BAB I
LANDASAN TEORI
A.Definisi
Hordeolum
merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Hordeolum biasanya
merupakan infeksi Staphylococcus pada kelenjar sebasea kelopak biasanya dapat sembuh sendiri dan dapat
diberi hanya kompres hangat. Dikenal bentuk hordeolum internum dan eksternum.
Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar zeis atau moll. Hordeolum
internum merupakan suatu abses di dalam kelenjar tersebut. Biasanya penyakit
hordeolum (bintilan) dapat sembuh dengan sendirinya.
B. Etiologi
Penyakit
kelopak mata hordeolum (timbilan) kebanyakan disebabkan oleh infeksi kuman Streptococcus,
Staphylococcus atau Moraxella pada kelenjar kelopak mata yang
disebut kelenjar meiboom, Krause, moll atau wolfring, terjadi infeksi disertai
radang yang membantu pengeluaran secret melalui saluran kelenjar yang
mengakibatkan terjadi pembesaran kelenjar.
Ada Beberapa
Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Timbil pada Mata ini antara lain :
Factor internal yakni alergi terhadap makanan
misalnya; ikan laut, telur, bahan yang mengandung lemak dan protein tinggi,
susu, coklat, emping, durian, kacang, atau obat-obatan tertentu.
Factor eksternal yakni lingkungan yang berdebu,
panas mengandung bahan polutan kimia tertentu dari pabrik, air kolam renang
yang kurang bersih, kosmetik dan lain-lain.
C. Gejala Klinis
Gejala
dari hordeolum berupa kelopak mata yang bengkak dengan rasa sakit dan
mengganjal, merah, nyeri pada tepi kelopak mata, mata mungkin berair, peka
terhadap cahaya terang dan nyeri bila ditekan. Hordeolum eksternum atau radang
kelenjar zeis atau moll akan menunjukan peninjolan terutama kedaerah kulit kelopak. Pada hordeolum
eksternum nanah dapat keluar dari pangkal rambut. Hordeolum internum atau
radang kelenjar meiboom memberikan penonjolan
terutama kedaerah konjungtiva tarsal. Hordeolum internum biasanya
berukuran lebih besar daripada hordeolum eksternum.
Jenis
timbilan pada mata dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Timbilan dengan radang atau hordeolum
Gejalanya ada benjolan, tumbuh dan
membesar dalam waktu yang singkat, disertai tanda radang, merah, bengkak, sakit
ketika membungkuk atau diraba, kadang tampak membayang nanah dibawah kulit.
2. Timbilan tanpa radang atau Chalazion.
Gejala,
tidak sakit karena tidak ada peradangan, ada benjolan (bisa karena hordeolum
yang tidak tuntas)
Adanya
pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya kelopak mata
sehingga sukar untuk diangkat. Pada pasien dengan hordeolum kelenjar preaurikel
biasanya turut membesar. Sering juga hordeolum ini membentuk abses dan pecah
dengan sendirinya.
D. Penatalaksanaan
Untuk
mempercepat mengurangi peradangan kelenjar dapat diberikan kompres hangat, 3
kali sehari selama 10 menit sampai nanah keluar. Pengangkatan bulu mata dapat
memberikan jalan untuk drainase nanah. Diberi antibiotik lokal terutama bila
berbakat untuk rekuren atau terjadinya pembesaran kelenjar preaurikel.
Antibiotik
sistemik yang diberikan eritromisin 250 mg atau 125-250 mg dikloksalisin 4 kali
sehari, dapat juga diberi tetrasiklin. Bila terdapat infeksi Staphylococcus
dibagian tubuh yang lain maka sebaiknya diobati juga bersama-sama. Pada nanah
dari kantung nanah yang tidak dapat keluar maka dilakukan insisi.
Pada
hordeolum internum dan hordeolum eksternum kadang-kadang perlu dilakukan insisi pada daerah abses dengan
fluktuasi terbesar. Penyulit hordeolum dapat berupa selulitis palpebra yang
merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan abses
palpebra.
Yang dapat dilakukan pasien
1)
Tunggu sampai bisul sembuh sendiri sekitar satu minggu.
2)
Kompres dengan handuk hangat kira-kira 15 menit 1-2
kali sehari.
3)
Bila bisul sudah matang, cabut bulu mata diatasnya
untuk mengeluarkan nanah.
4)
Periksakan ke dokter bila hordeolum besar sampai
menyentuh bola mata atau bila kambuh.
Insisi Hordeolum
Pada insisi
hordeolum terlebih dahulu diberikan anesthesia topical dengan pantokain tetes
mata. Dilakukan anesthesia infiltrasi dengan prokain atau lidokain di daerah
hordeolum dan dilakukan insisi yang bila :
-
Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi
pus tegak lurus pada margo palpebra.
-
Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo
palpebra.
Setelah
dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan
meradang didalam kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotik.
