BLOG INI BERISI CONTO LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN MENGENAI PENYAKIT DAN TATALAKSAANYA.

Thursday, January 12, 2017

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HORDEOLUM

BAB I
LANDASAN TEORI

A.Definisi
Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Hordeolum biasanya merupakan infeksi Staphylococcus pada kelenjar sebasea kelopak  biasanya dapat sembuh sendiri dan dapat diberi hanya kompres hangat. Dikenal bentuk hordeolum internum dan eksternum. Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar zeis atau moll. Hordeolum internum merupakan suatu abses di dalam kelenjar tersebut. Biasanya penyakit hordeolum (bintilan) dapat sembuh dengan sendirinya.

B. Etiologi

            Penyakit kelopak mata hordeolum (timbilan) kebanyakan disebabkan oleh infeksi kuman Streptococcus, Staphylococcus atau Moraxella pada kelenjar kelopak mata yang disebut kelenjar meiboom, Krause, moll atau wolfring, terjadi infeksi disertai radang yang membantu pengeluaran secret melalui saluran kelenjar yang mengakibatkan terjadi pembesaran kelenjar.

Ada Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Timbil pada Mata ini antara lain :
Factor internal yakni alergi terhadap makanan misalnya; ikan laut, telur, bahan yang mengandung lemak dan protein tinggi, susu, coklat, emping, durian, kacang, atau obat-obatan tertentu.
Factor eksternal yakni lingkungan yang berdebu, panas mengandung bahan polutan kimia tertentu dari pabrik, air kolam renang yang kurang bersih, kosmetik dan lain-lain.

C. Gejala Klinis

            Gejala dari hordeolum berupa kelopak mata yang bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah, nyeri pada tepi kelopak mata, mata mungkin berair, peka terhadap cahaya terang dan nyeri bila ditekan. Hordeolum eksternum atau radang kelenjar zeis atau moll akan menunjukan peninjolan terutama  kedaerah kulit kelopak. Pada hordeolum eksternum nanah dapat keluar dari pangkal rambut. Hordeolum internum atau radang kelenjar meiboom memberikan penonjolan  terutama kedaerah konjungtiva tarsal. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar daripada hordeolum eksternum.
            Jenis timbilan pada mata dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1.      Timbilan dengan radang atau hordeolum
Gejalanya ada benjolan, tumbuh dan membesar dalam waktu yang singkat, disertai tanda radang, merah, bengkak, sakit ketika membungkuk atau diraba, kadang tampak membayang nanah dibawah kulit.
2.      Timbilan tanpa radang atau Chalazion.
Gejala, tidak sakit karena tidak ada peradangan, ada benjolan (bisa karena hordeolum yang tidak tuntas)
Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya kelopak mata sehingga sukar untuk diangkat. Pada pasien dengan hordeolum kelenjar preaurikel biasanya turut membesar. Sering juga hordeolum ini membentuk abses dan pecah dengan sendirinya.

D. Penatalaksanaan
            Untuk mempercepat mengurangi peradangan kelenjar dapat diberikan kompres hangat, 3 kali sehari selama 10 menit sampai nanah keluar. Pengangkatan bulu mata dapat memberikan jalan untuk drainase nanah. Diberi antibiotik lokal terutama bila berbakat untuk rekuren atau terjadinya pembesaran kelenjar preaurikel.
            Antibiotik sistemik yang diberikan eritromisin 250 mg atau 125-250 mg dikloksalisin 4 kali sehari, dapat juga diberi tetrasiklin. Bila terdapat infeksi Staphylococcus dibagian tubuh yang lain maka sebaiknya diobati juga bersama-sama. Pada nanah dari kantung nanah yang tidak dapat keluar maka dilakukan insisi.
            Pada hordeolum internum dan hordeolum eksternum kadang-kadang perlu  dilakukan insisi pada daerah abses dengan fluktuasi terbesar. Penyulit hordeolum dapat berupa selulitis palpebra yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.

Yang dapat dilakukan pasien
1)      Tunggu sampai bisul sembuh sendiri sekitar satu minggu.
2)      Kompres dengan handuk hangat kira-kira 15 menit 1-2 kali sehari.
3)      Bila bisul sudah matang, cabut bulu mata diatasnya untuk mengeluarkan nanah.
4)      Periksakan ke dokter bila hordeolum besar sampai menyentuh bola mata atau bila kambuh.

Insisi Hordeolum
            Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anesthesia topical dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anesthesia infiltrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila :
-          Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus tegak lurus pada margo palpebra.
-          Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan meradang didalam kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotik.

