MEGACOLLON KONGENITAL
I.
Definisi
Megakollon kongenital adalah tidak
adanya sel-sel ganglion dalam rektum atau bagian rektosigmoid kolon.
Megakolon kongenital atau Hirschprung
adalah kelainan konginetal dimana tidak dijumpai pleksus Averbachii maupun pleksus
Meisneri pada kolon. Sembilan puluh persen (90%) terletak pada rektosimoid,
akan tetapi dapat mengenai seluruh kolon bahkan seluruh usus.
II.
Etiologi
a.
Mungkin terdapat kegagalan migrasi
sel-sel dari puncak neural embrionik ke dinding usus atau kegagalan dari
pleksus-pleksus menterikus dan submukosa untuk bergerak ke kraniokaudal dalam
dinding usus tersebut.
b.
Faktor-faktor genetik dan faktor
lingkungan
III. Insidens
a.
Penyakit megacollon kongenital
terjadi satu diantara 5000 kelahiran hidup.
b.
Insiden penyakit ini 3 atau 4 kali
lebih besar pada laki-laki dari pada perempuan.
c.
Insiden meningkt pada saudara
kandung dan turunan dari anak yang terkena.
d.
Penyakit ini bertanggung jawab
atas 15% - 20 % obstruksi neonatus.
IV. Patofisiologi
Tidak adanya ganglion sel meliputi pleksus
Auerbachii yang terletak pada lapisan otot dan pleksus Meisneri pada submukosa.
Serabut saraf mengalami hipertrofi dan didapatkan kenaikan kadar
asetilkholinerterase pada segmen yang aganglonik. Gangguan inervasi
parasimpatis akan menyebabkan kegagalan peristaltik sehingga mengganggu
propulasi isi usus. Obstruksi yang terjadi secara kronis akan menyebabkan
distensi abdomen yang sangat besar sehingga menyebabkan terjadinya
enterokolitis.
V.
Klasifikasi Hirscprung Berdasarkan Panjang Segmen Yang Terkena:
a.
Penyakit Hisrschprung segmen
pendek
Segmen
aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid.
b.
Penyakit Hirschprung segmen
panjang
Kelainan
dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus.
VI. Tanda Dan Gejala
Masa neonatal:
a.
Gagal mengeluarkan mekonium dalam
24 jam setelah lahir
b.
Muntah berisi empedu
c.
Distensi abdomen
Tiga gejala tersebut merupakan trias
tanda gejala pada neonatus.
Masa bayi dan kanak-kanak
a.
Konstipasi
b.
Diare berulang
c.
Tinja seperti pita, berbau busuk
d.
Distensi abdomen
e.
Gagal tumbuh
VII. Komplikasi
a.
Gawat pernapasan (akut)
b.
Enterokolitis (akut)
c.
Striktura ani (pasca bedah)
d.
Kebocoran anastomosis
e.
Abses
f.
Nekrosis iskemia pada usus yang
ditarik
g.
Inkontinensia (jangka panjang)
VIII. Uji Laboratorium Dan
Diagnostik
a.
Pemeriksaan foto polos abdomen
b.
Pemeriksaan foto dengan barium
enema
c.
Biopsi rektal untuk mendeteksi ada
tidaknya sel ganglion
d.
Manometri anorektal untuk mencatat
respon refluks spingter interna dan eksterna
IX. Penatalaksanaan
a.
Untuk neonatus dengan obstruksi
usus dilakukan terapi konservatif dengan pemasangan sonde lambung, pemasangan
pipa rektal untuk mengeluarkan mekonium dan udara.
b.
Tindakan bedah dilakukan
tergantung pada segmen yang terkena. Pada Hirschprung ultra short dilakukan
miektomi rektum, sedangkan pada bentuk short segmen, tipikal dan long segmen
dapat dilakukan kolostomi terlebih dahulu dan beberapa bulan kemudian baru
dilakukan operasi definitif dengan metode pull through soave, Duhamel maupun
Swenson. Apabila keadaan umum memungkinkan dapat dilakukan Pull Through satu
tahap tanpa kolostomi terlebih dahulu.
c.
Persiapan operasi: dekompresi
kolom dengan irigasi rektum, stabilisasi cairan dan elektrolir, asam basa serta
temperatur dan pemberian antibiotika.
d.
Perawatan pasca operasi :
dekompresi abdomen dengan tetap memasang pipa rektum, cefotaksim injeksi,
stabilisasi cairan dan elektrolit serta asam basa.