Ragam Penanganan Hordeolum
Meski
bintitan sering dianggap sebagai penyakit penampilan, namun bila dibiarkan
dalam jangka panjang tak mustahil dapat berakibat fatal. Boleh jadi bengkaknya
kemps, tapi infeksi atau peradangannya tidak sembuh-sembuh tuntas karena
bolak-balik muncul dan muncul lagi. Selain itu, pembengkakan yang relatif besar
jelas akan mengganggu fungsi mata. Artinya, kendati tidak sampai menimbulkan
kebutaan, namun pandangan jadi kabur karena terganggunya pembiasan cahaya.
Bila kompres
mata sudah dilakukan beberapa kali namun rasa mengganjal di kelopak mata tak
kunjung hilang, atau bahkan ada benjolan lain yang kian membesar, sebaiknya
segera bawa ke dokter untuk mendapatkan beberapa penanganan berikut :
Tetes Mata
Tetes mata
yang diresepkan umumnya adalah tetes mata yang mengandung antibiotik atau
steroid. Untuk anak yang lebih kecil, tetes mata ini lebih mudah digunakan.
Misalnya diakali dengan menunggunya sampai tertidur lalu meneteskannya sesuai
anjuran di ujung matanya, kemudian tarik sedikit bagian bawah mata, hingga
tetesannya mengalir mengenai bola mata.
Salep
Salep adalah
pilihan selanjutnya bagi anak yang sudah lebih besar atau orang dewasa. Salep
mata yang diresepkan biasanya juga mengandung antibiotik dan steroid.
Obat Oral
Bila dirasa
kurang, dokter akan menambahkan antibiotik yang akan dikonsumsi secara oral
alias diminum selain salep mata dan tetes mata tadi.
Operasi sebagai Solusi
Bila
bintitan sudah terlalu besar atau yang bersangkutan memang sering sekali
bintitan, umumnya obat tetes atau salep dan antibiotik yang dikonsumsi oral tak
lagi memadai. Kalau sudah begini, biasanya dokter akan menyarankan operasi. Tak
perlu membayangkannya sebagai operasi besar karena operasi ini sebenarnya
adalah pembedahan kecil (1-2 cm) di
tempat munculnya benjolan. Kemudian dengan alat khusus (semacam “sendok”), isi
benjolan akan “dikerok” untuk dibuang.
Bila
benjolan ada diluar kelopak mata, sayatan bisa dilakukan dari luar. Akan tetapi
kalau benjolan tersebut di dalam , maka kelopak mata harus “dibalik” dan
dijepit sebelum dilakukan sayatan. Setelah selesai, sementara waktu mata akan
ditutup dengan perban guna mencegah agar tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.
Adapun
anestesi yang digunakan untuk anak yang sudah relatif besar atau orang dewasa
adalah bius lokal, yakni hanya di sekitar tempat sayatan. Namun untuk anak yang
lebih kecil, biasanya akan dilakukan bius umum karena akan dikhawatirkan ia
akan meronta kesakitan. Bila ini yang terjadi bukan mustahil bila alat-alat
yang digunakan untuk operasi akan melukai bola mata atau bagian mata lainnya.
Operasinya sendiri termasuk operasi kecil yang tidak makan waktu lama.
Keuntungannya, bititan tidak akan muncul lagi di tempat yang sama karena
permukaan kelenjar tersebut sudah rusak. Kalaupun bintitan muncul lagi
terjadinya pasti ditempat lain.
E. Komplikasi
Komplikasi
yang mungkin muncul dari penyakit kelopak mata adalah selulitis palpebra dan
abses palpebra.
F. Pencegahan
Untuk
mencegah timbulnya penyakit hordeolum ataupun penyakit-penyakit mata yang lain
hendaknya kita membiasakan diri untuk selalu mencuci tangan terlebih dahulu
sebelum menyentuh kulit disekitar mata. Bersihkan minyak yang berlebihan di
tepi kelopak mata secara perlahan.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A
DENGAN MASALAH HORDEOLUM
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 23
Februari pada jam 10.20, di bangsal penyakit mata.
1.
Biodata
a.
Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur :
30 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat :
x
Agama :
x
Suku :
x
Pendidikan :
x
Pekerjaan :
x
Diagnosa medis : Hordeolum
b.
Identitas penanggung jawab
Nama :
Ny. S
Umur :
27 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat :
x
Agama :
x
Suku :
x
Pendidikan :
x
Pekerjaan :
x
Hubungan dengan klien : Istri
2.
Riwayat Kesehatan
a.
Keluhan utama
Pasien mengalami nyeri dan terdapat benjolan
pada kelopak mata kanannya.
b.
Riwayat kesehatan sekarang
-
Pasien mengalami gangguan penglihatan.
- Mata pasien sebelah kanan kemerahan.
- Pada kelopak mata sebelah kanan terdapat
benjolan yang mengganjal.
- Nyeri pada daerah benjolan
- Dalam benjolan terdapat nanah (puss).
- Mata kadang mengeluarkan air.
c.
Riwayat kesehatan dahulu
Pasien
belum pernah dirawat di Rumah Sakit sebelumnya.
d.
Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien tidak ada penyakit yang
sama seperti pasien dan pasien tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga.
e.
Genogram
Keterangan :
= Laki-laki
sudah meninggal
= Laki-laki penderita
=
Laki-laki normal
=
Perempuan meninggal
=
Perempuan normal
f.
