HEPATITIS VIRUS
A.
DEFINISI
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus
disertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan
perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas. Sampai saat ini sudah
teridentifikasi lima tipe hepatitis yang pasti :
1)
Virus Hepatitis A (HAV)
2)
Virus Hepatitis B (HBV)
3)
Virus Hepatitis C (HCV)
4)
Virus Hepatitis D (HDV)
5)
Virus Hepatitis E (HEV)
Insidens hepatitis virus yang terus meningkat semakin
menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit tersebut penting karena mudah
ditularkan, memiliki morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya absent
dari sekolah atau pekerjaan untuk waktu yang lama.
Implikasi Keperawatan
Perawat terutama terlibat dengan tiga bidang permasalahan hepatitis virus
yang utama:
a.
perawatan penderita hepatitis
b.
kenyataan bahwa banyak penderita hepatitis tidak
menunjukkan gejala (asimtomatik) yang dapat menjadi masalah epidemologi yang
serius .
c.
kebutuhan kesehatan yabg jelas menuntut eliminasi
berbagai bentuk penyakait tersebut. Hal ini mencakup :
·
Sanitasi rumah dan komunitas yang baik
·
Kesadaran yang terus menerus akan hygiene
perorangan (khususnya dalam kebiasaan membasuh tulang)
·
Praktik yang aman dalam menyiapkan dan
membagikan makanan
·
Penyediaan kesehatan yang efektif di sekolah,
asrama, fasilitas perawatan yang diperluas, barak-barak dank amp-kamp.
·
Program pendidikan kesehatan yang berkelanjutan
·
Pelaporan setiap kasus hepatitis virus kepada
Departemen Kesehatan setempat.
Walaupun ke lima tipe hepatitis dapat di bedakan
melalui pertanda antigeniknya, tetapi kesemuanya memberikan gambaran klinis
yang mirip, yang dapat bervariasi dari keadaan sub klinis tanpa gejala hingga
keadaan infeksi akut yang fatal.
Perbandingan Berbagai Tipe Hepatitis Virus
|
Hepatitis A
|
Hepatitis B
|
Hepatitis C
|
Hepatitis D
|
Hepatitis E
|
Eipidemologi
Penyebab
Cara penularan
Inkubasi (hari)
Sifat sakit
Tanda & Gejala
Hasil akhir
|
Virus Hepatitis A (HAV)
Jalur fekal oral ;sanitasi yg
jelek. Kontak antar manusia. Dibawa Oleh air & makanan
15-49 hari
Rata-rata 30 hr
Dapat terjadi dengan atau tanpa
gejala; sakit mirip flu.
Fase pra-ikterik: sakit kepala,
febris, malaise, fatigue, anoreksia.
Fase Ikterik:
Urin yang berwarna gelap, gejala
ikterus pada sclera dan kulit, nyeri tekan pada hati.
Biasanya ringan dengan pemulihan.
Angka fatalitas <1 %. Tidak terdapat status karier atau meningkatnya
resiko hepatitis kronis, sirosis atau kanker hati.
|
Virus Hepatitis B (HBV)
Parenteral; lewat kontak dg karier
atau penderita infeksi akut; Kontak seksual dan oral-oral. Penularan
perinatal ibu kpd bayinya. Ancaman kesehatan kerja yg penting bagi petugas
kesehatan.
28-160 hari
Rata-rata 70-80 hari
Dapat terjadi tanpa gejala. Dapat
timbul artralgia, ruam.
Dapat berat. Angka fasilitas 1 % -
10%. Status karier mungkin terjadi. Meningkatnya resiko hepatitis kronis,
sirosis dan kanker hati.
|
Virus Hepatitis C (HCV)
Transfusi darah dan prodak darah yg
terkontaminasi lewat peralatan atau parafenalis obat.
15-160 hari
Rata-rata 50 hr
Serupa dengan HBV tidak begitu
berat, anikterik.
Sering terjadi status karier yang
kronis dan penyakit hati yang kronis. Meningkatnya resiko kanker hati.
|
Virus Hepatitis D (HDV)
Sama seperti HBV. Antigen permukaan
HBV diperlukan untuk replikasi. Pola penularan serupa dengan pola penularan
hepatitis B.