X.
Diagnosa Keperawatan
1.
Konstipasi berhubungan dengan
mekanik : megakolon.
2.
Nyeri akut berhubungan dengan agen
injuri biologi.
3.
Resiko infeksi berhubungan dengan
prosedur invasif.
4.
Keterlambatan tumbuh kembang
berhubungan dengan efek terhadap ketidakmampuan fisik.
5.
kurang pengetahuan mengenai
diagnosa, prosedur pembedahan dan perawatan setelah pulang berhubungan dengan kurang
informasi.
6.
resiko kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan faktor mekanik, ekskresi feses pada daerah stoma.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
R.P
DENGAN MEGAKOLLON KONGENITAL
DI RUANG D 2 RSUP DR.
SARDJITO
YOGYAKARTA
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : An R.P
No rekam medis :
Nama panggilan :
Tempat/tgl lahir :
Umur :
Jenis kelamin :
Suku :
Bahasa yang dimengerti :
Tanggal masuk RS :
Tanggal pengkajian :
Orang tua/wali
Nama ayah :
Nama ibu :
Pendidikan :
Alamat :
II.
Keluhan Utama
Susah BAB.
III. Riwayat penyakit sekarang
2 bulan SMRS BAB tidak lancar, tidak
muntah, tidak diare, perut tidak membesar. BAB dibantu dengan dulcolax
supositoria setiap 2 hari sekali, anak tetap susah BAB mengedan kuat dan
menangis. Mekonium terlambat + 24 jam setelah lahir.
13 hari SMRS datang ke RS Sarjito rencana
operasi, jadwal operasi penuh diundur.
HMRS : keluhan sama, persiapan rencana
operasi.
IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1.
Prenatal
Selama hamil ibu rajin melakukan ANC di bidan.
Saat hamil ibu mengalami keluhan mual dan muntah pada
trimester I, mendapat obat untuk pusing dan mual. Umur kehamilan 5 bulan terasa
kram pada kaki.
2.
Perinatal dan post natal
Ibu melahirkan saat usia kehamilan 9 bulan. P2 a0, anak
lahir spontan, menangis kuat, bbl 3300 gr.
3.
Penyakit yang pernah diderita
Anak sejak kesulitan bab periksa ke dokter dan mendapat
dulcolax supositoria setiap 2 hari sekali.
4.
Hospitalisasi, tindakan operasi
Anak belum pernah dirawat di rs sebelumnya.
5.
Injury/kecelakaan
Tidak pernah
6.
Alergi
Tidak ada riwayat alergi
7.
Imunisasi
-
BCG : umur 1 hari
-
DPT : umur 2, 3, 4 bulan
-
Polio : umur 2, 3, 4 bulan
-
Hepatitis B : umur 1, 2, 3 bulan
8.
Pengobatan
Sejak kesulitan bab anak mendapatkan dulcolax supositoria
setiap 2 hari sekali.
V.
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
BB lahir 3300 gr, setelah usia 4 bulan
8000 gr. Panjang badan saat lahir 49 cm, saat ini 56 cm.
Motorik kasar
|
Motorik halus
|
Bahasa
|
Sosial
|
Bangkit
kepala tegak, dada terangkat menumpu pada lengan, menumpu beban pada kaki
|
Mengikuti 1800, tangan bersentuhan.
|
Berteriak,
menoleh kebunyi icik-icik, menoleh kearah suara.
|
Tersenyum, mengamati tangannya.
|
VI. Riwayat sosial
1.
Yang mengasuh : ibu
2.
Hubungan dengan anggota keluarga baik
dan harmonis
3.
Hubungan dengan teman sebaya baik
4.
Pembawaan secara umum pasien
tampak ceria, senang diajak bercanda, tersenyum pada yang mengajak bercanda.
VII. Riwayat keluarga
1.
Sosial ekonomi : tinggal dengan
orangtua, kakak dan nenek dari pihak ibu. Ibu bekerja sebagai penjahit, ayah
sebelumnya bekerja sebagai sopir taksi sekarang belum mendapat pekerjaan.
2.
Lingkungan rumah : ibu pasien
mengatakan dinding rumah dari tembok, lantai keramik, sumber air dari sumur,
ventilasi cukup, sinar bisa masuk rumah.
3.
Penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa,
diabetes, paru-paru, kakek meninggal karena hipertensi.
