan melalui oral
(100803)
masukan cairan melalui oral
(100805)
total kecukupan nutrisi
Status
Nutrisi
(100401)
pemasukan nutrisi
(100405) berat badan yang sesuai
|
Manajemen Nutrisi :
·
Kaji adanya alergi makanan
·
Tentukan makanan kesukaan makanan
pasien
·
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
·
Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
·
Monitor adanya penurunan berat
badan
·
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
|
4
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan
pada penderita karsinoma kolorektal selama …x24 jam diharapkan ansietas dapat
teratasi dengan keiteria hasil :
Kontrol ansietas :
(140201) dapat memonitor intensitas
dari kecemasan
(140204) dapat mencari informasi untuk
mengurangi ansietas
(140205) perencanaan strategis dalam
pola hubungan untuk situasi stress
(140206)
menggunakan pola hubungan efektif yang strategis
(140207)
dapat menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi ansietas
(140214) melaporkan
tidur yang adekuat
|
Mengurangi Ansietas :
·
Tenangkan klien
·
Jelaskan prosedur tindakan kepada
pasien dan perasaan yang muncul pada saat melakukan tindakan
·
Berusaha memahami keadaan klien
·
Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis, dan tindakan
·
Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa takut
·
Sediakan aktivitas untuk
menurunkan ketegangan
|
5
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan
pada penderita karsinoma kolorektal selama …x24 jam diharapkan konstipasi
teratasi dengan kriteria hasil :
Eliminasi
usus :
(050101)
pola eliminasi yang telah diharapkan
(050102) gerakan usus dapat terkontrol
(050103) wana feses dalam batas normal
(050108) feses bebas dari darah
(050109) feses bebas dari lendir
(050110) tidak ada konstipasi
(050111) tidak ada diare
|
Manajemen konstipasi :
·
Monitor tanda dan gejala dari konstipasi
·
Monitor pergerakan usus,
frekuensi, konsistensi, bentuk, volume dan warna sesuai dengan ketentuan
·
Monitor suara usus
·
Monitor tanda dan gejala dari
pecahnya usus
·
Identifikasi faktor yang dapat menyebabkan konstipasi
·
Instruksikan pasien untuk diet
tinggi serat
·
Instruksikan pasien untuk menggunakan laksatif sesuai kebutuhan
·
Instruksikan pasien atau keluarga untuk mencatat warna, banyaknya,
frekuensi dan konsistensi feses
|
6
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan
pada penderita karsinoma kolorektal selama …x24 jam diharapkan gangguan pola
tidur dapat teratasi dengan kriteria hasil :
Tidur :
(000401) mempunyai waktu untuk tidur
(000402) dapat mengamati waktu tidur
(000403)
mengetahui pola tidur
(000404)
mengetahui kualitas tidur
(000406)
tidur tidak terganggu
(000407)
mengetahui rutinitas tidur
(000408)
perasaan nyaman setelah tidur
|
Aktivitas :
·
Tentukan pola tidur pasien
·
Tentukan efek pengobatan pasien dalam pola tidur
·
Catat pola tidur pasien dan lamanya waktu tidur
·
Anjurkan pasien untuk eliminasi sebelum waktu tidur
·
Instruksikan pasien untuk menghindari makan dan minum yang dapat
mengganggu tidur
·
Atur lingkungan sekitar untuk meningkatkan tidur (cahaya/lampu, suara,
suhu, dan tempat tidur)
|
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Karsinoma
kolorektal adalah suatu tumor malignan (cenderung menjadi buruk atau
menyebabkan kematian) yang muncul dari jaringan epithelia dari kolon atau
rectum atau usus besar dan anus. Penyebab terjadinya karsinoma kolorektal
adalah faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar
serat yang rendah serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar
dengan asam empedu dan makanan. Gejala dari kanker kolorektal yaitu pendarahan
pada rectum, rasa kenyang atau kram lambung, feses bercampur lendir dan darah,
serta adanya tekanan pada rectum, susah buang air besar, nafsu makan dan berat
badan menurun, warna feses menjadi hitam dan sakit perut yang tidak reda, perut
kembung, muntah, sesak nafas dan kurang bertenaga. Karsinoma kolorektal dapat dicegah dengan menerapkan gaya
hidup dan pola makan sehat.
B.
SARAN
Kita sebagai perawat harus mengetahui dan memahami
faktor-faktor penyebab karsinoma kolorektal, tanda dan gejala serta penanganannya,
sehingga kita dapat membantu dalam menegakkan diagnosa dan dapat melaksanakan
asuhan keperawatan yang benar-benar sesuai dengan prosedur yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Farid. 2007. Karsinoma Kolorektal.
http:\\www.medicine.co.id
Johnson, Marion . 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby
Mc Closkey, Joannec. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC).
Mosby
Mentosa, Medika. 2007. Terapi Untuk Penderita Karsinoma Kolorektal.
http:\\www.suaramerdeka.co.id
Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi. Jakarta : EGC
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, jangan lupa komentar yang sopan ya.