Ragam Penanganan Hordeolum
            Meski bintitan sering dianggap sebagai penyakit penampilan, namun bila dibiarkan dalam jangka panjang tak mustahil dapat berakibat fatal. Boleh jadi bengkaknya kemps, tapi infeksi atau peradangannya tidak sembuh-sembuh tuntas karena bolak-balik muncul dan muncul lagi. Selain itu, pembengkakan yang relatif besar jelas akan mengganggu fungsi mata. Artinya, kendati tidak sampai menimbulkan kebutaan, namun pandangan jadi kabur karena terganggunya pembiasan cahaya.
            Bila kompres mata sudah dilakukan beberapa kali namun rasa mengganjal di kelopak mata tak kunjung hilang, atau bahkan ada benjolan lain yang kian membesar, sebaiknya segera bawa ke dokter untuk mendapatkan beberapa penanganan berikut :

Tetes Mata
            Tetes mata yang diresepkan umumnya adalah tetes mata yang mengandung antibiotik atau steroid. Untuk anak yang lebih kecil, tetes mata ini lebih mudah digunakan. Misalnya diakali dengan menunggunya sampai tertidur lalu meneteskannya sesuai anjuran di ujung matanya, kemudian tarik sedikit bagian bawah mata, hingga tetesannya mengalir mengenai bola mata.

Salep
            Salep adalah pilihan selanjutnya bagi anak yang sudah lebih besar atau orang dewasa. Salep mata yang diresepkan biasanya juga mengandung antibiotik dan steroid.

Obat Oral
            Bila dirasa kurang, dokter akan menambahkan antibiotik yang akan dikonsumsi secara oral alias diminum selain salep mata dan tetes mata tadi.

Operasi sebagai Solusi
            Bila bintitan sudah terlalu besar atau yang bersangkutan memang sering sekali bintitan, umumnya obat tetes atau salep dan antibiotik yang dikonsumsi oral tak lagi memadai. Kalau sudah begini, biasanya dokter akan menyarankan operasi. Tak perlu membayangkannya sebagai operasi besar karena operasi ini sebenarnya adalah  pembedahan kecil (1-2 cm) di tempat munculnya benjolan. Kemudian dengan alat khusus (semacam “sendok”), isi benjolan akan “dikerok” untuk dibuang.
            Bila benjolan ada diluar kelopak mata, sayatan bisa dilakukan dari luar. Akan tetapi kalau benjolan tersebut di dalam , maka kelopak mata harus “dibalik” dan dijepit sebelum dilakukan sayatan. Setelah selesai, sementara waktu mata akan ditutup dengan perban guna mencegah agar tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.
            Adapun anestesi yang digunakan untuk anak yang sudah relatif besar atau orang dewasa adalah bius lokal, yakni hanya di sekitar tempat sayatan. Namun untuk anak yang lebih kecil, biasanya akan dilakukan bius umum karena akan dikhawatirkan ia akan meronta kesakitan. Bila ini yang terjadi bukan mustahil bila alat-alat yang digunakan untuk operasi akan melukai bola mata atau bagian mata lainnya. Operasinya sendiri termasuk operasi kecil yang tidak makan waktu lama. Keuntungannya, bititan tidak akan muncul lagi di tempat yang sama karena permukaan kelenjar tersebut sudah rusak. Kalaupun bintitan muncul lagi terjadinya pasti ditempat lain.

E. Komplikasi
            Komplikasi yang mungkin muncul dari penyakit kelopak mata adalah selulitis palpebra dan abses palpebra.

F. Pencegahan
            Untuk mencegah timbulnya penyakit hordeolum ataupun penyakit-penyakit mata yang lain hendaknya kita membiasakan diri untuk selalu mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menyentuh kulit disekitar mata. Bersihkan minyak yang berlebihan di tepi kelopak mata secara perlahan.









BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A
DENGAN MASALAH HORDEOLUM

A.  PENGKAJIAN
Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 23 Februari  pada jam 10.20, di bangsal penyakit mata.

1.      Biodata
  a. Identitas Klien
      Nama                                       : Tn. A
Umur                                       : 30 tahun
Jenis kelamin                           : Laki-laki
Alamat                                    : x
Agama                                     : x
Suku                                        : x
Pendidikan                              : x
Pekerjaan                                 : x
Diagnosa medis                       : Hordeolum
  b. Identitas penanggung jawab
Nama                                       : Ny. S
Umur                                       : 27 tahun
Jenis kelamin                           : Perempuan
Alamat                                    : x
Agama                                     : x
Suku                                        : x
Pendidikan                              : x
Pekerjaan                                 : x
Hubungan dengan klien          : Istri


2.      Riwayat Kesehatan
  a. Keluhan utama
Pasien mengalami nyeri dan terdapat benjolan pada kelopak mata  kanannya.
  b. Riwayat kesehatan sekarang
      - Pasien mengalami gangguan penglihatan.
- Mata pasien sebelah kanan kemerahan.
- Pada kelopak mata sebelah kanan terdapat benjolan yang mengganjal.
- Nyeri pada daerah benjolan
- Dalam benjolan terdapat nanah (puss).
- Mata kadang mengeluarkan air.
  c. Riwayat kesehatan dahulu
      Pasien belum pernah dirawat di Rumah Sakit sebelumnya.
  d. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien tidak ada penyakit yang sama seperti pasien dan pasien tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga.
  e. Genogram









                                                                       




 












 Keterangan :
                              = Laki-laki sudah meninggal

                              = Laki-laki penderita
 


                              = Laki-laki normal
 


                              = Perempuan meninggal

                              = Perempuan normal


  f. Riwayat kesehatan lingkungan
      Pasien tinggal di dekat jalan raya dengan sanitasi lingkungan yang cukup baik.