4.
Genogram
: meninggal
:
tinggal dalam 1 rumah
pasien
VIII. Pengkajian pola kesehatan
fungsional
1.
Pemeliharaan dan persepsi terhadap
kesehatan
Sejak anak mengalami gangguan BAB
ibu membawa anak ke dokter dan mendapat terapi dulcolax supositoria setiap 2
hari sekali. Kalau anak sakit flu atau demam dibawa ke dokter.
2.
Nutrisi
Anak mendapat ASI sampai saat ini,
sejak 2 hari ini di coba bubur bayi 2 x sehari.
3.
Cairan
Anak biasa minum ASI + 15
menit setiap kali minum.
Selama di RS anak tetap minum ASI.
4.
Aktifitas
Anak sudah bisa miring, saat
dibantu tengkurap kepala sudah terangkat.
5.
tidur dan istirahat
kebiasaan tidur dirumah 12-14 jam.
Tidur siang 2-3 jam.
Selama di RS
Pola tidur : belum dapat terkaji.
Kebiasaan sebelum tidur : tidak ada.
Kebiasaan tidur siang + 2-3 jam.
6.
Eliminasi
-
Kebiasaan di rumah pasien BAB 2
hari sekali menggunakan dulcolax supositoria, BAK 6-8 kali.
7.
Pola hubungan
-
Hubungan dengan anggota keluarga
baik dan harmonis. Selama di RS anak ditunggu ibu karena ayah menunggu kakaknya
di rumah.
-
Hubungan dengan saudara : kakak
bisa ikut membantu mengasuh adiknya.
8.
Pengobatan
Sejak 2 bulan yang lalu anak mendapat obat dulcolax
supositoria.
IX. pemeriksaan fisik
1.
Keadaan umum
-
Tingkat kesadaran : compos mentis
-
Nadi : 120x/mnt, suhu : 36,70
C, tekanan darah 90 / 50 mmhg.
-
BB : 8 kg, PB : 56
-
Lingkar kepala : lingkar dada : LLA :
2.
Kulit
Warna kulit : putih, turgor kulit baik,
kulit tampak bersih.
3.
Kepala
-
Bentuk : Mesosepal, tidak ada
kelainan anatomis
-
Rambut : hitam dan lebat
4.
Mata
-
Konjungtiva tak anemis, sclera tak
ikterik
-
Pupil isokor, reaksi + / +
5.
Telinga
-
Daun telinga normal, sekret tidak
ada.
-
Tak ada kelainan anatomis
6.
Hidung
-
Lubang hidung simetris, tidak ada
sekret, tak ada kelainan anatomis.
7.
Mulut
-
Bentuk bibir normal, lidah tidak
kotor, belum tumbuh gigi.
-
Bau mulut - , hyperemis –
8.
Leher
-
Tak ada pembesaran kelenjar
thyroid, tak ada kaku kuduk.
-
Tak ada peningkatan JVP
9.
Dada
-
Simetris, tak ada ketinggalan
gerak, ictus cordis tak tampak.
-
Tak ada retraksi.
10.
Paru-paru
-
Suara napas vesikuler, perkusi
sonor
-
Wheezing -, ronchi -
11.
Jantung
-
Bunyi jantung S1 dan S2 murni,
bising -, tak ada suara tambahan.
12.
Abdomen
-
Kulit supel, tak ada nyeri tekan,
peristaltik +, tidak ada distensi abdomen.
-
Tak ada pembesaran hepar maupun
lien.
13.
Genetalia
Pasien berjenis kelamin wanita, tidak ada
kelainan anatomis pada genetalia.
14.
Anus dan Rektum
Tak ada kelainan anatomis
15.
Ekstremitas
Tidak ada gangguan pergerakan.
X.
Pemeriksaan Diagnostik dan penunjang
Diagnosa medis : megakollon kongenital
ultra short.
Laboratorium :
Darah tgl 14 September 2004
Hb : 9,7 gr/dl
Hmt : 3,3 %
Al : 7,1
AE : 4,6
|
Albumin 3,90
Bun : 5,3
Creat : 0,35
|
Foto thorax tgl
14 September 2004
Hasil : pulmo dan
konfigurasi cor normal, thymus prominent.
|
Data focus :
Seorang anak perempuan umur 4 bulan deng
diagnosa medis megacollon kongenital ultra short, rencana sigmoidektomi. Ibu
pasien mengatakan sejak 2 bulan lalu anak susah BAB. Ibu mengatakan dada
berdesir anak mau dioperasi, tidak tega, dan tidak tahu bagaimana perawatan
selanjutnya. Ibu menanyakan tentang penyebab penyakit anaknya.