Riwayat kesehatan lingkungan
Pasien
tinggal di dekat jalan raya dengan sanitasi lingkungan yang cukup baik.
3.
Pola Fungsi Kesehatan (Gordon)
a.
Persepsi terhadap kesehatan
Pasien mempunyai kebiasaan yang bertentangan
dengan nilai-nilai kesehatan yaitu merokok.
Pasien mencoba mencari pengobatan dengan
membeli salep mata di apotek.
b.
Pola aktivitas latihan
Untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti
mandi, berpakaian, eliminasi, pindah, mobilisasi di tempat tidur, dan
makan/minum pasien tidak membutuhkan bantuan dari orang lain.
c.
Pola istirahat tidur
Waktu tidur :
siang dan malam hari
Jumlah jam tidur : 5 jam
Kualitas tidur : buruk
Gangguan tidur : insomnia
d.
Pola nutrisi metabolik
Nafsu makan :
menurun
Porsi makan :
sedang
Frekuensi makan : 3 x sehari
Minum :
+ 5 gelas sehari
e.
Pola eliminasi
Keniasaan BAB : 1 x/hari
Konsistensi :
lunak
Kebiasaan BAK : + 3-4 x/hari
f.
Pola kognitif perceptual
1) Status mental : sadar
2) Bicara :
tidak ada gengguan dalam berbicara
3) Pendengaran : tidak ada gangguan pada pendengaran pasien
4) Penglihatan : kabur (terutama pada mata sebelah kanan)
g.
Pola peran hubungan
1) Status perkawinan: sudah menikah
2) Sistem dukungan : dari pasangan, anak, teman dan keluarga
4.
Pemeriksaan Fisik (Persistem)
a.
Tanda-tanda vital
Suhu :
> 360 C
Nadi :
> 90 x / menit
Respirasi :
dalam rentang normal (16 – 24 x / menit)
Tekanan darah : 120/80 mmHg
b.
Keadaan umum
Kesan umum : kelopak mata pasien sebelah kanan tampak terdapat
benjolan dan berwarna merah.
Kesadaran : komposmentis
Bentuk badan : sedang
Cara bicara : jelas dan lancar
c.
Sistem respirasi
Palpasi : frekuensi pernafasan pasien dalam batas
normal (antara 16 – 24 x / menit)
Auskultasi : tidak ada suara abnormal
d.
Sistem gastrointestinal
Inspeksi :
tidak tampak adanya kelainan pada system gantrointestinal pasien.
Palapasi :
tidak ditemukan adanya masa atau benjolan
Perkusi :
abdomen timpani
Auskultasi : peristaltic dalam batas normal ( 5-35 x/menit)
e.
Sistem kardiovaskuler
Inspeksi :
denyut jantung teratur
Palapasi :
frekuensi denyut jantung > 90 x/menit
Auskultasi :
detak jantung terdengar teratur.
f.
Sistem neurology
Pasien mengalami gangguan penglihatan
g.
Sistem urinaria
Pasien tidak mengalami gangguan pada system
urinarianya.
h.
Sistem muskuluskeletal
Inspeksi :
tidak ada kelainan pada system muskuluskeletal
Palpasi :
tidak terdapat masa (benjolan) pada system muskuluskeletal.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Data Fokus
Data obyektif :
- Kelopak mata bengkak
- Nyeri pada tepi kelopak mata
- Mata merah
- Nyeri bila ditekan
- Ada benjolan disertai tanda radang
- Sakit ketika membungkuk dan diraba
- Terdapat nanah (pus)
- Penglihatan kabur
- Pasien tampak gelisah memikirkan penyakitnya
- Konjungtiva pucat
- Mata tampak sayu
- Pasien merasa malu bertemu dengan orang lain
2. Analisa Data
No
|
Symptom
|
Problem
|
Etiologi
|
1
|
Do : - kelopak mata bengkak
- mata merah
- terdapat nanah (pus)
|
Resiko infeksi
|
Destruksi jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
|
2
|
Do : - nyeri pada tepi kelopak mata
- nyeri bila ditekan
- sakit ketika membungkuk dan diraba
|
Nyeri akut
|
Agen cidera biologi
|
3
|
Do : - ada
benjolan disertai tanda
radang
- penglihatan kabur
- pasien merasa malu bertemu dengan orang
lain
|
Gangguan citra tubuh
|
Penyakit
|
4
|
Do : - pasien tampak gelisah
memikirkan penyakitnya
- pasien tampak malu jika
bertemu orang lain
|
Anxietas
|
Acaman terhadap konsep diri
|
5
|
Do : - konjungtiva pucat
- mata tampak sayu
|
Gangguan pola tidur
|
Tidur sehat tidak adekuat
|
3. Diagnosa Keperawatan dan Prioritas
Masalah
1.
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi
2.
Anxietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep
diri
3.
Resiko infeksi berhubungan dengan destruksi jaringan
dan peningkatan paparan lingkungan
4.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ancaman
terhadap konsep diri
5.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan tidur sehat
tidak adekuat
C. INTERVENSI
Waktu
|
No DX
|
Tujuan
(NOC)
|
Intervensi
(NIC)
|
Rasional
|
|
Jam
|
Tgl
|
||||
1
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
…x 24 jam diharapkan pasien dapat
mengontrol nyeri (1605) dengan criteria hasil :
(160501). Mengenali faktor penyebab.
