BLOG INI BERISI CONTO LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN MENGENAI PENYAKIT DAN TATALAKSAANYA.

Thursday, January 12, 2017

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MEGACOLON KONGENITAL

MEGACOLLON KONGENITAL


I.             Definisi
         Megakollon kongenital adalah tidak adanya sel-sel ganglion dalam rektum atau bagian rektosigmoid kolon.
         Megakolon kongenital atau Hirschprung adalah kelainan konginetal dimana tidak dijumpai pleksus Averbachii maupun pleksus Meisneri pada kolon. Sembilan puluh persen (90%) terletak pada rektosimoid, akan tetapi dapat mengenai seluruh kolon bahkan seluruh usus.

II.          Etiologi
a.       Mungkin terdapat kegagalan migrasi sel-sel dari puncak neural embrionik ke dinding usus atau kegagalan dari pleksus-pleksus menterikus dan submukosa untuk bergerak ke kraniokaudal dalam dinding usus tersebut.
b.      Faktor-faktor genetik dan faktor lingkungan

III.       Insidens
a.       Penyakit megacollon kongenital terjadi satu diantara 5000 kelahiran hidup.
b.      Insiden penyakit ini 3 atau 4 kali lebih besar pada laki-laki dari pada perempuan.
c.       Insiden meningkt pada saudara kandung dan turunan dari anak yang terkena.
d.      Penyakit ini bertanggung jawab atas 15% - 20 % obstruksi neonatus.

IV.       Patofisiologi
         Tidak adanya ganglion sel meliputi pleksus Auerbachii yang terletak pada lapisan otot dan pleksus Meisneri pada submukosa. Serabut saraf mengalami hipertrofi dan didapatkan kenaikan kadar asetilkholinerterase pada segmen yang aganglonik. Gangguan inervasi parasimpatis akan menyebabkan kegagalan peristaltik sehingga mengganggu propulasi isi usus. Obstruksi yang terjadi secara kronis akan menyebabkan distensi abdomen yang sangat besar sehingga menyebabkan terjadinya enterokolitis.

V.          Klasifikasi Hirscprung Berdasarkan Panjang Segmen Yang Terkena:
a.       Penyakit Hisrschprung segmen pendek
      Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid.
b.      Penyakit Hirschprung segmen panjang
      Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus.

VI.       Tanda Dan Gejala
Masa neonatal:
a.       Gagal mengeluarkan mekonium dalam 24 jam setelah lahir
b.      Muntah berisi empedu
c.       Distensi abdomen
         Tiga gejala tersebut merupakan trias tanda gejala pada neonatus.

         Masa bayi dan kanak-kanak
a.       Konstipasi
b.      Diare berulang
c.       Tinja seperti pita, berbau busuk
d.      Distensi abdomen
e.       Gagal tumbuh

VII.    Komplikasi
a.       Gawat pernapasan (akut)
b.      Enterokolitis (akut)
c.       Striktura ani (pasca bedah)
d.      Kebocoran anastomosis
e.       Abses
f.       Nekrosis iskemia pada usus yang ditarik
g.      Inkontinensia (jangka panjang)

VIII. Uji Laboratorium Dan Diagnostik
a.       Pemeriksaan foto polos abdomen
b.      Pemeriksaan foto dengan barium enema
c.       Biopsi rektal untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion
d.      Manometri anorektal untuk mencatat respon refluks spingter interna dan eksterna

IX.       Penatalaksanaan
a.       Untuk neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif dengan pemasangan sonde lambung, pemasangan pipa rektal untuk mengeluarkan mekonium dan udara.
b.      Tindakan bedah dilakukan tergantung pada segmen yang terkena. Pada Hirschprung ultra short dilakukan miektomi rektum, sedangkan pada bentuk short segmen, tipikal dan long segmen dapat dilakukan kolostomi terlebih dahulu dan beberapa bulan kemudian baru dilakukan operasi definitif dengan metode pull through soave, Duhamel maupun Swenson. Apabila keadaan umum memungkinkan dapat dilakukan Pull Through satu tahap tanpa kolostomi terlebih dahulu.
c.       Persiapan operasi: dekompresi kolom dengan irigasi rektum, stabilisasi cairan dan elektrolir, asam basa serta temperatur dan pemberian antibiotika.
d.      Perawatan pasca operasi : dekompresi abdomen dengan tetap memasang pipa rektum, cefotaksim injeksi, stabilisasi cairan dan elektrolit serta asam basa.