3.      Pola Fungsi Kesehatan (Gordon)
a.      Persepsi terhadap kesehatan
Pasien mempunyai kebiasaan yang bertentangan dengan nilai-nilai kesehatan yaitu merokok.
Pasien mencoba mencari pengobatan dengan membeli salep mata di apotek.
b.     Pola aktivitas latihan
Untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi, berpakaian, eliminasi, pindah, mobilisasi di tempat tidur, dan makan/minum pasien tidak membutuhkan bantuan dari orang lain.
c.      Pola istirahat tidur
Waktu tidur              : siang dan malam hari
Jumlah jam tidur      : 5 jam
Kualitas tidur           : buruk
Gangguan tidur        : insomnia
d.     Pola nutrisi metabolik
Nafsu makan            : menurun
Porsi makan : sedang
Frekuensi makan      : 3 x sehari
Minum                      : + 5 gelas sehari
e.      Pola eliminasi
Keniasaan BAB       : 1 x/hari
Konsistensi               : lunak
Kebiasaan BAK       : + 3-4 x/hari
f.      Pola kognitif perceptual
1) Status mental       : sadar
2) Bicara                   : tidak ada gengguan dalam berbicara
3) Pendengaran        : tidak ada gangguan pada pendengaran pasien
4) Penglihatan          : kabur (terutama pada mata sebelah kanan)
g.     Pola peran hubungan
1) Status perkawinan: sudah menikah
2) Sistem dukungan  : dari pasangan, anak, teman dan keluarga

4.      Pemeriksaan Fisik (Persistem)
a.      Tanda-tanda vital
Suhu                         : > 360 C
Nadi                                     : > 90 x / menit
Respirasi                   : dalam rentang normal (16 – 24 x / menit)
Tekanan darah          : 120/80 mmHg
b.     Keadaan umum
Kesan umum               : kelopak mata pasien sebelah kanan tampak terdapat benjolan dan berwarna merah.
Kesadaran                   : komposmentis
Bentuk badan              : sedang
Cara bicara                  : jelas dan lancar

c.      Sistem respirasi
Palpasi                         : frekuensi pernafasan pasien dalam batas normal (antara 16 – 24 x / menit)
Auskultasi                   : tidak ada suara abnormal
d.     Sistem gastrointestinal
Inspeksi                       : tidak tampak adanya kelainan pada system gantrointestinal pasien.
Palapasi                       : tidak ditemukan adanya masa atau benjolan
Perkusi                        : abdomen timpani
Auskultasi                   : peristaltic dalam batas normal ( 5-35 x/menit)
e.      Sistem kardiovaskuler
Inspeksi                    : denyut jantung teratur
Palapasi                    : frekuensi denyut jantung > 90 x/menit
Auskultasi                : detak jantung terdengar teratur.
f.      Sistem neurology
Pasien mengalami gangguan penglihatan
g.     Sistem urinaria
Pasien tidak mengalami gangguan pada system urinarianya.
h.     Sistem muskuluskeletal
Inspeksi                    : tidak ada kelainan pada system muskuluskeletal
Palpasi                      : tidak terdapat masa (benjolan) pada system muskuluskeletal.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Data Fokus
Data obyektif :
- Kelopak mata bengkak
- Nyeri pada tepi kelopak mata
- Mata merah
- Nyeri bila ditekan
- Ada benjolan disertai tanda radang
- Sakit ketika membungkuk dan diraba
- Terdapat nanah (pus)
- Penglihatan kabur
- Pasien tampak gelisah memikirkan penyakitnya
- Konjungtiva pucat
- Mata tampak sayu
- Pasien merasa malu bertemu dengan orang lain

2. Analisa Data
No
Symptom
Problem
Etiologi
1
Do : - kelopak mata bengkak
- mata merah
- terdapat nanah (pus)
Resiko infeksi
Destruksi jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
2
Do : - nyeri pada tepi kelopak mata
- nyeri bila ditekan
- sakit ketika membungkuk dan diraba
Nyeri akut
Agen cidera biologi
3
Do : - ada benjolan disertai tanda
radang
- penglihatan kabur
- pasien merasa malu bertemu dengan orang lain
Gangguan citra tubuh
Penyakit 
4
Do : - pasien tampak gelisah
memikirkan penyakitnya
        - pasien tampak malu jika
bertemu orang lain
Anxietas 
Acaman terhadap konsep diri

5
Do : - konjungtiva pucat
- mata tampak sayu
Gangguan pola tidur
Tidur sehat tidak adekuat

3. Diagnosa Keperawatan dan Prioritas Masalah
1.     Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi
2.     Anxietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
3.     Resiko infeksi berhubungan dengan destruksi jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
4.     Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
5.     Gangguan pola tidur berhubungan dengan tidur sehat tidak adekuat