21-40 hari
Rata-rata 35 hr
Serupa dengan HBV.
Serupa dengan HBV, tetapi
kemungkinan status karier, hepatitis aktif yang kronis dan sirosis lebih
besar.
|
Virus Hepatitis E (HEV)
Jalur fekal-oral; kontak antar
manusia dimungkinkn meskipun resikonya rendah.
15-65 hari
Rata-rata 42 hr
Serupa dengan HAV. Sangat berat
pada wanita yang sedang hamil.
Serupa dengan HAV, tetapi sangat
berat pad wanita yg hamil.
|
1. Virus Hepatitis A
Hepatitis A, yang dahulu dinamakan
hepatitis infeksiosa, di sebabkan oleh virus RNA dari famili entero virus.
Virus hepatitis A ditemukan dalam tinja pasien yang terinfeksi sebelum
gejalanya muncul dan selama beberapa hari pertama menderita sakit. Hepatitis A
lebih prevalen di Negara-negara berkembang atau pada populasi yang tinggalnya
berdesakan dengan sanitasi yang buruk. Penjaja makanan yang terinfeksi dapat
menyebarkan penyakit tersebut, dan masyarakat dapat terjangkit melalui konsumsi
air atau ikan dari sungai yang tercemar
limbah. Wabah hepatitis A dapat terjadi pada pusat-pusat kesehatan dan
panti akibat kurangnya kebersihan perorangan. Kadang-kadang penyakit ini
ditularkan melalui transfusi darah.
Penderita hepatitis tipe A biasanya akan
pulih kembali. Hepatitis A jarang berlanjut menjadi nekrosis hati yang akut
atau hepatitis kulminan dan berakhir dengan sirosis hati atau kematian.
Hepatitis A akan menimbulkan imunitas terhadap penyakit itu sendiri ; namun
demikian, orang yang kebal terhadap hepatitis A dapat terjangkit bentuk
hepatitis yang lain. Angka mortalitas hepatitis A adalh kurang lebih 0,5%.
Status karier tidak terdapat, dan juga
tidak ditemukan hepatitis kronis yang berkaitan dengan hepatitis A.
2. Virus Hepatitis B
Virus
hepatitis B (HBV) merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel antigen
berikut ini :
§
HBc Ag à antigen inti (core)
hepatitis B (material anti gen terdapat di inti sebelah dalam / inner core.
§
HBs Ag à antigen permukaan
(surface) hepatitis B (material antigen pada permukaan HBV).
§
HBe Ag à protein independent
yang beredar dalam darah.
§
HBx Ag à produk genetic dari
gen X pada HBV/ DNA.
Setiap antigen menimbulkan antibody spesifiknya :
Ø
Anti HBc →
antibody terhadap antigen inti atau HBV ; anti HBc akan bertahan selama fase
akut ; dapat menunjukkan virus hepatitis B yang berlanjut dalam hati.
Ø
Anti HBs →
anti body terhadap permukaan tertentu pada HBV ; terdeteksi selama fase
konvalesensi lanjut ; biasanya menunjukkan pemulihan dan pembentukan imunitas.
Ø
Anti HBe →
antibody terhadap antigen e hepatitis B ; biasanya menyatakan penurunan
infektivitas.
Ø
Anti HBx Ag →
antibody terhadap antigen X hepatitis B ; dapat menunjukkan replikasi HBV yang
tengah berlangsung.
Sekitar 15% dari orang-orang Amerika yang dewasa
menunjukkan hasil pemeriksaan anti HBS yang menunjukkan bahwa mereka pernah
menderita hepatitis B. anti HBS positif pada dua per tiga dari para pemakai
obat bis IV.