X.          Diagnosa Keperawatan
1.      Konstipasi berhubungan dengan mekanik : megakolon.
2.      Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi.
3.      Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
4.      Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan efek terhadap ketidakmampuan fisik.
5.      kurang pengetahuan mengenai diagnosa, prosedur pembedahan dan perawatan setelah pulang berhubungan dengan kurang informasi.
6.      resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik, ekskresi feses pada daerah stoma.



ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK R.P
DENGAN MEGAKOLLON KONGENITAL
DI RUANG D 2 RSUP DR. SARDJITO
YOGYAKARTA

I.             IDENTITAS PASIEN
Nama pasien                      : An R.P
No rekam medis                :
Nama panggilan                :
Tempat/tgl lahir                 :
Umur                                 :
Jenis kelamin                     :
Suku                                  :
Bahasa yang dimengerti    :
Tanggal masuk RS            :
Tanggal pengkajian           :

Orang tua/wali
Nama ayah                        :
Nama ibu                           :
Pendidikan                        :
Alamat                              :

II.          Keluhan Utama
Susah BAB.
III.       Riwayat penyakit sekarang
2 bulan SMRS BAB tidak lancar, tidak muntah, tidak diare, perut tidak membesar. BAB dibantu dengan dulcolax supositoria setiap 2 hari sekali, anak tetap susah BAB mengedan kuat dan menangis. Mekonium terlambat + 24 jam setelah lahir.
13 hari SMRS datang ke RS Sarjito rencana operasi, jadwal operasi penuh diundur.
HMRS : keluhan sama, persiapan rencana operasi.

IV.       Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1.      Prenatal
Selama hamil ibu rajin melakukan ANC di bidan.
Saat hamil ibu mengalami keluhan mual dan muntah pada trimester I, mendapat obat untuk pusing dan mual. Umur kehamilan 5 bulan terasa kram pada kaki.
2.      Perinatal dan post natal
Ibu melahirkan saat usia kehamilan 9 bulan. P2 a0, anak lahir spontan, menangis kuat, bbl 3300 gr.
3.      Penyakit yang pernah diderita
Anak sejak kesulitan bab periksa ke dokter dan mendapat dulcolax supositoria setiap 2 hari sekali.
4.      Hospitalisasi, tindakan operasi
Anak belum pernah dirawat di rs sebelumnya.
5.      Injury/kecelakaan
Tidak pernah
6.      Alergi
Tidak ada riwayat alergi
7.       Imunisasi
-          BCG             : umur 1 hari
-          DPT              : umur 2, 3, 4 bulan
-          Polio             : umur 2, 3, 4 bulan
-          Hepatitis B   : umur 1, 2, 3 bulan
8.      Pengobatan
Sejak kesulitan bab anak mendapatkan dulcolax supositoria setiap 2 hari sekali.
V.          Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
BB lahir 3300 gr, setelah usia 4 bulan 8000 gr. Panjang badan saat lahir 49 cm, saat ini 56 cm.
Motorik kasar 
Motorik halus
Bahasa
Sosial
Bangkit kepala tegak, dada terangkat menumpu pada lengan, menumpu beban pada kaki
Mengikuti 1800, tangan bersentuhan.
Berteriak, menoleh kebunyi icik-icik, menoleh kearah suara.
Tersenyum, mengamati tangannya.
VI.       Riwayat sosial
1.      Yang mengasuh : ibu
2.      Hubungan dengan anggota keluarga baik dan harmonis
3.      Hubungan dengan teman sebaya baik
4.      Pembawaan secara umum pasien tampak ceria, senang diajak bercanda, tersenyum pada yang mengajak bercanda.
VII.    Riwayat keluarga
1.      Sosial ekonomi : tinggal dengan orangtua, kakak dan nenek dari pihak ibu. Ibu bekerja sebagai penjahit, ayah sebelumnya bekerja sebagai sopir taksi sekarang belum mendapat pekerjaan.
2.      Lingkungan rumah : ibu pasien mengatakan dinding rumah dari tembok, lantai keramik, sumber air dari sumur, ventilasi cukup, sinar bisa masuk rumah.
3.      Penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa, diabetes, paru-paru, kakek meninggal karena hipertensi.
4.      Genogram
                                                            : meninggal
                                                                  : tinggal dalam 1 rumah
 