(160502). Mengetahui onset nyeri.
(160503). Menggunakan metode pencegahan.
(160504). Menggunakan nonanalgesik dalam
mengukur nyeri (160505). Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan.
(160506) Mneggunakan alat untuk mengukur
pemeliharaan.
(160507) Melaporkan tanda dan gejala untuk
pemeliharaan kesehatan professional.
(160508) Menggunakan sumber yang tersedia.
(160509) Mengakui tanda dan gejala nyeri
(160510) Menggunakan pengalaman nyeri.
(160511). Melaporkan nyeri yang sudah
terkontrol
Kriteria NOC
:
1. Tidak pernah dilakukan.
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
|
(1400) Pain
management :
1. Kaji secara komprehensif tentang nyeri,
meliputi; lokasi, karakteristik dan onset, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas/ beratnya nyeri, dan factor-faktor presipitasi.
2. Kontrol factor-faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan (contoh; temperatur
ruangan, penyinaran, dll)
3. Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi
(contoh; relaksasi, guided imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi panas,
massase, terapi aktivitas, dll)
4. Tingkatkan tidur/ istirahat yang cukup.
5. Observasi untuk isyarat nonverbal dari
ketidak-nyamanan dan ketidak mampuan melakukan komunikasi efektif.
6. Jamin bahwa pasien menerima perawatan
analgesik.
7. Gunakan strategi komunikasi terapeutik
untuk memberitahukan penerimaan dari respon nyeri pasien.
8. Pertimbangkan pengaruh budaya untuk merespon
nyeri.
9. Tentukan pengaruh dari pengalaman dan
kualitas nyata dari nyeri (missal : tidur, nafsu makan, aktivitas, kesadaran,
suasana hati, hubungan, prestasi kerja, dll)
10. Evaluasi pengalaman nyeri dari individu
atau cerita keluarga tentang nyeri kronik, secara tepat.
11. Evaluasi dengan pasien dan team perawatan
kesehatan, tentang keefektifan tindakan mengontrol nyeri yang telah
digunakan.
12. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
dan menyediakan dukungan.
13. gunakan metode penilaian pengembangan
yang tepat.
|
-
Merupakan
pengalaman subyektif dan harus
dijelaskan oleh pasien dan factor yang berhubungan dengan suatu hal yang
sangat penting untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.
-
Untuk mening-
katkan relaksasi dan kenyamanan
pasien.
-
Memudahkan
pasien dalam mengontrol nyeri
tanpa menggunakan analgetik.
-
Dengan istirahat
cukup maka nyeri akan lebih
terkontrol.
-
Untuk dapat memberikan posisi yang nyaman bagi pasien.
-
Dengan bantuan analgesik nyeri akan dapat terkontrol.
-
Untuk mengetahui pengalaman nyeri dan respon yang dilakukan pasien
dalam mengontrol nyeri.
- Pasien dapat mengontrol nyeri dengan cara yang
diyakininya (menurut budayanya).
- untuk memberikan implementasi yang sesuai
dengan pengalaman pasien terhadap nyeri.
- Untuk mengetahui tingkat keberhasilan
tindakan mengontrol nyeri.
-
Untuk memilih tindakan kontrol nyeri yang paling efektif bagi pasien.
-
Dengan dukungan yang baik maka pasien akan dapat menurunkan rasa
nyeri.
-
Untuk mencari perubahan nyeri dan membantu dalam identifikasi factor
timbulnya nyeri yang nyata dan kuat.
|
||
2
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
…x 24 jam diharapkan pasien dapat mengontrol kecemasan (1402) dengan criteria
hasil :
(140201) Monitor intensitas cemas
(140202) Menghilangkan tanda cemas.
(140203) Mengurangi rangsangan ketika cemas.
(140204) Mencari informasi untuk mengurangi
cemas.
(140205) Merencanakan strategi koping untuk
situasi stress.
(140206) Penggunaan strategi koping efektif.
(140207) Menggunakan teknik relaksasi untuk
mengurangi cemas.
(140208) Melaporkan durasi pengurangan
episode.
(140209) Melaporkan pertambahan panjang dari
waktu diantara episode.
(140210) Memelihara penampilan peran.
(140211) Memelihara hubungan sosial
(140212) Memelihara konsentrasi.
(140213) Melaporkan absen dari perubahan
persepsi sensori
(140214) Melaporkan keseimbangan tidur.
(140215) Melaporkan absen dari manifestasi
fisik dari cemas.
(140216) Manifestasi perseorangan dari
laporan cemas.
(140217) Mengontrol respon cemas.
Kriteria NOC :
1. Tidak pernah dilakukan.
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan.
|
(5820) Penurunan cemas :
1. Gunakan penenang untuk mendekati ketenangan.
2. perbaiki keadaan pengharapan untuk kelakuan
pasien.
3. Terangkan semua prosedur, meliputi
kemungkinan sensasi untuk berpengalaman selama tidur.