C. INTERVENSI
Waktu
No DX
Tujuan
(NOC)
Intervensi
(NIC)
Rasional
Jam
Tgl


1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam  diharapkan pasien dapat mengontrol nyeri (1605) dengan criteria hasil :
(160501). Mengenali faktor penyebab.
(160502). Mengetahui onset nyeri.
(160503). Menggunakan metode pencegahan.
(160504). Menggunakan nonanalgesik dalam mengukur nyeri (160505). Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan.
(160506) Mneggunakan alat untuk mengukur pemeliharaan.
(160507) Melaporkan tanda dan gejala untuk pemeliharaan kesehatan professional.
(160508) Menggunakan sumber yang tersedia.
(160509) Mengakui tanda dan gejala nyeri
(160510) Menggunakan pengalaman nyeri.
(160511). Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol
Kriteria NOC  :
1.      Tidak pernah dilakukan.
2.      Jarang dilakukan
3.      Kadang dilakukan
4.      Sering dilakukan
5.      Selalu dilakukan
(1400) Pain
management :
1. Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi; lokasi, karakteristik dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/ beratnya nyeri, dan factor-faktor presipitasi.




2. Kontrol factor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan (contoh; temperatur ruangan, penyinaran, dll)
3. Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi (contoh; relaksasi, guided imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi panas, massase, terapi aktivitas, dll)
4. Tingkatkan tidur/ istirahat yang cukup.

5. Observasi untuk isyarat nonverbal dari ketidak-nyamanan dan ketidak mampuan melakukan komunikasi efektif.
6. Jamin bahwa pasien menerima perawatan analgesik.
7. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk memberitahukan penerimaan dari respon nyeri pasien.

8. Pertimbangkan pengaruh budaya untuk merespon nyeri.


9. Tentukan pengaruh dari pengalaman dan kualitas nyata dari nyeri (missal : tidur, nafsu makan, aktivitas, kesadaran, suasana hati, hubungan, prestasi kerja, dll)
10. Evaluasi pengalaman nyeri dari individu atau cerita keluarga tentang nyeri kronik, secara tepat.

11. Evaluasi dengan pasien dan team perawatan kesehatan, tentang keefektifan tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan.
12. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menyediakan dukungan.

13. gunakan metode penilaian pengembangan yang tepat.


-  Merupakan
pengalaman subyektif dan harus dijelaskan oleh pasien dan factor yang berhubungan dengan suatu hal yang sangat penting untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.
-  Untuk mening-
katkan relaksasi dan kenyamanan pasien.






-  Memudahkan
pasien dalam mengontrol nyeri tanpa menggunakan analgetik.



-  Dengan istirahat
cukup maka nyeri akan lebih terkontrol.
-  Untuk dapat memberikan posisi yang nyaman bagi pasien.



-  Dengan bantuan analgesik nyeri akan dapat terkontrol.
-  Untuk mengetahui pengalaman nyeri dan respon yang dilakukan pasien dalam mengontrol nyeri.
- Pasien dapat mengontrol nyeri dengan cara yang diyakininya (menurut budayanya).
- untuk memberikan implementasi yang sesuai dengan pengalaman pasien terhadap nyeri.




- Untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan mengontrol nyeri.


-  Untuk memilih tindakan kontrol nyeri yang paling efektif bagi pasien.





-  Dengan dukungan yang baik maka pasien akan dapat menurunkan rasa nyeri.
-  Untuk mencari perubahan nyeri dan membantu dalam identifikasi factor timbulnya nyeri yang nyata dan kuat.


2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan pasien dapat mengontrol kecemasan (1402) dengan criteria hasil :
(140201) Monitor intensitas cemas
(140202) Menghilangkan tanda cemas.
(140203) Mengurangi rangsangan ketika cemas.
(140204) Mencari informasi untuk mengurangi cemas.
(140205) Merencanakan strategi koping untuk situasi stress.
(140206) Penggunaan strategi koping efektif.
(140207) Menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi cemas.
(140208) Melaporkan durasi pengurangan episode.
(140209) Melaporkan pertambahan panjang dari waktu diantara episode.
(140210) Memelihara penampilan peran.
(140211) Memelihara hubungan sosial
(140212) Memelihara konsentrasi.
(140213) Melaporkan absen dari perubahan persepsi sensori
(140214) Melaporkan keseimbangan tidur.
(140215) Melaporkan absen dari manifestasi fisik dari cemas.
(140216) Manifestasi perseorangan dari laporan cemas.
(140217) Mengontrol respon cemas.
Kriteria NOC :
1.      Tidak pernah dilakukan.
2.      Jarang dilakukan
3.      Kadang dilakukan
4.      Sering dilakukan
5.      Selalu dilakukan.

(5820) Penurunan cemas :
1.      Gunakan penenang untuk mendekati ketenangan.



2.      perbaiki keadaan pengharapan untuk kelakuan pasien.
3.      Terangkan semua prosedur, meliputi kemungkinan sensasi untuk berpengalaman selama tidur.
4.      Cari tahu untuk mengetahui harapan pasien terhadap situasi stress.