Individu yang beresiko terkena hepatitis B :
ü
Tenaga kesehatan yang sering terpajan darah,
produk darah atau cairan tubuh lainnya. Contoh:
o
Staff hemodialisis
o
Perawat onkologi/ kemoterapi
o
Seluruh tenaga kesehatan yang sering berhubungan
dengan jarum suntik
o
Staf kamar operasi
o
Ahli terapi pernafasan
o
Dokter bedah
o
Dokter gigi
ü
Pasien homoseksual atau biseksual yang aktif
melakukan hubungan seksual
ü
Individu yang melakukan kontak sesuai dengan
karier HBV
ü
Individu yang bepergian ke daerah yang kondisi
sanitasinya buruk.
ü
Heteroseksual dengan pasangan seksual yang lebih
dari satu.
ü
Penerimaan produk darah (mis, konsentrat factor
pembeku darah).
3. Hepatitis C.
Orang-orang dengan resiko khusus untuk
terkena hepatitis c mencakup anak-anak yang sering mendapatkan transfuse atau
induvidu yang memerlukan darah dalam jumlah besar. Hepatitis lebih besar
kemungkinannya untuk ditularkan dari donor relawan. Hepatitis C bukan hanya
terjadi pada pasien-pasuen pasca – transfuse dan diantara para pemakai
obat-obat IV, tetapi juga pada petugas kesehatan yang bekerja dalam unit-unit
dialysis renal.
Perjalanan klinis hepatitis C yang akut
serupa dengan hepatitis B.Gejala hepatitis C biasanya ringan. Meskipun
demikian, status karier yang kronis sering terjadi dan terdapat peningtkatan
resiko untuk menderita penyakit hati yang kronis sesudah hepatitis C, termasuk
sirosis atau kanker hati.
4. Hepatitis D
Hepatitis D (agen atau virus delta) terdapat
pada beberapa kasus hepatitis B untuk replikasinya, maka hanya penderita
hepatitis B yang beresiko terkena hepatitis D. Antibodi anti-delta dengan
adanya HBAg pada pemeriksaan laboratorium memastikan diagnosis tersebut.
Gejala hepatitis D serupa dengan gejala
hepatitis B, kecuali pasiennya lebih cenderung untuk menderita hepatitis
fulminan dan berlanjut menjadi hepatitis aktif yang kronis serta sirosis hati.
Terapi hepatitis D serupa dengan terapi pada bentuk hepatitis yang lain,
meskipun penggunaan yang merupakan obat khusus bagi hepatitis D masihg
diselidiki.
5. Hepatitis E
Virus hepatitis E, yang merupakan jenis
virus hepatitis terbaru yang teridentifikasi, dianggap ditularkan melalui
jalur fekal-oral. Masa inkubasi
hepatitis E bervariasi dan diperkirakan berkisar dari 15 hingga 65 hari. Awitan
dan gajalanya serupa dengan yang terdapat pada tipe hepatitis virus yang lain.
Menghindari kontak dengan virus
melalui hygiene perorangan yang baik, termasuk kebiasaan mencuci tangan,
merupakan cara utama untuk mencegah hepatitis E. Efektivitas preparat imun
globulin dalam memberikan perlindungan terhadap virus hepatitis E belum
diketahui.
B.
PATOLOGI
Perubahan morfologi k pada hati seringkali serupa untuk
berbagai virus yang berlainan. Pada kasus yang klasik, ukuran dan warna hati
tampak normal, tetapi kadang-kadang sadikit edema, membesar dan berwarna
seperti empedu.
Secara histologik, terjadi susunan hepatoselular menjadi
kacau, cedera dan nekrosis sel hati, dan peradangan perifer. Pada beberapa
kasus, nekrosis submasif dapat mengakibatkan gagal hati yang berat dan
kematian.
C.
MANIFESTASI KLINIS
Infeksi virus hepatitis dapat bervariasi mulai dari
gagal hati berat sampai hepatitis
Anikterik subklinis. Yang terakhir ini lebih sering ditemukan pada
infeksi HAV, dan sering kali penderita mengira “flu”. Infeksi HBV biasanya
lebih berat dibandingkan HAV, dan insidens nekrosis masik dan payah hati berat
lebih sering terjadi.
Pada kasus yang tidak berkomplikasi, penyembuhan dimulai
1 atau 2 minggu setelah awitan ikterus, dan berlangsung 2 hingga 6 minggu.