4. Cari tahu untuk mengetahui harapan pasien
terhadap situasi stress.
5. Berikan informasi nyata tentang diagnosa,
pengobatan dan dugaan.
6. Tinggal dengan pasien untuk meningkatkan
keamanan dan menurunkan ketakutan.
7. Anjurkan pasien untuk tinggal dengan anak,
jika diperlukan.
8. Berikan objek yang menandakan kenyamanan.
9. Anjurkan aktivitas nonkompetisi, jika
diperlukan.
10. Cari perlengkapan pengobatan yang keluar dari
tanda.
11. Dengarkan dengan penuh perhatian.
12. Perkuat kelakuan, jika diperlukan.
13. Ciptakan suasana untuk memfasilitasi
kepercayaan.
14. Anjurkan menggunakan perasaan, perhatian dan
hilangkan ketakutan.
15. Kenali saat tingkat kecemasan berubah.
16. Bantu pasien mengenali situasi kecemasan
dengan cepat.
17. Kontrol stimulus jika diperlukan untuk
kebutuhan pasien.
18. Dorong penggunaan mekanisme pertahanan secara
tepat.
19. Bantu pasien untuk membicarakan kejadian
nyata.
20. Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik
relaksasi.
21. Berikan pengobatan untuk mengurangi cemas,
jika diperlukan.
|
- Dengan penenang maka pasien akan dapat
mengontrol emosinya.
- Untuk memperbaiki kelakuan pasien sesuai yang
diharapkan.
- Agar pasien dapat tidur dengan nyaman.
- Mendorong pasien mengenai harapannya terhadap
keadaan stress.
- Untuk memberikan kepercayaan pasien terhadap
perawat.
- Memberikan perasaan aman pada pasien.
- Memberikan rasa aman pada pasien dan dengan
rasa aman akan dapat menurunkan kecemasan.
- Memberikan rasa nyaman pada pasien.
- Dengan melakukan aktivitas pasien tidak
memikirkan masalahnya.
- Memudahkan pengobatan.
- Memahami cerita dari pasien.
- untuk
menurunkan kecemasan.
- Memberikan kepercayaan pada pasien
- Untuk merencanakan tindakan selanjutnya.
- Untuk mengetahui perubahan kecemasan klien.
- Untuk memberikan cara penanganan yang tepat.
- Untuk memenuhi kebutuhan pasien.
- Untuk mengurangi tingkat kecemasan.
- Untuk
mengetahui adanya trauma atau tidak.
- Untuk menurunkan tingkat kecemasan.
- Untuk memberikan ketenangan kepada pasien dan
menurunkan kecemasan.
|
||
3
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
…x 24 jam diharapkan pasien dapat (1902) mengotrol resiko infeksi dengan
criteria hasil :
(190201) Menyatakan resiko infeksi.
(190202) Memonitor factor resiko lingkungan.
(190203) Memonitor factor resiko tingkah laku
perorangan.
(190204) Mengembang-kan strategi keefektifan
dari resiko.
(190205) Mengontrol strategi kontrol resiko
sesuai kebutuhan.
(190206) Melakukan setrategi untuk kontrol
resiko.
(190207) Mengikuti seleksi strategi kontrol
resiko.
(190208) Modifikasi gaya hidup untuk
mengurangi resiko.
(190209) Menghindari perubahan untuk ancaman
kesehatan.
(190210) Mengikutserta-kan dalam penyaringan
untuk asosiasi masalah kesehatan.
(190211) Mengikutserta-kan dalam penyaringan
untuk identifikasi resiko.
(190212) Mendapatkan imunisasi secara tepat.
(190213) Menggunakan pelayanan perawatan
kesehatan sesuai kebutuhan.
(190214) Menggunakan system dukungan
perseorangan untuk mengontrol resiko.
(190215) Penggunaan sumber penghasilan untuk
mengontrol resiko.
(190216) Mengenal perubahan dalam status
kesehatan.
(190217) Memonitor perubahan status
kesehatan.
Kriteria NOC :
1. tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan.
|
(6540) Kontrol infeksi :
1. Bersihkan lingkungan yang tersedia setelah
digunakan oleh pasien.
2. Ganti perlengkapan perawatan pasien tiap
akhir protocol.
3. Insolasi orang yang menunjukan adanya
penyebaran penyakit.
4. Tempatkan pada ruang isolasi untuk rencana
tindakan pencegahan jika diperlukan.
5. Pertahankan teknik isolasi, jika diperlukan.
6. Kurangi angka kunjungan , jika diperlukan.
7. Ajarkan cara cuci tangan untuk perawatan
kesehatan perseorangan.
8. Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik
cuci tangan yang tepat.
9. Instruksikan pengunjung untuk cuci tangan
saat masuk dan keluar ruangan pasien.
10. Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci
tangan, jika diperlukan.
11. Pakai sarung tangan sebagai kebijakan
pencegahan bersama.
12. Pakai pakaian pengganti atau gaunketika
memelihara bahan infeksius.
13. Pakai sarung tangan steril, jika diperlukan.
14. Gosok kulit pasien dengan agen anti
bacterial, jika diperlukan.