5.      Berikan informasi nyata tentang diagnosa, pengobatan dan dugaan.
6.      Tinggal dengan pasien untuk meningkatkan keamanan dan menurunkan ketakutan.

7.      Anjurkan pasien untuk tinggal dengan anak, jika diperlukan.




8.      Berikan objek yang menandakan kenyamanan.
9.      Anjurkan aktivitas nonkompetisi, jika diperlukan.


10.  Cari perlengkapan pengobatan yang keluar dari tanda.
11.  Dengarkan dengan penuh perhatian.



12.  Perkuat kelakuan, jika diperlukan.

13.  Ciptakan suasana untuk memfasilitasi kepercayaan.
14.  Anjurkan menggunakan perasaan, perhatian dan hilangkan ketakutan.
15.  Kenali saat tingkat kecemasan berubah.

16.  Bantu pasien mengenali situasi kecemasan dengan cepat.
17.  Kontrol stimulus jika diperlukan untuk kebutuhan pasien.
18.  Dorong penggunaan mekanisme pertahanan secara tepat.
19.  Bantu pasien untuk membicarakan kejadian nyata.
20.  Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.
21.  Berikan pengobatan untuk mengurangi cemas, jika diperlukan.



-       Dengan penenang maka pasien akan dapat mengontrol emosinya.
-       Untuk memperbaiki kelakuan pasien sesuai yang diharapkan.
-       Agar pasien dapat tidur dengan nyaman.



-       Mendorong pasien mengenai harapannya terhadap keadaan stress.
-       Untuk memberikan kepercayaan pasien terhadap perawat.

-       Memberikan perasaan aman pada pasien.



-       Memberikan rasa aman pada pasien dan dengan rasa aman akan dapat menurunkan kecemasan.
-       Memberikan rasa nyaman pada pasien.

-       Dengan melakukan aktivitas pasien tidak memikirkan masalahnya.
-       Memudahkan pengobatan.



-       Memahami cerita dari pasien.



-        untuk menurunkan kecemasan.
-       Memberikan kepercayaan pada pasien

-       Untuk merencanakan tindakan selanjutnya.


-       Untuk mengetahui perubahan kecemasan klien.
-       Untuk memberikan cara penanganan yang tepat.
-       Untuk memenuhi kebutuhan pasien.


-       Untuk mengurangi tingkat kecemasan.
-        Untuk mengetahui adanya trauma atau tidak.
-       Untuk menurunkan tingkat kecemasan.
-       Untuk memberikan ketenangan kepada pasien dan menurunkan kecemasan.




3
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan pasien dapat (1902) mengotrol resiko infeksi dengan criteria hasil :
(190201) Menyatakan resiko infeksi.
(190202) Memonitor factor resiko lingkungan.
(190203) Memonitor factor resiko tingkah laku perorangan.
(190204) Mengembang-kan strategi keefektifan dari resiko.
(190205) Mengontrol strategi kontrol resiko sesuai kebutuhan.
(190206) Melakukan setrategi untuk kontrol resiko.
(190207) Mengikuti seleksi strategi kontrol resiko.
(190208) Modifikasi gaya hidup untuk mengurangi resiko.
(190209) Menghindari perubahan untuk ancaman kesehatan.
(190210) Mengikutserta-kan dalam penyaringan untuk asosiasi masalah kesehatan.
(190211) Mengikutserta-kan dalam penyaringan untuk identifikasi resiko.
(190212) Mendapatkan imunisasi secara tepat.
(190213) Menggunakan pelayanan perawatan kesehatan sesuai kebutuhan.
(190214) Menggunakan system dukungan perseorangan untuk mengontrol resiko.
(190215) Penggunaan sumber penghasilan untuk mengontrol resiko.
(190216) Mengenal perubahan dalam status kesehatan.
(190217) Memonitor perubahan status kesehatan.
Kriteria NOC :
1.      tidak pernah dilakukan
2.      Jarang dilakukan
3.      kadang dilakukan
4.      sering dilakukan
5.      selalu dilakukan.
(6540) Kontrol infeksi :
1.      Bersihkan lingkungan yang tersedia setelah digunakan oleh pasien.
2.      Ganti perlengkapan perawatan pasien tiap akhir protocol.
3.      Insolasi orang yang menunjukan adanya penyebaran penyakit.
4.      Tempatkan pada ruang isolasi untuk rencana tindakan pencegahan jika diperlukan.
5.      Pertahankan teknik isolasi, jika diperlukan.


6.      Kurangi angka kunjungan , jika diperlukan.



7.      Ajarkan cara cuci tangan untuk perawatan kesehatan perseorangan.
8.      Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik cuci tangan yang tepat.
9.      Instruksikan pengunjung untuk cuci tangan saat masuk dan keluar ruangan pasien.
10.  Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci tangan, jika diperlukan.

11.  Pakai sarung tangan sebagai kebijakan pencegahan bersama.



12.  Pakai pakaian pengganti atau gaunketika memelihara bahan infeksius.
13.  Pakai sarung tangan steril, jika diperlukan.