Mudah lelah merupakan keluhan yang sering di ajukan. Feses dengan cepat memperoleh warnanya kembali,
ikterus berkurang dan warna kemih menjadi lebih muda. Bila ada splenomegali,
maka akan segera mengecil. Tetapi hepatomegali baru akan kembali normal setelah
beberapa minggu kemudian. Temuan laboratorium dan hasil tes fungsi hati yang
abnormal dapat menetap selama 3 minggu 6 bulan.
D.
KOMPLIKASI
Tidak setiap pasien dengan hepatitis virus akan
mengalami perjalanan penyakit yang lengkap. Sejumlah kecil pasien ( kurang dari
1%) memperlihatkan kemunduran klinis yang cepat setelah awitan ikterus akibat
hepatitis fulminan dan nekrosis hati massif. Hepatitis fulminan dicirikan oleh
tanda dan gejala gagal hati akut-penciutan hati, kadar bilirubin serum
meningkat cepat, pemanjangan waktu protrombin yang sangat nyata dan koma
hepatic. HBV bertanggung jawab atas 50% kasus hepatitis fulminan, dan sering
kali disertai infeksi HDV. Hepatitis fulminan tidak sering menjadi komplikasi
HCV dan amat jarang menyertai HAV.
Komplikasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai
adalah perjalanan penyakit yang memanjang hingga 4 sampai 8 bulan. Keadaan ini
dikenal sebagai hepatitis kronik persisten. Meskipun terlambat, pasien-pasien
hepatitis kronik persisten akan selalu sembuh kembali.
Setelah hepatitis virus akut, sejumlah kecil pasien akan
mengalami hepatitis agresik atau kronik aktif, dimana terjadi kerusakan hati seperti
digerogoti ( piece meal) dan perkembangan sirosis.
Suatu komplikasi lanjut dari hepatitis yang cukup bermakna
adalah perkembangan karsinoma hepato seluler.
E.
PENATALAKSANAAN
Tindakan yang dilakukan :
·
Tirah baring (bed rest). Aktivitas pasien harus
dibatasi sampai gejala pembesaran hati dan kenaikan kadar bilirubin serta
enzim-enzim hati dalam serum sudah kembali normal.
·
Nutrisi adekuat harus di pertahankan. Asupan
protein dibatasi bila kemampuan hati untuk mematabolisasi produk-sampingan protein
terganggu sebagaimana diperlihatkan untuk gejalanya.
·
Diet yang aksep tabel.
·
Upaya kuratif untuk mengendalikan gejala
dyspepsia dan malaise umum mencakup penggunaan antacid, baladona serta preparat
antiemetik.
·
Selama periode anoreksia, pasien harus makan
sedikit-sedikit tapi sering dan jika diperlukan, disertai infus glukosa.
·
Jumlah makanan dan cairan yang optimal
diperlukan untuk menghadapi penurunan berat badan dan kesembuhan yang lambat.
·
Uji coba klinik dengan interferon.
F.
PENCEGAHAN
Karena terbatasnya pengobaran terhadap hepatitis, maka
penekanan lebih diarahkan pada pencegahan melalui imunisasi, antara lain :
·
Imunisasi pasif untuk HAV.
Ø
Vaksin hepatitis A.
Di karenakan agar vaksin dengan dua kali pemberian ini di berikan kepada
orang dewasa yang berusia 18 tahun atau lebih dengan pemberian dosis kedua 6
hingga 12 bulan sesudah dosis pertama. Anak-anak dan remaja yang berusia 2
hingga 18 tahun akan menerima 3x pemberian.
Ø
Pemberian preparat imun globulin ( IG )
Pemberian preparat globulin intra muskuler selama masa inkubasi
dilaksanakan dalam waktu 2 minggu setelah terjadinya kontak. Pemberian preparat
globulin akan meningkatkan produksi antibody sendiri dan memberikan imunitas
pasif selama 8 minggu.
·
Imunitas aktif : vaksin hepatitis B
Ø
Dianjurkan bagi individu yang berisiko tinggi
untuk terkena hepatitis B ( misalnya petugas kesehatan, pasien hemodialisis ).