15. Cukur dan siapkan daerah sebagai indikasi
buatan untuk prosedur invasive dan pembedahan.
16. Pertahankan lingkungan aseptic secara optimal
selama berada di tempat tidur.
17. Pertahankan lingkungan aseptiksaat mengganti
TPN piap dan botol.
18. Pertahankan sisitem tertutup saat melakukan
monitoring invasive hemodinamis.
19. Ubah sekeliling IV dan tempat garis pusat
menurut pembalut untuk arus CDC.
20. Pastikan penanganan aseptic dari semua garis
IV.
21. Pastikan teknik perawatan luka yang tepat.
22. Tingkatkan intake nutrisi, jika diperlukan.
23. Anjurkan masukan cairan secara tepat.
24. Anjurkan istirahat.
25. Berikan terapi antibiotik secara tepat.
26. Berikan imunisasi secara tepat.
27. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik, jika diperlukan.
28. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan
gejala infeksi serta melaporkannya ketika dibrikan perawatan kesehatan.
29. Tingkatkan pemeliharaan dan pengolahan
keamanan makanan.
|
- Untuk memusnahkan agen yang infeksius.
- Mengurangi resiko terjadinya infeksi.
- Untuk mencegah tersebarnya penyakit yang
lebih luas.
- Untuk mencegah penyebaran penyakit.
- Untuk meminimalkanpenyebaran bakteri
infeksius.
- Untuk mencegah penularan penyakit kepada
pengunjung.
- Untuk menjaga kebersihan diri seseorang.
- Untuk mengoptimal-kan tindakan pencegahan.
- Mencegah menempelnya mikroorganisme patogen
pada pengunjung.
- Untuk mematikan mikroorganis-me yang menempel
di tangan.
- Untuk mencegah penularan penyakit dari pasien
keperawat dan dari perawat ke pasien.
- Mencegah menempelnya bahan infeksius pada
perawat.
- Mencegah terkontaminasi dengan agen
infeksius.
- Untuk mencegah terpaparnya bakteri dengan
kulit pasien.
- Memudahkan tindakan prosedur invasive dan
pembedahan.
- Untuk mencegah kontaminasi dengan agen
infeksi.
- Mencegah masuknya mikroorganis-me ke pipa
atau botol.
- Mempertahan-kan keadaan steril/ bebas kuman.
- Memudahkan mengalirkan arus CDC.
- Mencegah terinfeksnya jalur IV.
- Dengan perawatan luka yang tepat maka dapat
mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat luka sembuh.
- Dengan nutrisi yang baik pasien dapat
meningkatkan daya tahan tubuh.
- Menjaga pasien dari dehidrasi.
- Untuk menghemat energi.
- Untuk mengurangi adanya infeksi.
- Untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
- Untuk mengurangi adanya mikroorganis-me
patogen dalam tubuh.
- Untuk dapat merencanakan tindakan pencegahan
secara tepat.
- Agar makanan yang dikonsumsi benar-benar bergizi
tinggi.
|
||
4
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
…x 24 jam diharapkan pasien dapat (1403) mengontrol cara berfikir dengan
criteria hasil :
(140301) Mengenali halusinasi atau terjadinya
khayalan.
(140302) Menahan diri dari halusinasi.
(140303) Menahan diri dari respon untuk
berkhayal
(140304) Frekuensi verbal dari halusinasi.
(140305) Menggambar-kan isi dari halusinasi.
(140306) Melaporkan penurunan dalam
berhalusinasi.
(140307) Mengatakan untuk kenyataannya.
(140308) Memelihara pengaruh konsistensi
dengan perasaan.
(140309) Interaksi dengan orang lain secara
tepat.
(140310) Interpretasi perseorangan dengan
depat dari lingkungan.
(140311) Menunjukan logika pola berfikir yang
logis.
(140312) Menunjukan dasar berfikir secara
nyata.
(140313) Menunjukan isi berfikir secara
tepat.
(140314) Menunjukan kemampuan untuk menerima
saran dari orang lain.
Kriteria NOC :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan.
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
|
(5220) Peningkatan citra tubuh :
1. Anjurkan pasien untuk membicarakan perubahan
penyebab sakit atau pembedahan secara tepat.
2. Bantu pasien untuk menentukan tingkat
perubahan sebenarnya di dalam tubuh atau tingkat/ mutu kegunaan.
3. Bantu pasien untuk mendiskusikan stress yang
mempengaruhi citra tubuh untuk kondisi bawaan, cidera, penyakit, atau
pembedahan.
4. Gunakan petunjuk lebih dulu untuk menyiapkan
pasien dalam mengubah citra tubuh.
5. Gunakan bimbingan untuk mengantisipasi perubahan
gambaran tubuh pasien yang bisa diramalkan.
6. Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan
yang disebabkan oleh perawatan atau penyakit.
7. Bantu pasien menentukan tingkat perubahan
yang nyata terhadap gambaran tubuh.
8. Tentukan perubahan fisik terbaru yang telah
menyatu dengan gambaran tubuh pasien.
9. Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan
yang disebabkan oleh factor keadaan lingkungan.