                                       pasien
                                      
VIII. Pengkajian pola kesehatan fungsional
1.      Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Sejak anak mengalami gangguan BAB ibu membawa anak ke dokter dan mendapat terapi dulcolax supositoria setiap 2 hari sekali. Kalau anak sakit flu atau demam dibawa ke dokter.
2.      Nutrisi
Anak mendapat ASI sampai saat ini, sejak 2 hari ini di coba bubur bayi 2 x sehari.
3.      Cairan
Anak biasa minum ASI + 15 menit setiap kali minum.
Selama di RS anak tetap minum ASI.
4.      Aktifitas
Anak sudah bisa miring, saat dibantu tengkurap kepala sudah terangkat.
5.      tidur dan istirahat
kebiasaan tidur dirumah 12-14 jam. Tidur siang 2-3 jam.
Selama di RS
Pola tidur : belum dapat terkaji.
Kebiasaan sebelum tidur : tidak ada.
Kebiasaan tidur siang + 2-3 jam.
6.      Eliminasi
-          Kebiasaan di rumah pasien BAB 2 hari sekali menggunakan dulcolax supositoria, BAK 6-8 kali.
7.      Pola hubungan
-          Hubungan dengan anggota keluarga baik dan harmonis. Selama di RS anak ditunggu ibu karena ayah menunggu kakaknya di rumah.
-          Hubungan dengan saudara : kakak bisa ikut membantu mengasuh adiknya.
8.      Pengobatan
Sejak 2 bulan yang lalu anak mendapat obat dulcolax supositoria.


IX.       pemeriksaan fisik
1.      Keadaan umum
-    Tingkat kesadaran : compos mentis
-    Nadi : 120x/mnt, suhu : 36,70 C, tekanan darah 90 / 50 mmhg.
-    BB : 8 kg, PB : 56
-    Lingkar kepala :          lingkar dada :            LLA :
2.      Kulit
Warna kulit : putih, turgor kulit baik, kulit tampak bersih.
3.      Kepala
-    Bentuk : Mesosepal, tidak ada kelainan anatomis
-    Rambut : hitam dan lebat
4.      Mata
-    Konjungtiva tak anemis, sclera tak ikterik
-    Pupil isokor, reaksi + / +
5.      Telinga
-    Daun telinga normal, sekret tidak ada.
-    Tak ada kelainan anatomis
6.      Hidung
-    Lubang hidung simetris, tidak ada sekret, tak ada kelainan anatomis.
7.      Mulut
-    Bentuk bibir normal, lidah tidak kotor, belum tumbuh gigi.
-    Bau mulut - , hyperemis –
8.      Leher
-    Tak ada pembesaran kelenjar thyroid, tak ada kaku kuduk.
-    Tak ada peningkatan JVP
9.      Dada
-    Simetris, tak ada ketinggalan gerak, ictus cordis tak tampak.
-    Tak ada retraksi.
10.  Paru-paru
-    Suara napas vesikuler, perkusi sonor
-    Wheezing -, ronchi -
11.  Jantung
-    Bunyi jantung S1 dan S2 murni, bising -, tak ada suara tambahan.
12.  Abdomen
-    Kulit supel, tak ada nyeri tekan, peristaltik +, tidak ada distensi abdomen.
-    Tak ada pembesaran hepar maupun lien.
13.  Genetalia
Pasien berjenis kelamin wanita, tidak ada kelainan anatomis pada genetalia.
14.  Anus dan Rektum
Tak ada kelainan anatomis
15.  Ekstremitas
Tidak ada gangguan pergerakan.

X.          Pemeriksaan Diagnostik dan penunjang
Diagnosa medis : megakollon kongenital ultra short.
 Laboratorium :
Darah tgl 14 September 2004
Hb : 9,7 gr/dl
Hmt : 3,3 %
Al : 7,1
AE : 4,6
Albumin 3,90
Bun : 5,3
Creat : 0,35
Foto thorax tgl 14 September 2004
Hasil : pulmo dan konfigurasi cor normal, thymus prominent.