Vaksin hepatitis B di buat dari plasma manusia yang menderita defisiensi
kekebalan atau alergi terhadap vaksin rekombinan-ragi.
Imunitas pasif : IG Hepatitis B
Ø
HBIG di berikan kepada orang-orang yang telah
terpajan HBV tetapi belum pernah menderita hepatitis B dan belum pernah
mendapatkan vaksin hepatitis B.
·
Pemeriksaan skrining hepatitis C pada darah yang
akan digunakan untuk transfusi telah mengurangi jumlah kasus hepatitis yang
berkaitan dengan tranfusi.
·
Antibodi anti-delta dengan adanya HBAg untuk
hepatitis D.
·
Menghindari kontak de3ngan virus melalui hygiene
perorangan yang baik, termasuk kebiasaan mencuci tangan. Evektivitas preparat
IG dalam memberikan perlindungan terhadap virus hepatitis E belum
diketahui.
PENGKAJIAN
1. Pemeriksaan
Fisik
a.
Keadaan umum
·
Kesadaran
·
Status Gizi = TB, BB
b.
TTV
c.
Inspeksi
·
Bentuk dan keadaan secara umum.
·
Kontur permukaan abdomen
·
Adanya retraksi atau benjolan
·
Adanya asymetris
·
Gerakan kulit berhubungan dengan pernafasan
·
Kulit : adanya pigmentasi, bekas luka dan
bendungan vena
·
Keadaan umbilicus
·
Keadaan daerah inguinal
Auskultasi
Perkusi
:
pada kuadran kanan atas, pada daerah dada bagian bawah antara paru dengan
amus costa. Kenalilah suara redup di sebelah kanan/ hepar.
Palpasi.
·
Melakukan pemeriksaan untuk nyeri tekan.
2.
Pemeriksaan Penunjang.
a.
Pemeriksaan Darah :
ü
Bilirubin
ü
Indek Ikterik
ü
SGOT/ SGPT
ü
Bacteriologi
b. Pemeriksaan Urine:
Bacteriologi
c. Faeces: Warna
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara menyeluruh.
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan.
- Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif
- Gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema dan nutrisi yang buruk
- Nyeri akut berhubungan dengan nyeri tekan pada kuadran kanan atas dank ram
No.
Dx
|
NOC
(Tujuan)
|
Perencanaan
|
|
NIC (Intervensi)
|
Rasional
|
||
1.
2.
3.
4.
5.
|
Konservasi energi (0002)
Indikator:
1. (000201) Istirahat dan
aktifitas
seimbang
2. (000202) Tidur siang
3. (000203) Mengetahui
keterbatasan
energi
4. (000204) Menggunakan
teknik
konservasi energi
5. (000205) Mengubah gaya
hidup sesuai dg
tingkat
energi
6. (000206) Memelihara
nutrisi yg
adekuat
7. (000207) Persediaan energi
cukup untuk
beraktifitas
Keterangan penilaian NOC:
Status nutrisi (1004)
Indicator:
1. (100401) Stamina
2. (100402) tenaga
3. (100403) kekuatan
4. (100404) daya tahan tubuh
5. (100405) pertumbuhan (untuk anak)
6. (100406) penyembuhan jaringan
7. (100407) lainnya
Keterangan penilaian NOC:
1. tidak pernah menunjukkan
2. jarang menunjukkan
3. kadang menunjukkan
4. sering menunjukkan
5. selalu menunjukkan
Keseimbangan Cairan (0601)
Indikator:
1. (060101) Tekanan darah
2.
(060102) Rata-rata tekanan arteri
3.
(060103) Tekanan vena sentral
4. (060104) Tekanan paru
5.
(060105) Nadi teraba
6.
(060107) Keseimbangan intake & output 24 jam
7. (060109) BB stabil
8. (060110) Tidak ada asites
9.