10. Identifikasi mengenai budaya pasien, agama,
jenis kelamin, dan umur.
11. Monitor apakah pasien dapat melihat perubahan
dalam tubuhnya.
12. Identifikasi strategi yang digunakan untuk
menghadapi perubahan penampilan.
13. Identifikasi tentang kerusakan cara
berpakaian, rambut palsu atau kosmetik.
14. Bantu pasien untuk mengidentifi-kasi tindakan
yang dilakukan untuk meningkatkan penampilan.
15. Identifikasi dukungan yang tersedia untuk
pasien.
|
-
Dengan membicarakan perubahan penyebab
sakit atau pembedahan maka akan dapat membantu dalam pengkajian lebih lanjut.
-
Mengisyaratkan kemungkinan adaptasi untuk
mengubah dan memahami tentang peran diri sendiri dalam kehidupan.
-
Mendemonstra-sikan penerimaan/ membantu
pasien untuk mengenal dan memahami tentang kondisinya.
-
Untuk memberikan informasi kepada pasien
agar dapat meningkatkan citra tubuh
-
Untuk
merencanakana tindakan yang tepat untuk pasien.
-
Untuk
memberikan rasa nyaman pada pasien dan agar pasien tidak merasa cemas.
-
Untuk
mengetahui tingkat perubahan penanganan citra tubuh pasien berhasil atau
tidak.
-
Untuk
merencanakan tindakan keperawatan selanjutnya.
-
Untuk
dapat memberikan lingkungan yang lebih nyaman bagi pasien.
-
Untuk
mengetahui keadaan umum pasien dan rencana tindakan keperawatan selanjutnya.
-
Mengetahui
perubahan yang dirasakan pasien.
-
Untuk
dapat memberikan tips cara merubah penampilan yang tepat.
-
Untuk
dapat memberitahukan tindakan yang tepat.
-
Pasien
dapat mengubah penampilan yang lebih baik.
-
Dengan
dukungan yang baik pola fikir pasien akan membaik.
|
||
5
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
…x 24 jam diharapkan pasien dapat (0004) tidur dengan kriteria hasil :
(000401) Meningkatkan waktu tidur.
(000402) Observasi waktu tidur.
(000403)
Meningkatkan pola tidur
(000404) Meningkatkan kualitas tidur.
(000405)
Meningkatkan efisiensi tidur
(000406)
Merasakan tidur lebih lama/adekuat.
(000407) Tidur dengan teratur.
(000408)
Merasakan kesegaran setelah tidur.
(000409) Menunjukan rasa ngantuk beberapa
lama.
(000410) Bangun tepat waktu.
(000411) Elektro encephalogram dalam rentang
normal.
(000412) Elektromyo-gram dalam rentang
normal.
(000413) Elektro-okulogram dalam rentang
normal.
(000414) Tanda-tanda vital dalam rentang
normal S : 36,5-37,4 0C
N : 60-89x/mnt
R : 16-24x/mnt
TD: 110/60-139/90 mmHg.
Kriteria NOC :
Tidak pernah dilakukan
1. Jarang dilakukan
2. Kadang dilakukan.
3. Sering dilakukan
4. Selalu dilakukan
|
(1850) Tingkatkan tidur :
1. Tentukan pola tidur/ pola aktivitas pasien.
2. Monitor pola tidur pasien dan jumlah jam
tidur pasien.
3. Atur lingkungan (seperti; pencahayaan,
keramaian, temperatur, kasur dan tempat tidur) untuk meningkatkan tidur
pasien.
4. Anjurkan pasien untuk mengatur waktu tidur
yang rutin untuk memudahkan peralihan dari bangun sempurna ke tidur.
5. Tentukan efek dari pengobatan terhadap pola
tidur pasien.
6. Terangkan pentingnya tidur adekuat selama
sakit.
7. Monitor pola tidur pasien dan catat keadaan
fisik(seperti;apnea tidur,obstruksi jalan nafas ,nyeri/ketidaknyamanan dan
frekuensi berkamih atau keadaan psikologis (seperti;takut atau cemas)keadaan
menjelang tidur.
8. Pendekatan pada siklus bangun /tidur yang
teratur untuk pasien dalam perencanaan keperawatan.
9. Bantu pasien menghilangkan situasi stress
sebelum tidur.
10. Monitor makanan dan minuman yang masuk
sebelum tidur untuk memudahkan tidur.
11. Instruksikan pasien untuk menghindari makanan
dan minuman yang dapat menggangu tidur.
12. Bantu pasien untuk membatasi waktu tidur
siang dengan menyediakan aktivitas pendukung.
13. Berikan kenyamanan dengan pijatan dan posisi yang nyaman.
14. Lakukan penyesuaian penjadwalan pengobatan
untuk mendukung siklus tidur/ bangun pasien.
15. Dorong penggunaan obat tidur yang tidak
berisi REM (suppressors).
16. Diskusikan dengan pasien dan keluarga untuk
mengukur kenyamanan, teknik tidur, dan perubahan gaya hidup.
|
-
Untuk meningkatkan pola tidur pasien.
-
Untuk mendapatkan data dasar untuk pengkajian lebih lanjut dan
untuk mengetahui peningkatan waktu dan kualitas tidur.