Data focus :
Seorang anak perempuan umur 4 bulan deng diagnosa medis megacollon kongenital ultra short, rencana sigmoidektomi. Ibu pasien mengatakan sejak 2 bulan lalu anak susah BAB. Ibu mengatakan dada berdesir anak mau dioperasi, tidak tega, dan tidak tahu bagaimana perawatan selanjutnya. Ibu menanyakan tentang penyebab penyakit anaknya.

XI.       Analisa data
Data
Etiologi
Masalah
DS:
-          Ibu pasien mengatakan anak susah BAB.
-          Anak mendapatkan terapi dulcolax supositoria setiap 2 hari sekali.
-          Tiap kali BAB anak mengedan kuat dan menangis.
DO :
Dx medis : megacollon kongenital ultra short.

Mekanik : megakollon
Konstipasi
DS: ibu mengatakan dada berdesir anak mau dioperasi, tidak tega
DO: - ibu terlihat tegang,
Wajah tampak sedih.
Perubahan dalam status kesehatan anak.
Cemas
DS: ibu menanyakan penyebab penyakit, mengatakan tidak tahu bagaimana perawatan selanjutnya.
Ibu bertanya tentang perawatan anak setelah operasi.
DO : -
Tidak  mengenal sumber informasi.
Defisit pengetahuan tentang penyakit, prosedur tindakan dan cara perawatan

XII.    Diagnosa Keperawatan yang muncul
1.      Konstipasi berhubungan dengan mekanik : megakollon ditandai dengan Ibu pasien mengatakan anak susah BAB, anak mendapatkan terapi dulcolax supositoria setiap 2 hari sekali, tiap kali BAB anak mengedan kuat dan menangis, Dx medis : megacollon kongenital ultra short.
2.      Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan anak ditandai dengan ibu mengatakan dada berdesir anak mau dioperasi, tidak tega, ibu terlihat tegang, wajah tampak sedih.
3.      Defisit pengetahuan tentang penyakit, prosedur tindakan, cara perawatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi ditandai dengan ibu bertanya mengenai penyebab penyakit, tindakan operasi yang akan dilakukan, mengatakan tidak tahu bagaimana perawatan selanjutnya, ibu bertanya tentang perawatan anak setelah operasi.



XIII. Rencana Keperawatan
No
Dx
Tujuan
Intervensi
1
Konstipasi berhubungan dengan mekanik : megakollon ditandai dengan Ibu pasien mengatakan anak susah BAB, anak mendapatkan terapi dulcolax supositoria setiap 2 hari sekali, tiap kali BAB anak mengedan kuat dan menangis, Dx medis : megacollon kongenital ultra short.

BAB lancar, dengan kriteria :
-    Faeses lunak
-    Anak tidak kesakitan saat BAB.
-    Tindakan operasi colostomi
1.      Bowel management
-    Catat BAB terakhir
-    Monitor tanda konstipasi
-    Anjurkan keluarga untuk mencatat warna, jumlah, frekuensi BAB.
-    Berikan supositoria jika perlu.
2.      Bowel irrigation
-    Jelaskan tujuan dari irigasi rektum.
-    Check order terapi.
-    Jelaskan prosedur pada orangtua pasien.
-    Berikan posisi yang sesuai.
-    Cek suhu cairan sesuai suhu tubuh.
-    Berikan jelly sebelum rektal dimasukkan.
-    Monitor effect dari irigasi.
3. Persiapan preoperatif
- Jelaskan persiapan yang harus dilakukan.
- lakukan pemeriksaan laboratorium: darah rutin, elektrolit, AGD.
- transfusi darah bila perlu.
2.
Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan anak ditandai dengan ibu mengatakan dada berdesir anak mau dioperasi, tidak tega, ibu terlihat tegang, wajah tampak sedih.

Cemas keluarga pasien tertangani dengan kriteria:
-          Ibu terlihat lebih tenang
-          Ibu dapat bertoleransi dengan keadaan anak.
1. Anxiety reduction
- jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan.
- kaji pemahaman orangtua terhadap kondisi anak, tindakan yang akan dilakukan pada anak.
- anjurkan orang tua untuk berada dekat dengan anak.
- bantu pasien mengungkapkan ketegangan dan kecemasan.
3.
Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal dengan sumber informasi ditandai dengan ibu bertanya mengenai penyebab penyakit, tindakan operasi yang akan dilakukan, mengatakan tidak tahu bagaimana perawatan selanjutnya, ibu bertanya tentang perawatan anak setelah operasi.