14.  Gosok kulit pasien dengan agen anti bacterial, jika diperlukan.
15.  Cukur dan siapkan daerah sebagai indikasi buatan untuk prosedur invasive dan pembedahan.
16.  Pertahankan lingkungan aseptic secara optimal selama berada di tempat tidur.
17.  Pertahankan lingkungan aseptiksaat mengganti TPN piap dan botol.
18.  Pertahankan sisitem tertutup saat melakukan monitoring invasive hemodinamis.
19.  Ubah sekeliling IV dan tempat garis pusat menurut pembalut untuk arus CDC.
20.  Pastikan penanganan aseptic dari semua garis IV.
21.  Pastikan teknik perawatan luka yang tepat.






22.  Tingkatkan intake nutrisi, jika diperlukan.



23.  Anjurkan masukan cairan secara tepat.
24.  Anjurkan istirahat.

25.  Berikan terapi antibiotik  secara tepat.
26.  Berikan imunisasi secara tepat.

27.  Instruksikan pasien untuk  minum antibiotik, jika diperlukan.

28.  Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi serta melaporkannya ketika dibrikan perawatan kesehatan.
29.  Tingkatkan pemeliharaan dan pengolahan keamanan makanan.


-       Untuk memusnahkan agen yang infeksius.


-       Mengurangi resiko terjadinya infeksi.

-       Untuk mencegah tersebarnya penyakit yang lebih luas.

-       Untuk mencegah penyebaran penyakit.



-       Untuk meminimalkanpenyebaran bakteri infeksius.
-       Untuk mencegah penularan penyakit kepada pengunjung.
-       Untuk menjaga kebersihan diri seseorang.

-       Untuk mengoptimal-kan tindakan pencegahan.


-       Mencegah menempelnya mikroorganisme patogen pada pengunjung.


-       Untuk mematikan mikroorganis-me yang menempel di tangan.
-       Untuk mencegah penularan penyakit dari pasien keperawat dan dari perawat ke pasien.
-       Mencegah menempelnya bahan infeksius pada perawat.
-       Mencegah terkontaminasi dengan agen infeksius.
-       Untuk mencegah terpaparnya bakteri dengan kulit pasien.
-       Memudahkan tindakan prosedur invasive dan pembedahan.


-       Untuk mencegah kontaminasi dengan agen infeksi.

-       Mencegah masuknya mikroorganis-me ke pipa atau botol.
-       Mempertahan-kan keadaan steril/ bebas kuman.

-       Memudahkan mengalirkan arus CDC.



-       Mencegah terinfeksnya jalur IV.

-       Dengan perawatan luka yang tepat maka dapat mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat luka sembuh.
-       Dengan nutrisi yang baik pasien dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
-       Menjaga pasien dari dehidrasi.
-       Untuk menghemat energi.
-       Untuk mengurangi adanya infeksi.
-       Untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
-       Untuk mengurangi adanya mikroorganis-me patogen dalam tubuh.
-       Untuk dapat merencanakan tindakan pencegahan secara tepat.




-       Agar makanan yang dikonsumsi benar-benar bergizi tinggi.


4
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan pasien dapat (1403) mengontrol cara berfikir dengan criteria hasil :
(140301) Mengenali halusinasi atau terjadinya khayalan.
(140302) Menahan diri dari halusinasi.
(140303) Menahan diri dari respon untuk berkhayal
(140304) Frekuensi verbal dari halusinasi.
(140305) Menggambar-kan isi dari halusinasi.
(140306) Melaporkan penurunan dalam berhalusinasi.
(140307) Mengatakan untuk kenyataannya.
(140308) Memelihara pengaruh konsistensi dengan perasaan.
(140309) Interaksi dengan orang lain secara tepat.
(140310) Interpretasi perseorangan dengan depat dari lingkungan.
(140311) Menunjukan logika pola berfikir yang logis.
(140312) Menunjukan dasar berfikir secara nyata.
(140313) Menunjukan isi berfikir secara tepat.
(140314) Menunjukan kemampuan untuk menerima saran dari orang lain.
Kriteria NOC :
1.      Tidak pernah dilakukan
2.      Jarang dilakukan
3.      Kadang dilakukan.
4.      Sering dilakukan
5.      Selalu dilakukan
(5220) Peningkatan citra tubuh :
1.      Anjurkan pasien untuk membicarakan perubahan penyebab sakit atau pembedahan secara tepat.



2.      Bantu pasien untuk menentukan tingkat perubahan sebenarnya di dalam tubuh atau tingkat/ mutu kegunaan.

3.      Bantu pasien untuk mendiskusikan stress yang mempengaruhi citra tubuh untuk kondisi bawaan, cidera, penyakit, atau pembedahan.

4.      Gunakan petunjuk lebih dulu untuk menyiapkan pasien dalam mengubah citra tubuh.

5.      Gunakan bimbingan untuk mengantisipasi perubahan gambaran tubuh pasien yang bisa diramalkan.

6.      Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan yang disebabkan oleh perawatan atau penyakit.