XI. Analisa data
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
DS:
-
Ibu pasien mengatakan anak susah
BAB.
-
Anak mendapatkan terapi dulcolax
supositoria setiap 2 hari sekali.
-
Tiap kali BAB anak mengedan kuat
dan menangis.
DO
:
Dx
medis : megacollon kongenital ultra short.
|
Mekanik
: megakollon
|
Konstipasi
|
DS: ibu mengatakan
dada berdesir anak mau dioperasi, tidak tega
DO: - ibu terlihat
tegang,
Wajah tampak sedih.
|
Perubahan
dalam status kesehatan anak.
|
Cemas
|
DS: ibu menanyakan
penyebab penyakit, mengatakan tidak tahu bagaimana perawatan selanjutnya.
Ibu bertanya
tentang perawatan anak setelah operasi.
DO : -
|
Tidak mengenal sumber informasi.
|
Defisit
pengetahuan tentang penyakit, prosedur tindakan dan cara perawatan
|
XII. Diagnosa Keperawatan yang
muncul
1.
Konstipasi berhubungan dengan
mekanik : megakollon ditandai dengan Ibu pasien mengatakan anak susah BAB, anak
mendapatkan terapi dulcolax supositoria setiap 2 hari sekali, tiap kali BAB
anak mengedan kuat dan menangis, Dx medis : megacollon kongenital ultra short.
2.
Cemas berhubungan dengan perubahan
dalam status kesehatan anak ditandai dengan ibu mengatakan dada berdesir anak
mau dioperasi, tidak tega, ibu terlihat tegang, wajah tampak sedih.
3.
Defisit pengetahuan tentang
penyakit, prosedur tindakan, cara perawatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber
informasi ditandai dengan ibu bertanya mengenai penyebab penyakit, tindakan
operasi yang akan dilakukan, mengatakan tidak tahu bagaimana perawatan
selanjutnya, ibu bertanya tentang perawatan anak setelah operasi.
XIII. Rencana Keperawatan
No
|
Dx
|
Tujuan
|
Intervensi
|
1
|
Konstipasi berhubungan dengan mekanik :
megakollon ditandai dengan Ibu pasien mengatakan anak susah BAB, anak
mendapatkan terapi dulcolax supositoria setiap 2 hari sekali, tiap kali BAB
anak mengedan kuat dan menangis, Dx medis : megacollon kongenital ultra
short.
|
BAB lancar, dengan kriteria :
- Faeses lunak
- Anak tidak kesakitan saat BAB.
- Tindakan operasi colostomi
|
1. Bowel management
- Catat BAB terakhir
- Monitor tanda konstipasi
- Anjurkan keluarga untuk mencatat warna,
jumlah, frekuensi BAB.
- Berikan supositoria jika perlu.
2. Bowel irrigation
- Jelaskan tujuan dari irigasi rektum.
- Check order terapi.
- Jelaskan prosedur pada orangtua pasien.
- Berikan posisi yang sesuai.
- Cek suhu cairan sesuai suhu tubuh.
- Berikan jelly sebelum rektal dimasukkan.
- Monitor effect dari irigasi.
3. Persiapan preoperatif
- Jelaskan persiapan yang harus dilakukan.
- lakukan pemeriksaan laboratorium: darah rutin,
elektrolit, AGD.
- transfusi darah bila perlu.
|
2.
|
Cemas berhubungan
dengan perubahan dalam status kesehatan anak ditandai dengan ibu mengatakan
dada berdesir anak mau dioperasi, tidak tega, ibu terlihat tegang, wajah
tampak sedih.
|
Cemas keluarga pasien tertangani dengan kriteria:
-
Ibu
terlihat lebih tenang
-
Ibu
dapat bertoleransi dengan keadaan anak.
|
1. Anxiety reduction
- jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan.
- kaji pemahaman orangtua terhadap kondisi anak,
tindakan yang akan dilakukan pada anak.
- anjurkan orang tua untuk berada dekat dengan anak.