Orang tua tahu mengenai perawatan anak dengan kriteria:
-    Mampu menjelaskan penyakit, prosedur operasi
-    mampu menyebutkan tindakan keperawatan yang harus dilakukan.
-    Mampu menyebutkan cara perawatan.
1.      teaching: proses penyakit
-          Kaji pengetahuan pasien tentang penyakit.
-          Jelaskan tentang penyakit, prosedur tindakan dan cara perawatan bersama dengan dokter.
-          Informasikan jadwal rencana operasi: waktu, tangggal, dan tempat operasi, lama operasi.
-          Jelaskan kegiatan praoperasi : anestesi, diet, pemeriksaan lab, pemasangan infus, tempat tunggu keluarga.
-          Jelaskan medikasi yang diberikan sebelum operasi: tujuan, efek samping.
2.      health education:
-          jelaskan tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
-          Jelaskan mengenai penyakit, prosedur tindakan dan cara perawatan dengan dokter.
-          Lakukan diskusi dengan keluarga pasien dengan penyakit yang sama.
-          Jelaskan cara perawatan post operatif.



XIII.       Tindakan Keperawatan
Tgl/jam
Dx
Implementasi
Evaluasi
28-9-2004
08.00


08.45

11.00




12.00

1

-    Mengkaji kebiasaan BAB pasien.
-    Menanyakan terakhir diberikan supositoria.
-    Mengambil darah untuk pemeriksaan laboratorium persiapan operasi.
-    Menanyakan hasil pemeriksaan laboratorium.
Hasil : Hb : 10,3 gr/dl, Hmt : 3,3 %
Al : 7,1

-    Menjelaskan pada orang tua rencana transfusi.
-    Menganjurkan ortu untuk mencari donor.


S : Ibu mengatakan suami setuju dengan tindakan operatif untuk menangani gangguan BAB pada anak.
O : Hb : 10,3 gr/dl, Hmt : 3,3 %
    Al : 7,1
A : tujuan belum tercapai
P : persiapkan operasi colostomi.


28-9-2004
08.00




2.

-    Dampingi keluaga saat dokter menjelaskan mengenai penyakit dan prosedur tindakan.
-    Jelaskan tiap tindakan yang akan dilakukan.
-    Menganjutkan ortu berada dekat dengan anak.


S : ibu pasien mengatakan sudah lumayan “semeleh” dengan prosedur operasi yang akan dilaksanakan.
Ibu mengatakan sudah lumayan tenang setelah diberi penjelasan.
O : wajah ibu terlihat lebih rileks.
A : tujuan tercapai
P : hentikan intervensi
28-9-2004




3.

-          kaji tingkat pengetahuan ortu mengenai penyakit, tindakan yang akan dilakukan.
-          Menjelaskan pada pasien tindakan pre operatif yang harus dilakukan.
-          Memberi tahu pasien rencana operasi tanggal 29 September 2004 pada jam 09.00
-          Menganjurkan ortu untuk bercerita pada ortu anak yang mengalamu reaksi yang mereka sediakan.


S : ibu mengatakan sudah tahu mengenai penyakit dan prosedur pembedahan yang akan dilakukan.
O : ibu dapat menyebutkan penyebab penyakit dan prosedur pembedahan.
A : tujuan tercapai
P : Tindakan keperawatan dihentikan.
29-9-2004
07.30






08.30
21.00


1

-          mengobservasi keadaan pasien :
puasa sejak 6 jam yang lalu, transfusi selesai jam 22.00.
hasil lab: WBC 8,7
RBC 5,32                    MCH 26,5
HgB 14,1                  MCHC 36,7
McV 72,3                  PLT 387.
Mengantar pasien operasi.
- Mengobservasi keadaan pasien: pasien  rewel, belum tidur.
- Ibu pasien mengatakan anak selesai dioperasi jam 13.00.
- Terdapat stoma colostomy, produk encer.
- anak sudah coba minum air putih sedikit-sedikit.
- TD : 90 / 60 mmHg , nadi 128, R : 24 x/menit, Suhu : 36,5 0 C.
- terpasang DC
- peristaltik +
-      Infus Kaen 3A 25 tetes / menit.
-      Injeksi :
Cefotaxim 2 x 300 mg
Metronidazol 3 x 50 mg
Novalgin 3 x 1/3 amp