7.      Bantu pasien menentukan tingkat perubahan yang nyata terhadap gambaran tubuh.

8.      Tentukan perubahan fisik terbaru yang telah menyatu dengan gambaran tubuh pasien.
9.      Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan yang disebabkan oleh factor keadaan lingkungan.
10.  Identifikasi mengenai budaya pasien, agama, jenis kelamin, dan umur.

11.  Monitor apakah pasien dapat melihat perubahan dalam tubuhnya.
12.  Identifikasi strategi yang digunakan untuk menghadapi perubahan penampilan.
13.  Identifikasi tentang kerusakan cara berpakaian, rambut palsu atau kosmetik.
14.  Bantu pasien untuk mengidentifi-kasi tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan penampilan.

15.  Identifikasi dukungan yang tersedia untuk pasien.


-              Dengan membicarakan perubahan penyebab sakit atau pembedahan maka akan dapat membantu dalam pengkajian lebih lanjut.
-           Mengisyaratkan kemungkinan adaptasi untuk mengubah dan memahami tentang peran diri sendiri dalam kehidupan.
-              Mendemonstra-sikan penerimaan/ membantu pasien untuk mengenal dan memahami tentang kondisinya.

-              Untuk memberikan informasi kepada pasien agar dapat meningkatkan citra tubuh

-          Untuk merencanakana tindakan yang tepat untuk pasien.




-          Untuk memberikan rasa nyaman pada pasien dan agar pasien tidak merasa cemas.


-          Untuk mengetahui tingkat perubahan penanganan citra tubuh pasien berhasil atau tidak.
-          Untuk merencanakan tindakan keperawatan selanjutnya.


-          Untuk dapat memberikan lingkungan yang lebih nyaman bagi pasien.

-          Untuk mengetahui keadaan umum pasien dan rencana tindakan keperawatan selanjutnya.
-          Mengetahui perubahan yang dirasakan pasien.

-          Untuk dapat memberikan tips cara merubah penampilan yang tepat.

-          Untuk dapat memberitahukan tindakan yang tepat.

-          Pasien dapat mengubah penampilan yang lebih baik.





-          Dengan dukungan yang baik pola fikir pasien akan membaik.


5
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan pasien dapat (0004) tidur dengan kriteria hasil :
(000401) Meningkatkan waktu tidur.
(000402) Observasi waktu tidur.
(000403)
Meningkatkan pola tidur
(000404) Meningkatkan kualitas tidur.
(000405)
Meningkatkan efisiensi tidur
(000406)
Merasakan tidur lebih lama/adekuat.
(000407) Tidur dengan teratur.
(000408)
Merasakan kesegaran setelah tidur.
(000409) Menunjukan rasa ngantuk beberapa lama.
(000410) Bangun tepat waktu.
(000411) Elektro encephalogram dalam rentang normal.
(000412) Elektromyo-gram dalam rentang normal.
(000413) Elektro-okulogram dalam rentang normal.
(000414) Tanda-tanda vital dalam rentang normal S : 36,5-37,4 0C
N : 60-89x/mnt
R : 16-24x/mnt
TD: 110/60-139/90 mmHg.

Kriteria NOC :
Tidak pernah dilakukan
1.      Jarang dilakukan
2.      Kadang dilakukan.
3.      Sering dilakukan
4.      Selalu dilakukan


(1850) Tingkatkan tidur :
1.      Tentukan pola tidur/ pola aktivitas pasien.

2.      Monitor pola tidur pasien dan jumlah jam tidur pasien.





3.      Atur lingkungan (seperti; pencahayaan, keramaian, temperatur, kasur dan tempat tidur) untuk meningkatkan tidur pasien.
4.      Anjurkan pasien untuk mengatur waktu tidur yang rutin untuk memudahkan peralihan dari bangun sempurna ke tidur.


5.      Tentukan efek dari pengobatan terhadap pola tidur pasien.
6.      Terangkan pentingnya tidur adekuat selama sakit.





7.      Monitor pola tidur pasien dan catat keadaan fisik(seperti;apnea tidur,obstruksi jalan nafas ,nyeri/ketidaknyamanan dan frekuensi berkamih atau keadaan psikologis (seperti;takut atau cemas)keadaan menjelang tidur.
8.      Pendekatan pada siklus bangun /tidur yang teratur untuk pasien dalam perencanaan keperawatan.
9.      Bantu pasien menghilangkan situasi stress sebelum tidur.


10.  Monitor makanan dan minuman yang masuk sebelum tidur untuk memudahkan tidur.

11.  Instruksikan pasien untuk menghindari makanan dan minuman yang dapat menggangu tidur.






12.  Bantu pasien untuk membatasi waktu tidur siang dengan menyediakan aktivitas pendukung.
13.  Berikan kenyamanan dengan pijatan dan  posisi yang nyaman.

14.  Lakukan penyesuaian penjadwalan pengobatan untuk mendukung siklus tidur/ bangun pasien.
15.  Dorong penggunaan obat tidur yang tidak berisi REM (suppressors).
16.  Diskusikan dengan pasien dan keluarga untuk mengukur kenyamanan, teknik tidur, dan perubahan gaya hidup.