- bantu pasien mengungkapkan ketegangan dan
kecemasan.
|
3.
|
Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak
mengenal dengan sumber informasi ditandai dengan ibu bertanya mengenai
penyebab penyakit, tindakan operasi yang akan dilakukan, mengatakan tidak
tahu bagaimana perawatan selanjutnya, ibu bertanya tentang perawatan anak
setelah operasi.
|
Orang tua tahu mengenai perawatan anak dengan
kriteria:
-
Mampu
menjelaskan penyakit, prosedur operasi
-
mampu
menyebutkan tindakan keperawatan yang harus dilakukan.
-
Mampu menyebutkan
cara perawatan.
|
1.
teaching:
proses penyakit
-
Kaji
pengetahuan pasien tentang penyakit.
-
Jelaskan
tentang penyakit, prosedur tindakan dan cara perawatan bersama dengan dokter.
-
Informasikan
jadwal rencana operasi: waktu, tangggal, dan tempat operasi, lama operasi.
-
Jelaskan
kegiatan praoperasi : anestesi, diet, pemeriksaan lab, pemasangan infus,
tempat tunggu keluarga.
-
Jelaskan
medikasi yang diberikan sebelum operasi: tujuan, efek samping.
2.
health
education:
-
jelaskan
tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
-
Jelaskan
mengenai penyakit, prosedur tindakan dan cara perawatan dengan dokter.
-
Lakukan
diskusi dengan keluarga pasien dengan penyakit yang sama.
-
Jelaskan
cara perawatan post operatif.
|
XIII. Tindakan Keperawatan
Tgl/jam
|
Dx
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
28-9-2004
08.00
08.45
11.00
12.00
|
1
|
-
Mengkaji
kebiasaan BAB pasien.
-
Menanyakan
terakhir diberikan supositoria.
-
Mengambil
darah untuk pemeriksaan laboratorium persiapan operasi.
-
Menanyakan
hasil pemeriksaan laboratorium.
Hasil : Hb : 10,3 gr/dl, Hmt : 3,3 %
Al : 7,1
-
Menjelaskan
pada orang tua rencana transfusi.
-
Menganjurkan
ortu untuk mencari donor.
|
S : Ibu mengatakan suami setuju dengan tindakan
operatif untuk menangani gangguan BAB pada anak.
O : Hb : 10,3 gr/dl, Hmt : 3,3 %
Al : 7,1
A : tujuan belum tercapai
P : persiapkan operasi colostomi.
|
28-9-2004
08.00
|
2.
|
- Dampingi keluaga saat dokter menjelaskan
mengenai penyakit dan prosedur tindakan.
- Jelaskan tiap tindakan yang akan dilakukan.
- Menganjutkan ortu berada dekat dengan anak.
|
S : ibu pasien mengatakan sudah lumayan “semeleh”
dengan prosedur operasi yang akan dilaksanakan.
Ibu mengatakan sudah lumayan tenang setelah diberi
penjelasan.
O : wajah ibu terlihat lebih rileks.
A : tujuan tercapai
P : hentikan intervensi
|
28-9-2004
|
3.
|
-
kaji
tingkat pengetahuan ortu mengenai penyakit, tindakan yang akan dilakukan.
-
Menjelaskan
pada pasien tindakan pre operatif yang harus dilakukan.
-
Memberi
tahu pasien rencana operasi tanggal 29 September 2004 pada jam 09.00
-
Menganjurkan
ortu untuk bercerita pada ortu anak yang mengalamu reaksi yang mereka
sediakan.
|
S : ibu mengatakan sudah tahu mengenai penyakit dan
prosedur pembedahan yang akan dilakukan.
O : ibu dapat menyebutkan penyebab penyakit dan
prosedur pembedahan.
A : tujuan tercapai
P : Tindakan keperawatan dihentikan.
|
29-9-2004
07.30
08.30
21.00
|
1
|
-
mengobservasi
keadaan pasien :
puasa sejak 6 jam yang lalu,
transfusi selesai jam 22.00.
hasil lab: WBC 8,7
RBC 5,32 MCH 26,5
HgB 14,1 MCHC 36,7
McV 72,3 PLT 387.
Mengantar pasien operasi.
- Mengobservasi keadaan pasien: pasien rewel, belum tidur.
- Ibu pasien mengatakan anak selesai dioperasi jam
13.00.
- Terdapat stoma colostomy, produk encer.
- anak sudah coba minum air putih sedikit-sedikit.
- TD : 90 / 60 mmHg , nadi 128, R : 24 x/menit, Suhu
: 36,5 0 C.