S : Ibu mengatakan anak rewel, tidak bisa tidur, selesai operasi jam 13.00
O : - terdapat stoma colostomi, produk encer.
- anak sudah coba minum air putih sedikit-sedikit.
- TD : 90 / 60 mmHg , nadi 128, R : 24 x/menit, Suhu : 36,5 0 C.
- terpasang DC
- peristaltik +
A : tujuan tercapai anak sudah menjalani operasi colostomi.
P : tindakan dihentikan.

Data fokus post operasi
-          Kesadaran compos mentis
-          TD : 90 / 60 mmHg , nadi 128, R : 24 x/menit, Suhu : 36,5 0 C.
-          Terdapat luka colostomi, produk encer.
-          Terpasang DC
-          Infus Kaen 3A 25 tetes / menit.
-          Injeksi :
o   Cefotaxim 2 x 300 mg
o   Metronidazol 3 x 50 mg
o   Novalgin 3 x 1/3 amp
-          Anak rewel
-          Sudah coba minum air putih
-          Peristaltik usus +
-          Data laboratorium :
                 WBC 8,7    HgB 14,1     McV 72,3                  PLT 387.
      RBC 5,32    MCH 26,5                        MCHC  36,7
ANALISA DATA POST OPERASI
Tgl
Data
Etiologi
Masalah
29-9-2004
DS : ibu mengatakan anak rewel, belum tidur.
DO : mata anak terlihat mengantuk, gelisah.
Agen injury fisik
nyeri
29-9-2004
DS : -
DO :
-          terdapat luka operasi
-          terdapat stoma kolostomi
-          produk stoma encer
-          terpasang DC, infus
Prosedur invasif
Resiko infeksi


DIAGNOSA KEPERAWATAN
4.      Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik ditandai dengan ibu mengatakan anak rewel, belum tidur, mata anak terlihat mengantuk, gelisah.
5.      Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif ditandai dengan terdapat luka operasi, stoma kolostomi, produk stoma encer, terpasang DC, infus.





RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No
Dx
Tujuan dan
 kriteria hasil
Intervensi
1.
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik ditandai dengan ibu mengatakan anak rewel, belum tidur, mata anak terlihat mengantuk, gelisah.

Level nyeri berkurang dengan kriteria :
-          anak tidak rewel
-          ekspresi wajah dan sikap tubuh rileks
-          tanda vital dbn
1.      Management nyeri
-    Kaji nyeri meliputi karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.
-    Observasi ketidaknyamanan non verbal
-    Berikan posisi yang nyaman
-    Anjurkan ortu untuk memberikan pelukan agar anak merasa nyaman dan tenang.
-    Tingkatkan istirahat
2.      Teaching
-    Jelaskan pada ortu tentang proses terjadinya nyeri
-    Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit
-    Evaluasi keluhan nyeri atau ketidaknyamanan
-    Perhatikan lokasi nyeri.
3.      Administrasi analgetik
-    Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat.
-    Cek program medis tentang jenis obat, dosis dan frekuensi pemberian
-    Ikuti 5 benar sebelum memberikan obat
-    Cek riwayat alergi
-    Monitor tanda vital sebelum dan sesudah pemberian obat
-    Dokumentasikan pemberian obat.

2.
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif ditandai dengan terdapat luka operasi, stoma kolostomi, produk stoma encer, terpasang DC, infus.