(060111) Tidak ada distensi vena jugularis
10. (060112) Tidak ada edema perifer
11. (060113) Tidak ad mata cekung
12. (060115) Tidak haus berlebihan
13. (060116) Kelembapan kulit
Tissue integrity: Skin & Mucous Membranen (1101)
Kriteria Hasil:
1. (100101) Integritas kulit yang baik
bisa dipertahankan : temperature
2. (100102) Sensasi
3. (100103) Elastisitas
4. (100104) Hidrasi
5. (100105) Pigmentasi
6. (100107) Warna
7. (100108) Tekstur
8. (100110) Tidak ada luka/ lesi pada
kulit
9. (100111) Perfusi jaringan baik
10. (100 112) Menunjukkan pemahaman
dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang.
11. (100113) Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembapan kulit dan perawatan alami.
Kontrol Nyeri (1605)
Indikator:
1. (160501) Mengenali factor penyebab
2. (160502) Mengenali lama obat
(onset) sakit
3. (160503) Menggunakan metode
pencegahan nyeri
4. (160504) Menggunakan metode
pencegahan nonanalgetik untuk mengurangi nyeri
5. (160505) Menggunakan analgetik
sesuai kebutuhan
6. (160509) Mengenali gejala-gejala
nyeri
7. (160510) Mencatat pengalaman
tentang nyeri sebelumnya
8. (160511) Melaporkan nyeri yang
sudah terkontrol
9. (160512) Lainnya
Keterangan NOC:
1. Tidak dilakukan sama sekali
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
|
Terapi aktifitas (4310)
1. Menentukan penyebab
toleransi
aktifitas (fisik,
psikologi, atau
motivasi)
2. Berikan periode aktifitas
selama
beraktifitas
3. Pantau respon
kardiopulmonal
setelah
melakukan
aktifitas dan
sebelum aktifitas
4. Minimalkan kerja
kardiovaskuler dg
memberikan posisi
dari
tidur ke posisi
setengah
duduk
5. Jika memungkinkan,
tingkatkan
aktifitas
secara bertahap
(dari
duduk, jalan)
6. Pastikan perubahan
posisi klien
secra
bertahap dan
monitor
gejala dari
intoleransi
aktifitas
7. Kolaborasi dg dokter dg
diberikan terapi
fisik
untuk membantu
meningkatkan
aktifitas
8. Monitor dan catat
kemampuan untuk
mentoleransi
aktifitas
9. Monitor intake nutrisi
untuk memastikan
kecukupan energi
10. Ajarkan pada klien
bagaimana
menggunakan
teknik
mengontrol
pernapasan ketika
beraktifitas.
Manajemen Nutrrisi (0180)
1. Kaji adanya alergi makanan.
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menemukan jumlah kalori dan nutrisi yan g dibutuhkan pasien
3. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
protein dan Vit C
5. Berikan substansi gula
6. Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
7. Berikan makanan yang terpilih
8. Ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan.
Manajemen Cairan (4120)
1. Monitor BB / hari
2. Pertahankan intake
& output yang akurat.
3. Monitor status
hidrasi yang adekuat.
4. Monitor hasil
laboratorium (penurunan hematokrit dan peningkatan osmolaritas urin)
5. Monitor status
hemodinamik CVP, MAP, PAP.
6. Monitor vital sign
7. Monitor indikasi
kelebihan cairan (edema dan asites)
8. Kaji lokasi edema
9. Monitor status
nutrisi.
Manajemen Tekanan (3500)
1. Anjurkan pasien untuk menggunakan
pakaian yg longgar
2. Hindari kerutan pada tempat tidur
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap
bersih dan kering.
4. Mobilisasi pasien (ubah posisi
pasien) setiap 2 jam sekali
5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
6. Oleskan lotion/ minyak/ baby oil
pada daerh kulit
7. Motivasi aktifitas, dan mobilisasi
pasien.
8. Monitor status nutrisi pasien
9. Memandikan pasien dengan sabun dan
air hangat.
Manajemen Nyeri (1400)
1. Kaji secara komphrehensif tentang
nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik dan onset, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri dan factor-faktor presipitasi.
2. Observasi isyarat-isyarat non
verbal dari ketidaknyamanan, khususnya dalam ketidakmampuan.