- terpasang DC
- peristaltik +
-
Infus
Kaen 3A 25 tetes / menit.
-
Injeksi
:
Cefotaxim 2 x 300
mg
Metronidazol 3 x 50 mg
Novalgin 3 x 1/3 amp
|
S : Ibu mengatakan anak rewel, tidak bisa tidur,
selesai operasi jam 13.00
O : - terdapat stoma colostomi, produk encer.
- anak sudah coba minum air putih sedikit-sedikit.
- TD : 90 / 60 mmHg , nadi 128, R : 24 x/menit, Suhu
: 36,5 0 C.
- terpasang DC
- peristaltik +
A : tujuan tercapai anak sudah menjalani operasi
colostomi.
P : tindakan dihentikan.
|
Data fokus post operasi
-
Kesadaran compos mentis
-
TD : 90 / 60 mmHg , nadi 128, R :
24 x/menit, Suhu : 36,5 0 C.
-
Terdapat luka colostomi, produk
encer.
-
Terpasang DC
-
Infus Kaen 3A 25 tetes / menit.
-
Injeksi :
o
Cefotaxim 2 x 300 mg
o
Metronidazol 3 x 50 mg
o
Novalgin 3 x 1/3 amp
-
Anak rewel
-
Sudah coba minum air putih
-
Peristaltik usus +
-
Data laboratorium :
WBC
8,7 HgB 14,1 McV 72,3 PLT 387.
RBC 5,32 MCH 26,5 MCHC 36,7
ANALISA DATA POST OPERASI
ANALISA DATA POST OPERASI
Tgl
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
29-9-2004
|
DS : ibu mengatakan anak rewel, belum tidur.
DO : mata anak terlihat mengantuk, gelisah.
|
Agen injury fisik
|
nyeri
|
29-9-2004
|
DS : -
DO :
-
terdapat luka operasi
-
terdapat stoma kolostomi
-
produk stoma encer
-
terpasang DC, infus
|
Prosedur invasif
|
Resiko infeksi
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
4.
Nyeri akut berhubungan dengan agen
injuri fisik ditandai dengan ibu mengatakan anak rewel, belum tidur, mata anak
terlihat mengantuk, gelisah.
5.
Resiko infeksi berhubungan dengan
prosedur invasif ditandai dengan terdapat luka operasi, stoma kolostomi, produk
stoma encer, terpasang DC, infus.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No
|
Dx
|
Tujuan dan
kriteria hasil
|
Intervensi
|
1.
|
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik ditandai dengan ibu
mengatakan anak rewel, belum tidur, mata anak terlihat mengantuk, gelisah.
|
Level
nyeri berkurang dengan kriteria :
-
anak tidak rewel
-
ekspresi wajah dan sikap tubuh
rileks
-
tanda vital dbn
|
1.
Management nyeri
-
Kaji nyeri meliputi
karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.
-
Observasi ketidaknyamanan non
verbal
-
Berikan posisi yang nyaman
-
Anjurkan ortu untuk memberikan
pelukan agar anak merasa nyaman dan tenang.
-
Tingkatkan istirahat
2.
Teaching
-
Jelaskan pada ortu tentang
proses terjadinya nyeri
-
Pertahankan imobilisasi bagian
yang sakit
-
Evaluasi keluhan nyeri atau
ketidaknyamanan
-
Perhatikan lokasi nyeri.
3.
Administrasi analgetik
-
Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat.
-
Cek program medis tentang jenis
obat, dosis dan frekuensi pemberian
-
Ikuti 5 benar sebelum memberikan
obat
-
Cek riwayat alergi
-
Monitor tanda vital sebelum dan
sesudah pemberian obat
-
Dokumentasikan pemberian obat.
|
2.
|
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif ditandai dengan
terdapat luka operasi, stoma kolostomi, produk stoma encer, terpasang DC,
infus.
|
Resiko
infeksi terkontrol dengan kriteria :
-
bebas dari tanda-tanda infeksi
-
tanda vital dalam batas normal
-
hasil lab dbn
|
1.
Infektion control
-
Terapkan kewaspadaan universal
cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan.
-
Gunakan sarung tangan setiap
melakukan tindakan.
-
Berikan personal hygiene yang
baik.
2.
Proteksi infeksi
-
monitor tanda-tanda infeksi
lokal maupun sistemik.