Resiko infeksi terkontrol dengan kriteria :
-          bebas dari tanda-tanda infeksi
-          tanda vital dalam batas normal
-          hasil lab dbn
1.      Infektion control
-    Terapkan kewaspadaan universal cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan.
-    Gunakan sarung tangan setiap melakukan tindakan.
-    Berikan personal hygiene yang baik.
2.      Proteksi infeksi
-    monitor tanda-tanda infeksi lokal maupun sistemik.
-    Monitor hasil lab: wbc, granulosit dan hasi lab yang lain.
-    Batasi pengunjung
-    Inspeksi kondisi luka insisi operasi.
3.      Ostomy  care
-    bantu dan ajarkan keluarga pasien untuk melakukan perawatan kolostomi
-    Monitor insisi stoma.
-    Pantau dan dampinggi keluarga saat merawat kolostomi
-    Irigasi stoma sesuai indikasi.
-    Monitor produk stoma
-    Ganti kantong kolostomi setiap kotor.
4.      Medikasi terapi
-    Beri antibiotik sesuai program
-    Tingkatkan nutrisi
-    Monitor keefektifan terapi.
5.      Health education
o Ajarkan pada orang tua tentang tanda-tanda infeksi.
o Ajarkan cara mencegah infeksi.
o Ajarkan cara perawatan colostomi



Tindakan keperawatan
Tgl/jam
Dx
Implementasi
Evaluasi
29-9-2004
21.00







24.00

30-9-2004
05.00






06.00

4.

-          Mengobservasi KU pasien : anak belum tidur, nangis, nadi 128 x/menit
-          Mengkaji lokasi nyeri, karakteristik, durasi.
-          Menganjurkan ortu untuk memberikan pelukan yang meningkatkan rasa nyaman.
-          Memberikan injeksi novalgin 1/3 ampul.
-          Ibu mengatakan anak panas. Suhu 39 0C, nadi 130x/menit, RR: 26x/menit
-          Memberikan kompres hangat pada pasien.
-          Mengatur tetesan infus 24 tts/menit.
-          Memberi minum 60 cc.
-          Menganjurkan ibu untuk memberi ASI sedikit-sedikit.
-          Mengukur suhu badan 38,5 0C, nadi 128x/menit.

S : ibu mengatakan sejak tadi anak gelisah dan rewel.
O : anak terlihat gelisah, nadi 128x/menit.
A : tujuan belum tercapai.
P : lanjutkan rencana: management nyeri, administrasi analgetik.
Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi.
-          Monitor suhu badan secara teratur.
-          Monitor warna kulit dan suhu
-          Monitor TD, nadi RR.
-          Monitor intake dan output
-          Berikan kompres pada pasien.
-          Berikan antipiretik sesuai program.
21.00


24.00
5.
-          Mengobservasi keadaan stoma: produk cair ampas.
-          Memberikan obat metronidazol 50 mg.
S : -
O : produk stoma cair ampas, tidak tampak tanda-tanda infeksi.
A :  tujuan tercapai sebagian : tak tampak ada tanda infeksi.
P : lanjutkan rencan perawatan : kontrol infeksi, proteksi dari infeksi, ostomy care, medikasi terapi, HE.
1-10-2004
14.00


16.00

4.

-          mengobservasi KU pasien : anak dapat diajak bercanda, mau tersenyum saat disapa.
-          Memberikan obat novalgin 1/3 ampul.
-          Ibu mengatakan anak sudah tidak rewel dan bisa tidur.

S : Ibu mengatakan anak sudah tidak rewel dan anak sudah bisa tidur.
O : anak sudah mau diajak bercanda dan tersenyum saat disapa.
A : tujuan tercapai.
P : tindakan keperawatan dihentikan.
16.00






20.00
5.
-          Memberikan obat metronidazol 50 mg.
-          Mendampingi ortu membersihkan dan mengganti kantong colostomi.
-          Keadaan luka baik, tidak ada tanda-tanda infeksi.
-          Mengukur temperatur 36,8 nadi 100.
-          Memberikan injeksi cefotaxim 300 mg.
S : ibu mengatakan tidak tampak kemerahan pada daerah sekitar stoma.
O : tidak ada tanda-tanda infeksi.
A : tujuan tercapai sebagian : tidak tampak tanda-tanda infeksi.
P : lanjutkan tindakan keperawatan Infektion control, Proteksi infeksi,
Ostomy  care

16.00
4
-          Mengukur vital sign
S : 36,8  Nadi 100
S : ibu mengatakan anak sudah tidak demam
O : temperatur 36,8 nadi 100 x/menit.
A : tujuan tercapai hipertermi teratasi.
P : tindakan keperawatan dihentikan.


No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, jangan lupa komentar yang sopan ya.