-              Untuk meningkatkan pola tidur pasien.
-              Untuk mendapatkan data  dasar untuk pengkajian lebih lanjut dan untuk mengetahui peningkatan waktu dan kualitas tidur.
-              Dengan lingkungan yang nyaman pasien dapat meningkatkan pola tidur adekuat dan kualitas tidur yang baik.

-              Dengan waktu tidur yang teratur maka pasien akan lebih nyaman tidur dan merasa segar ketika bangun sehingga pasien dapat melakukan aktivitas.
-Beberapa jenis obat dapat menyebabkan tidur.
- Dengan memberi pengetahuan tentang pentingnya tidur,dapat meningkatkan tidur sehingga pasien akan membantu kesembuhan pasien.
- Keadaan fisik dan psikologis juga frekuensi berkemih pada malam hari akan menentukan pola tidur.pasien bangun berulang kali karena keinginan berkemih.Dengan mengkajinya,pola tidur pasien dapat dapat ditingkatkan .



- Pendekatan pada pasien dapat digunakan untuk menentukan perencanaan keperawatan komprehensif.

-  Dengan menghilangkan situasi stress maka pasien dapat meningkatkan tidur yang adekuat.
- Untuk mengetahui makanan dan minuman yang kemungkinan dapat mengganggu tidur pasien di malam hari.
- Agar pasien tidak mengkonsumsi makanan dan minuman yang dapat mengganggu tidurnya seperti makanan yang pedas dapat meningkatkan peristaltic usus atau rasa mules yang dapat mengganggu pasien.
- Dengan aktivitas maka pasien dapat mengontrol waktu tidur siang dan secara otomatis pola tidur pada malam hari tidak terganggu.
- Dengan memberikan kenyamanan maka pasien akan dapat meningkatkan pola tidur adekuat.
- Dengan disesuaikannya jadwal pengobatan maka pasien dapat mengatur waktu tidur yang tidak bersamaan dengan waktu pengobatan.
- Untuk meningkatkan tidur pasien.



- Dengan kenyamanan, teknik tidur, dan gaya hidup yang baik maka pasien akan dapat meningkatkan tidur yang adekuat dan kualitas tidur yang baik.



















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Hordeolum yang biasanya merupakan penyakit infeksi Staphylococcus pada kelenjar sebasea kelopak biasanya sembuh sendiri dan dapat diberi hanya kompres hangat. Penyakit kelopak mata hordeolum dapat disebabkan oleh infeksi kuman Streptococcus, Staphylococcus atau Moraxella pada kelenjar kelopak mata yang disebut kelenjar meiboom, Krause, moll atau wolfring, terjadi infeksi disertai radang yang membuntu pengeluaran secret melalui saluran kelenjar yang mengakibatkan terjadi pembesaran kelenja.
            Tnda dan gejala dari penyakit hordeolum antara lain ; mata merah, ada benjolan pada kelopak mata, berair, nyeri pada tepi kelopak mata, nyeri ketika membungkuk, peka terhadap cahaya terang, nyeri bila ditekan dan kadang ada nanah (puss). Penyakit ini dapat diobati dengan terapi antibiotik, kompres hangat, ataupun kadang bisa sembuh dengan sendirinya. Tetapi untuk hordeolum yang terdapat nanah dan tidak dapat keluar dari kantung nanah maka perlu dilakukan insisi.

Saran
            Hordeolum merupakan penyakit mata yang sangat menjengkelkan bagi siapa saja yang mengalaminya. Untuk menjaga diri agar tidak terjadi hordeolum kita harus menjaga kebersihan diri. Hendaknya sebagai seorang perawat yang melakukan kontak langsung dengan pasien harus melakukan tindakan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan. Untuk itu, dengan ditulisnya makalah dan asuhan keperawatan ini penulis berharap agar nantinya makalah ini dapat berguna bagi mahasiswa di bidang kesehatan, pembaca dan masyarakat serta bisa menambah pengetahuan tentang penyakit hordeolum (timbilan).

DAFTAR PUSTAKA

-       Bulechek, Mc. Closke. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC).Ed-2. USA : Mosby
-       Carter, Robin.       Diagnosa Keperawatan Nanda NIC – NOC
-       Ilyas, Sidarta. 2003. Ilmu Penyakit Mata. Ed-2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
-       Johnson, Marion, dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). Ed-2. USA : Mosby
-       Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Ed-3. Jakarta : Media Aesculapius
-       Meditips. 2005. Mata Timbil. http://www.republika.co.id
-       Prakoso, Hadi. 2008. Dari Peradangan Sampai Infeksi. http://www.tabloid_nakita.com
-       Santosa, Budi. 2005 - 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Prima Medika
-       Tika. 2007. Bintitan Pada Mata. http://www.kiatsehat.com
-       _________ 2008. Seputar Penyakit Timbil. http://www.dinkes_diy.org
-       _________ 2008. Bintitan. http://www.infokes.com



No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, jangan lupa komentar yang sopan ya.