-
Monitor hasil lab: wbc,
granulosit dan hasi lab yang lain.
-
Batasi pengunjung
-
Inspeksi kondisi luka insisi
operasi.
3.
Ostomy care
-
bantu dan ajarkan keluarga
pasien untuk melakukan perawatan kolostomi
-
Monitor insisi stoma.
-
Pantau dan dampinggi keluarga
saat merawat kolostomi
-
Irigasi stoma sesuai indikasi.
-
Monitor produk stoma
-
Ganti kantong kolostomi setiap
kotor.
4.
Medikasi terapi
-
Beri antibiotik sesuai program
-
Tingkatkan nutrisi
-
Monitor keefektifan terapi.
5.
Health education
o Ajarkan pada orang tua tentang tanda-tanda infeksi.
o Ajarkan cara mencegah infeksi.
o Ajarkan cara perawatan colostomi
|
Tindakan
keperawatan
Tgl/jam
|
Dx
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
29-9-2004
21.00
24.00
30-9-2004
05.00
06.00
|
4.
|
-
Mengobservasi KU pasien : anak
belum tidur, nangis, nadi 128 x/menit
-
Mengkaji lokasi nyeri,
karakteristik, durasi.
-
Menganjurkan ortu untuk
memberikan pelukan yang meningkatkan rasa nyaman.
-
Memberikan injeksi novalgin 1/3
ampul.
-
Ibu mengatakan anak panas. Suhu
39 0C, nadi 130x/menit, RR: 26x/menit
-
Memberikan kompres hangat pada
pasien.
-
Mengatur tetesan infus 24
tts/menit.
-
Memberi minum 60 cc.
-
Menganjurkan ibu untuk memberi
ASI sedikit-sedikit.
-
Mengukur suhu badan 38,5 0C,
nadi 128x/menit.
|
S : ibu mengatakan sejak tadi anak gelisah dan rewel.
O : anak terlihat gelisah, nadi 128x/menit.
A : tujuan belum tercapai.
P : lanjutkan rencana: management nyeri, administrasi analgetik.
Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi.
-
Monitor suhu badan secara
teratur.
-
Monitor warna kulit dan suhu
-
Monitor TD, nadi RR.
-
Monitor intake dan output
-
Berikan kompres pada pasien.
-
Berikan antipiretik sesuai
program.
|
21.00
24.00
|
5.
|
-
Mengobservasi keadaan stoma:
produk cair ampas.
-
Memberikan obat metronidazol 50
mg.
|
S : -
O : produk stoma cair ampas, tidak tampak tanda-tanda infeksi.
A : tujuan tercapai sebagian :
tak tampak ada tanda infeksi.
P : lanjutkan rencan perawatan : kontrol infeksi, proteksi dari
infeksi, ostomy care, medikasi terapi, HE.
|
1-10-2004
14.00
16.00
|
4.
|
-
mengobservasi KU pasien : anak
dapat diajak bercanda, mau tersenyum saat disapa.
-
Memberikan obat novalgin 1/3
ampul.
-
Ibu mengatakan anak sudah tidak
rewel dan bisa tidur.
|
S : Ibu mengatakan anak sudah tidak rewel dan anak sudah bisa tidur.
O : anak sudah mau diajak bercanda dan tersenyum saat disapa.
A : tujuan tercapai.
P : tindakan keperawatan dihentikan.
|
16.00
20.00
|
5.
|
-
Memberikan obat metronidazol 50
mg.
-
Mendampingi ortu membersihkan
dan mengganti kantong colostomi.
-
Keadaan luka baik, tidak ada
tanda-tanda infeksi.
-
Mengukur temperatur 36,8 nadi
100.
-
Memberikan injeksi cefotaxim 300
mg.
|
S : ibu mengatakan tidak tampak kemerahan pada daerah sekitar stoma.
O : tidak ada tanda-tanda infeksi.
A : tujuan tercapai sebagian : tidak tampak tanda-tanda infeksi.
P : lanjutkan tindakan keperawatan Infektion control, Proteksi
infeksi,
Ostomy care
|
16.00
|
4
|
-
Mengukur vital sign
S : 36,8 Nadi 100
|
S : ibu mengatakan anak sudah tidak demam
O : temperatur 36,8 nadi 100 x/menit.
A : tujuan tercapai hipertermi teratasi.
P : tindakan keperawatan dihentikan.
|
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, jangan lupa komentar yang sopan ya.