-
Dengan lingkungan yang nyaman pasien
dapat meningkatkan pola tidur adekuat dan kualitas tidur yang baik.
-
Dengan waktu tidur yang teratur maka
pasien akan lebih nyaman tidur dan merasa segar ketika bangun sehingga pasien
dapat melakukan aktivitas.
-Beberapa jenis obat dapat menyebabkan tidur.
- Dengan memberi pengetahuan tentang
pentingnya tidur,dapat meningkatkan tidur sehingga pasien akan membantu
kesembuhan pasien.
- Keadaan fisik dan psikologis juga frekuensi
berkemih pada malam hari akan menentukan pola tidur.pasien bangun berulang
kali karena keinginan berkemih.Dengan mengkajinya,pola tidur pasien dapat
dapat ditingkatkan .
- Pendekatan pada pasien dapat digunakan
untuk menentukan perencanaan keperawatan komprehensif.
-
Dengan menghilangkan situasi stress maka pasien dapat meningkatkan
tidur yang adekuat.
- Untuk mengetahui makanan dan minuman yang
kemungkinan dapat mengganggu tidur pasien di malam hari.
- Agar pasien tidak mengkonsumsi makanan dan
minuman yang dapat mengganggu tidurnya seperti makanan yang pedas dapat
meningkatkan peristaltic usus atau rasa mules yang dapat mengganggu pasien.
- Dengan aktivitas maka pasien dapat
mengontrol waktu tidur siang dan secara otomatis pola tidur pada malam hari
tidak terganggu.
- Dengan memberikan kenyamanan maka pasien
akan dapat meningkatkan pola tidur adekuat.
- Dengan disesuaikannya jadwal pengobatan maka
pasien dapat mengatur waktu tidur yang tidak bersamaan dengan waktu
pengobatan.
- Untuk meningkatkan tidur pasien.
- Dengan kenyamanan, teknik tidur, dan gaya
hidup yang baik maka pasien akan dapat meningkatkan tidur yang adekuat dan
kualitas tidur yang baik.
|
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hordeolum
merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Hordeolum yang biasanya
merupakan penyakit infeksi Staphylococcus pada kelenjar sebasea kelopak
biasanya sembuh sendiri dan dapat diberi hanya kompres hangat. Penyakit kelopak
mata hordeolum dapat disebabkan oleh infeksi kuman Streptococcus,
Staphylococcus atau Moraxella pada kelenjar kelopak mata yang
disebut kelenjar meiboom, Krause, moll atau wolfring, terjadi infeksi disertai
radang yang membuntu pengeluaran secret melalui saluran kelenjar yang
mengakibatkan terjadi pembesaran kelenja.
Tnda dan
gejala dari penyakit hordeolum antara lain ; mata merah, ada benjolan pada
kelopak mata, berair, nyeri pada tepi kelopak mata, nyeri ketika membungkuk,
peka terhadap cahaya terang, nyeri bila ditekan dan kadang ada nanah (puss).
Penyakit ini dapat diobati dengan terapi antibiotik, kompres hangat, ataupun
kadang bisa sembuh dengan sendirinya. Tetapi untuk hordeolum yang terdapat
nanah dan tidak dapat keluar dari kantung nanah maka perlu dilakukan insisi.
Saran
Hordeolum
merupakan penyakit mata yang sangat menjengkelkan bagi siapa saja yang
mengalaminya. Untuk menjaga diri agar tidak terjadi hordeolum kita harus
menjaga kebersihan diri. Hendaknya sebagai seorang perawat yang melakukan
kontak langsung dengan pasien harus melakukan tindakan cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan keperawatan. Untuk itu, dengan ditulisnya makalah
dan asuhan keperawatan ini penulis berharap agar nantinya makalah ini dapat
berguna bagi mahasiswa di bidang kesehatan, pembaca dan masyarakat serta bisa
menambah pengetahuan tentang penyakit hordeolum (timbilan).
DAFTAR PUSTAKA
-
Bulechek, Mc. Closke. 1996. Nursing
Interventions Classification (NIC).Ed-2. USA : Mosby
-
Carter, Robin. Diagnosa Keperawatan Nanda NIC – NOC
-
Ilyas, Sidarta. 2003. Ilmu Penyakit Mata. Ed-2.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI
-
Johnson, Marion, dkk. 2000. Nursing Outcomes
Classification (NOC). Ed-2. USA : Mosby
-
Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran. Ed-3. Jakarta : Media Aesculapius
-
Meditips. 2005. Mata Timbil. http://www.republika.co.id
-
Prakoso, Hadi. 2008. Dari Peradangan Sampai
Infeksi. http://www.tabloid_nakita.com
-
Santosa, Budi. 2005 - 2006. Panduan Diagnosa
Keperawatan NANDA. Prima Medika
-
Tika. 2007. Bintitan Pada Mata. http://www.kiatsehat.com
-
_________ 2008. Seputar Penyakit Timbil. http://www.dinkes_diy.org
-
_________ 2008. Bintitan. http://www.infokes.com
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, jangan lupa komentar yang sopan ya.