3. Gunakan komunikasi terapeutik agar
pasien dapat mengekspresikan nyeri
4. Kaji latar belakang budaya pasien
5. Kaji pengalaman individu dan
keluarga terhadap nyeri kronis
6. Evaluasi tentang keefektifan dari
tindakan mengontrol nyeri
7. Berikan dukungan terhadp pasien
& keluarga.
8. Kontrol factor-faktor lingkungan yg
dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan
9. Berikan informasi tentang nyeri,
seperti: penyebab, berapa lama terjadi dan pencegahan
10. Anjurkan untuk memonitor sendiri
nyeri
11. Istirahat yang cukup
12. Monitor kenyamanan pasien terhadap
manajemen nyeri.
|
1. Untuk mengetahui toleransi
aktifitas sehingga dapat segera mengatasi.
2. Agar pasien tidak terlalu lelah.
3. Untuk mencegah peningkatan
frekuensi jantung, kebutuhan oksigen dan kelelahan serta kelemahan.
4. Meminimalkan stimulasi /
meningkatkan relaksasi.
5. Peningkatan bertahap pada aktivitas
menghindari kerja jantung / konsumsi oksigen berlebihan.
6. Kemajuan aktifitas bertahap,
mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba.
7. Agar pasien dapat meningkatkan
aktifits secar bertahap
8. Agar dapat menunjukkan peningkatan
dekompensasi jantung yang tiba-tiba.
9. Agar kebutuhan nutrisi dapat
tercukupi.
10. Untuk menghindari peningkatan kerja
jantung.
1. Untukmengetahui makanan apa saja
yang dapat menyebabkan alergi.
2. Agar kebutuhan pasien akan kalori
dapat terpenuhi
3. Untuk mencegah terjadinya kelebihan
dan kekurangan kan kalori.
4. Untuk meningkatkan stamina dan daya
tahan tubuh pasien.
5. Untuk memberikan pasien tenaga dan
energi yang maksimal.
6. Dengan makanan tinggi serat, maka
BAB akan lancr dan bebas dari konstipasi
7. Untuk mencegah malabsorbsi.
1. Untuk mengetahui penurunan/
penambahan BB setiap harinya.
2. Untuk mempertahankan keseimbangan
intake & output mencegah penurunan BB.
3. Mencegah asites & untuk
mempertahankan cairan & elektrolit.
4. Untuk mengetahui nilai hematokrit,
elektroliit, serum, dll.
5. Mencegah pembesaran JVP
mempertahankan TD
6. Untuk mengetahui TD
7. Untuk mencegah adanya oedema.
8. Untuk mengurangi oedema.
9. Untuk mencegah terjadinya
kekurangan nutrisi.
1. Untuk memberi rasa nyaman pada
pasien.
2. Untuk mengurangi tekanan pada kulit
pasien
3. Agar kulit tetap bersih dan kering
4. Untuk memberi rasa nyaman pada
pasien
5. Agar bila terjadi iritasi dapat
segera diatasi
6. Agar kulit pasien tetap lembab
7. Untuk meningkatkan rasa percaya
diri dan semangat pada pasien dlm bergerak/ beraktifitas.
8. Mencegah terjadinya kekurangan
nutrisi
9. Untuk menjaga kebersihan kulit
pasien dan memberi efek nyaman.
1. Mengenali reflek nyeri yang
diderita pasien
2. Untuk mengetahui tingkat nyeri
pasien
3. Untuk mengenali dan
mengidentifikasi nyeri pada pasien.
4. Untuk mengetahui kebiasaan pasien
5. Agar dapat mengekspresikan nyeri,
sehingga dapat mengetahui
6. Agar dapat mengetahui hasil dari
tindkan yang diberikan
7. Untuk meningkatkan semangat dan
percaya diri pasien
8. Untuk menghilangkan factor-faktor
yang membuat pasien tidak nyaman
9. Agar pasien tidak merasa cemas
10. Untuk membantu pasien dapat
mengatasi nyeri sendiri
11. Untuk mengurangi nyeri yang
diderita
12. Untuk mengetahui apakah teknik
tersebut nyaman bagi pasien.
|
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, jangan lupa komentar yang sopan ya.